Angklung, Bamboo For Peace
Artikel ini dipersembahkan untuk sang Conductor saudara Johnny Lie dimana saya pertama kali belajar main angklung di Kota Koeln Jerman.
Angklung sudah dikenal sejak abad ke-12 sampai abad ke-16. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur. Fungsi lainnya ialah sebagai pemompa semangat rakyat untuk berjuang saat pemerintah Hindia Belanda oleh sebab itu Belanda melarang masyarakat menggunakan angklung.
Pada tahun 1896 Raja Thailand Chulalongkorn (Rama V) pernah berkujung ke Bandung dan bermalam di hotel Homan. Beliau sangat berkesan dengan angklung oleh sebab itulah angklung dibawa dan diperkenalkannya di Thailand oleh beliau.
Di kisahkan angklung merupakan sebuah senjata dari kerajaan bantarangin ketika melawan kerajaan lodaya pada abad ke 9, ketika kemenangan oleh kerajaan bantarangin para prajurit gembira tak terkecuali pemegang angklung, karena kekuatan yang luar biasa penguat dari tali tersebut lenggang hingga menghasilkan suara yang khas yaitu klong- klok dan klung-kluk bila didengar akan merasakan getaran spiritual.
Bagi orang Baduy (leluhur suku Sunda) Angklung digunakan atau dibunyikan ketika mereka menanam padi di huma (lading). Setelah itu, selama enam bulan berikutnya semua kesenian tidak boleh dimainkan lagi hingga saat usim menanam padi berikutnya.
Menutup angklung dilaksanakan dengan acara yang disebut musungkeun angklung, yaitu nitipkeun (menitipkan, menyimpan) angklung setelah dipakai. Nama-nama angklung di Baduy dari yang terbesar adalah: indung, ringkung, dongdong, gunjing, engklok, indung leutik, torolok, dan roel. Roel yang terdiri dari 2 buah angklung dipegang oleh seorang.
Dalam sajian hiburan, Angklung biasanya diadakan saat terang bulan dan tidak hujan. Mereka memainkan angklung di buruan (halaman luas di pedesaan) sambil menyanyikan bermacam-macam lagu, antara lain: Lutung Kasarung, Oray-orayan, Ayun-ayunan, Pileuleuyan, Gandrung dll-nya
Angklung pun bisa dimaikan secara solo sebagai pembawa melodi. Angklung solo ini digagas oleh Yoes Roesadi tahun 1964, dan dimainkan bersama alat musik basanova dalam grup Aruba (Alunan Rumpun Bambu). Bahkan sejak 1966 Mang Ujo, tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda, mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.
Angklung juga digunakan untuk berdakwah menyebarkan agama Islam melalui kesenian Angklung Badeng. Mereka menggunakan teks dalam Bahasa Sunda yang bercampur dengan Bahasa Arab. Angklung Badeng terdapat di Desa Sanding dekat Garut. Sejak November 2010 Angklung telah terdaftar di Unesco sebagai “Karya Agung Warisan Budaya Manusia”.
Pada tahun 2018 angklung dimainkan oleh 500 diplomat dari 900 negara di Gedung PBB dengan tema “Bamboo for Peace: Enchanting sounds and rhythms of Indonesia”. Pagelaran ditutup dengan ratusan penonton bergabung menjadi orkestra angklung dan bersama-sama memainkan lagu "We Are The World" dari Michael Jackson. Kota Bandung juga pernah memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) setelah menampilkan permainan angklung dengan jumlah peserta lebih dari 20.000 warga Bandung .
Terlampir foto mantan Perdana Menteri Rusia Nikita Krushchev sedang main angklung. Tepatnya Pada tanggal 1 Maret 1960 beliau main ANGKLUNG di Hotel Homan Bandung beserta Presiden Soekarno. Ternyata dan terbuktikan Krucshchev senang kesenian Sunda. Anggap saja tukaran budaya! Maklum lagu Sunda Panon Hideung yang kita kenal. Sekarang ini asal muasalnya aslinya dari lagu Rusia “Ochi Chyomye” . Lagu ini diterjemahkan oleh Ismail Marzuki ke dalam basa Sunda.
PS: Kalau ke Bandung jangan lupa untuk berkujung ke Saung Angklung Ujo https://angklungudjo.com/
https://www.youtube.com/watch?v=2hQDxDgJnpQ&list=TLPQMTkwMzIwMjHpxo-JaxAGYQ&index=1
Mang Ucup
Menetap di Amsterdam, Belanda
Komentar