Kamis, 17 Juli 2025 | 04:46
OPINI

Analisis Pangan dalam Pengendalian Isu Kesehatan

Pentingnya Analisis Kadar Gula pada Bahan Pangan dalam Rangka Perpindahan Indonesia ke Kawasan WHO Pasifik Barat

Analisis Pangan dalam Pengendalian Isu Kesehatan
Penerapan Nutrigrade di Singapura (Dok. iStock)

Oleh: Nuril Mauludiyah
Program Studi Teknologi Pangan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ASKARA - Pada 23 Mei 2025, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi mengesahkan perpindahan Indonesia dari kelompok Kawasan Asia Tenggara (SEARO) ke Kawasan Pasifik Barat (WPRO). Keputusan ini didasarkan pada kesamaan geografis dan epidemiologis, mengingat tantangan kesehatan yang dihadapi Indonesia kini lebih relevan dengan negara-negara kepulauan Pasifik.

Perpindahan ini diharapkan membuka peluang yang lebih besar bagi Indonesia untuk berbagi pengalaman, meningkatkan kapasitas dalam penanganan isu kesehatan, dan mempercepat pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di bidang kesehatan.

WHO Regional Pasifik Barat (WPRO)

Negara-negara di kawasan Pasifik Barat, termasuk Indonesia setelah perpindahan ini, tengah menghadapi tantangan kesehatan seperti meningkatnya penyakit tidak menular (diabetes, kanker), serta isu kesehatan akibat penuaan. WPRO mendorong negara-negara anggotanya untuk menerapkan regulasi yang lebih ketat guna menghadapi masalah ini.

Beberapa kebijakan yang didorong WPRO antara lain:

Penerapan pajak gula (sugar tax)

Kewajiban pelabelan gizi pada bagian depan kemasan (front-of-pack warning labels)

Larangan iklan makanan tidak sehat yang menyasar anak-anak

Penetapan batas maksimal kandungan gula, garam, dan lemak dalam produk olahan

Intervensi di sekolah dan tempat kerja untuk mengurangi konsumsi makanan/minuman tidak sehat

Dengan bergabungnya Indonesia ke kawasan WPRO, maka urgensi untuk mengendalikan konsumsi makanan tinggi gula semakin meningkat. Di sinilah peran Analisis Pangan menjadi sangat penting.

Peran Analisis Pangan

Analisis pangan adalah sub-bidang ilmu yang berfokus pada pengujian komposisi makanan. Melalui analisis ini, kita dapat mengetahui kandungan nutrisi, mendeteksi pemalsuan pangan, serta memastikan klaim pada label kemasan, seperti “rendah gula”, benar adanya.

Salah satu bentuk implementasi nyata dari analisis pangan adalah penerapan sistem “Nutri-Grade” di beberapa negara. Sistem ini mengelompokkan produk pangan dari label A hingga D berdasarkan kandungan gizinya, terutama kadar gula. Produk dengan label C dan D umumnya memiliki kandungan gula tinggi dan tidak disarankan untuk dikonsumsi secara berlebihan.

Analisis Kadar Gula

Menentukan kadar gula dalam bahan pangan merupakan langkah penting untuk menjaga kesehatan masyarakat. Konsumsi gula yang berlebih diketahui dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.

Beberapa metode kuantitatif yang umum digunakan dalam analisis kadar gula antara lain:

Metode Anthrone: Gula bereaksi dengan pereaksi anthrone menghasilkan warna biru kehijauan yang intensitasnya dapat diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

Metode DNS: Menghasilkan warna jingga kemerahan dari reaksi gula dengan reagen DNS, yang juga diukur dengan spektrofotometer.

Metode Lain: Seperti Nelson-Somogyi, Luff Schoorl, Fenol-Sulfat, Munson-Walker, dan Lane-Eynon.

Metode paling akurat dan sensitif yang digunakan saat ini adalah:

High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
Metode ini memungkinkan pemisahan, identifikasi, dan kuantifikasi berbagai jenis gula seperti glukosa, fruktosa, sukrosa, dan maltosa dalam campuran pangan secara presisi.

Seberapa Banyak Gula yang Ideal?

WHO merekomendasikan batas konsumsi gula tambahan tidak lebih dari 25 gram per hari bagi orang dewasa. Sebagai perbandingan, satu botol minuman ringan bisa mengandung lebih dari 30 gram gula, melebihi batas harian dalam satu kali konsumsi.

Kesimpulan

Dengan memahami pentingnya analisis kadar gula pada bahan pangan, kita dapat menjadi konsumen yang lebih bijak. Informasi gizi pada kemasan bukan hanya formalitas, tetapi panduan penting dalam memilih makanan sehat. Periksa label, hindari produk dengan kadar gula tinggi, dan ingat bahwa rasa manis yang berlebihan bisa berdampak serius bagi kesehatan.

Perpindahan Indonesia ke kawasan WHO Pasifik Barat menegaskan bahwa kini saatnya untuk memperkuat regulasi pangan nasional, dengan dukungan ilmu analisis pangan sebagai dasar pengambilan kebijakan dan edukasi publik.

 

 

Komentar