Kamis, 25 April 2024 | 21:15
CULINARY

Makanan Jadul Khas Bandung

Makanan Jadul Khas Bandung
Lotek Kalipah Apo (int)

Oleh: Mang Ucup *)

ASKARA - Dulu, ketika masih kecil, Mang Ucup mendapatkan uang jajan 10 sen (sepicis), cukup untuk membeli satu jenis kue. 

Tentu kita ingat akan pepatah setali tiga uang, sebab arti setali (setalen = 25 sen) terdiri dari 2 koin 10 sen dan satu koin 5 sen (sama dengan 3 koin atau tiga uang). Setali tiga uang bisa diartikan sama saja (setalen = 3 koin).

Dengan uang setalen cukup untuk beli es tape atau sirop. 

Sedang untuk istilah ‘’Cepeng bau tai ayam”, artinya yang bersangkutan tidak punya doku alias bokek.

Cepeng artinya setengah peser, sedangkan satu peser adalah 0,5 sen.

Di Jalan Kelenteng, dulu ada preman tukang palak anak-anak. 

Tarif upeti yang dia minta adalah segobang (sebenggol = 2,5 sen). Oleh sebab itulah ia mendapat julukan Si Gobang. 

Selain segobang, dikenal juga nilai uang seperak (satu rupiah), sebab terdiri dari satu koin perak. 

Di samping itu ada koin lainnya yang bernilai seringgit = Rp 2,50.

Harus diakui bahwa Bandung merupakan pusatnya kulinaris berbagai makanan Sunda, khas Bandung, selain makanan Eropa. Sebutlah, Lotek Kalipah Apo selain menjual lotek juga berbagai macam kolak. 

Lotek Kalipah Apo ini sudah beroperasi sejak tahun 1953. 

Selain itu di daerah Jalan Merbabu, dahulu juga ada yang jualan lotek dengan nama Encim Kanjut, sebab sang penjual itu latah sehingga pada saat melayani sering mengucapkan kata Kanjut. 

Encim lainnya yang tidak terlupakan adalah Encim Gunting atau Encim Milong, penjual nasi rames di Pasar Baru. 

Dia sering menggunakan gunting untuk memotong daging maupun babat yang dijual olehnya.

Cakue & Bapia Osin (d/h. Lie Tjay Tat), adalah tempat ketika Mang Ucup kecil selalu mampir setelah menemani mama Mang Ucup belanja di pasar, letaknya di Jalan Belakang Pasar. 

Toko ini sudah dibuka sejak tahun 1934, menjual cakue, kongpia, bapia dan bubur kacang tanah yang benar-benar unik.

Di Bandung juga ada penjual makanan Colenak Murdi Putra.

Colenak alias dicocol enak adalah salah satu penganan khas tradisional Bandung yang terbuat dari tape singkong bakar yang dibubuhi gula merah cair dan parutan kelapa. 

Penganan ini sudah ada sejak tahun 1930-an, dijajakan pertama kali oleh seorang pribumi bernama Murdi. 

Karena kelezatannya, makanan tradisional ini tetap bertahan hingga sekarang. Ingin coba? Sebaiknya datang langsung ke Jalan Ahmad Yani Nomor 733, tempat sejak pertama kali usaha ini dijalankan sampai sekarang.

Warung Kopi Purnama merupakan salah satu kedai kopi favorit pada zaman dulu. 

Menurut catatan sejarah yang ada di buku menu, Warung Kopi Purnama berdiri sejak tahun 1930-an dengan nama Chang Chong Se yang berarti “Silahkan Mencoba”. 

Kemudian di tahun 1966 berganti nama menjadi Warung Kopi Purnama. 

Warung kopi Purnama Didirikan pertama kali oleh Yong A Thong yang hijrah dari Kota Medan ke Kota Bandung sekitar Abad XX. 

Sekarang Warung Kopi Purnama sudah diteruskan pengelolaannya oleh generasi keempat.

Tidak jauh dari RS Borromeus, sewaktu Mang Ucup remaja, ada Toko You (Yu) yang berdiri sejak tahun 1950, menjual aneka cemilan. Sedangkan rumah makan Tionghoa yang hingga saat ini masih tetap beken ialah Restoran Queen di Jalan Dalem Kaum 79 yang didirikan pada 5 Juli 1954. Rumah makan Tionghoa lainnya adalah Hong Sing di Jalan Banceuy, Restorang Cie Lung di Suniaraja, dan Restoran Wong di Kosambi. 

Rumah makan yang terkemuka lagi antara lain PT Rasa Bakery and Café yang dahulu namanya Hazes di Jalan Tamblong 15. Rasa Bakery and Cafe ini didirikan pada tahun 1936, yang setelah dibeli oleh Ibu Kamarga. Kemudian namanya diubah menjadi Rasa. Tempat ini dahulu merupakan tempat minum kopi orang-orang Belanda di Bandung. Di sini, Anda juga bisa pesan Poffertjes, begitu juga Amandel Cake maupun homemade Ice Cream. Pada 3 September 1953 di Jalan Dalem Kaum 32, Toko Roti Tan Ek Tjoan yang berpusat Bogor membuka cabangnya di Kota Bandung.

 

Braga Permai yang didirikan pada tahun 1921 oleh keluarga Bogerijn, dahulu dinamai Maison Bogerijn, berasal dari nama keluarga, terletak di Jalan Braga 58. Di sini, anda bisa mencoba Bitterballen (snack khas Belanda). Sumber Hidangan, dulu namanya Het Snoephuis (Rumah Jajanan), didirikan tahun 1929. Terletak di Jalan Braga 20-22. Di situ Anda masih bisa mengicipi kue-kue zaman Belanda seperti Saucijzenbrood, Krentenbrood, Ananastaart, Roemsoes dan lain-lain.

 

Di tempat toko kue Canary Jalan Braga sekarang ini, dulunya adalah toko es krim Baltic yang sudah beroperasi sejak tahun 1939. Ketika kecil Mang Ucup merasa bangga sekali apabila setelah nonton Matine Show di Majestic, diajak makan es di situ oleh ayah Mang Ucup. Ada lagi, Toko Kue Bawean (d/h Sweetheart) yang didirikan pada tahun 1946, spesialis dari toko kue ini adalah bolu gulung berbalutkan nougat dan chocolate wafernya.

 

Terkait istilah jibeuh, yang sesuai judul, diambil dari dampak setelah makan Kue Balok, sejenis kue yang terbuat dari adonan tepung terigu dan susu, berbentuk persegi panjang. Bentuk yang mirip balok inilah yang membuatnya dinamakan Kue Balok. Karena ukurannya yang besar, kadang-kadang orang Bandung menyebutnya dengan istilah jibeuh (hiji-seubeuh = makan satu kenyang). Kue Balok biasanya dipasangkan dengan kopi panas,yang banyak dijual di banyak tukang/warung kopi di pinggir jalan. Apabila sekarang ini Anda penasaran ingin mencicipi kue balok, bisa ditemukan di Rumah Makan Bancakan, Jalan Trunojoyo Nomor 62.

Komentar