Ustadz Harun Al Rasyied: Ibadah Qurban Jalan Menuju Kedekatan Dengan Allah

ASKARA - Ibadah qurban bukan sekadar ritual penyembelihan hewan, tetapi sebuah simbol pengorbanan terbesar yang menunjukkan ketaatan dan kedekatan kepada Allah.
Dalam khutbah Idul Adha di Masjid Jamie At Taubah, Kebun Nanas Selatan III, Jatinegara, Jakarta Timur, Jum'at (6/6), Ustadz Muhammad Harun Al Rasyied menekankan bahwa qurban berasal dari kata qariba yang berarti mendekat, dengan imbuhan khusus yang menguatkan makna kesempurnaan.
Mengutip QS Ali Imran: 92, beliau menyampaikan bahwa kebaikan sejati hanya diraih ketika seseorang mengorbankan apa yang paling dicintainya. Qurban berasal dari kata "qariba" yang berarti dekat, dan dengan imbuhan "alif" dan "nun" menjadi "qurban", yang bermakna upaya sempurna untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Wakil Ketua Umum Yayasan Madani Al Washiyyah itu, mengingatkan bahwa sejak awal penciptaannya, manusia berada dekat dengan Allah. Namun, dosa dan pelanggaran menjauhkan manusia dari-Nya.
Salah satu cara kembali mendekat adalah dengan berqurban, sebagaimana kisah Qabil dan Habil, putra Nabi Adam AS. Qabil mempersembahkan hasil panen berkualitas rendah, sementara Habil memberikan ternak terbaik. Allah menerima qurban Habil sebagai tanda ketakwaannya.
Ustadz Harun mengajak umat Islam untuk menjadikan qurban sebagai momentum memperbaiki diri, menumbuhkan ketakwaan, dan meningkatkan kepedulian sosial.
"Qurban bukan hanya tentang menyembelih hewan, tapi menyembelih ego, keserakahan, dan keengganan berbagi," tegasnya.
Qurban sejatinya bukanlah tentang banyaknya darah yang tertumpah atau daging yang dibagikan. Allah menilai bukan dari kuantitas, melainkan kualitas pengorbanan, seberapa dalam ketakwaan yang menyertainya.
Ia menegaskan bahwa hakikat qurban adalah mentaati perintah Allah dengan sepenuh hati, meskipun perintah itu melampaui logika manusia.
Ketakwaan di Balik Qurban
Ustadz Harun mengingatkan, Allah tidak menilai qurban dari jumlah darah atau daging yang dikorbankan, tetapi dari ketakwaan di dalam hati. Qurban bukan sekadar tradisi, melainkan bentuk ketaatan yang bisa melampaui logika manusia.
Lalu, ia mengangkat kisah Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan untuk menyembelih anak tercintanya, Ismail, ujian pengorbanan tertinggi dalam sejarah manusia.
Namun, karena ketakwaan dan kepatuhan total Ibrahim, Allah mengganti Ismail dengan seekor domba. Peristiwa inilah yang menjadi fondasi disyariatkannya ibadah qurban.
"Qurban adalah simbol menyembelih sifat kebinatangan dalam diri: rakus, egois, enggan berbagi, dan melawan perintah Allah," jelasnya.
Ustadz Harun juga mengingatkan bahwa keimanan dan akhlak sejati seseorang tercermin dari sejauh mana ia rela berkorban demi sesama.
"Semakin tinggi takwa dan akhlak, semakin besar pengorbanan yang ia mampu berikan," ujarnya.
Mengapa Allah mensyariatkan qurban? Karena manusia memiliki sifat kebinatangan, rakus, serakah, egois. Dengan menyembelih hewan qurban, manusia secara simbolis menyingkirkan sifat buruk tersebut, sehingga lebih mudah mencapai ketakwaan dan akhlak yang luhur.
"Semakin tinggi akhlak seseorang, semakin besar pula pengorbanannya untuk sesama," tegasnya.
Qurban sejatinya adalah momentum menundukkan ego demi meraih kedekatan sejati dengan Sang Pencipta. Qurban bukan hanya ibadah simbolik, tapi pelajaran besar tentang kehidupan dan kepemilikan.
Allah menegaskan dalam Q.S. Al-Isra: 7, bahwa setiap kebaikan dan pengorbanan yang kita lakukan akan kembali kepada diri kita sendiri menjadi manfaat, bukan kerugian.
Ustadz Muhammad Harun Al Rasyied menjelaskan bahwa secara spiritual, qurban mendekatkan kita kepada Allah. Secara sosial, ia membentuk masyarakat yang saling memberi, tidak egois, dan siap mengalah demi kemaslahatan bersama.
Manfaat Qurban dalam Kehidupan
Ia mengilustrasikan makna qurban melalui konsep “Zero-sum Game” dalam ekonomi. Ketika dua pihak hanya saling mengalahkan, hasil akhirnya nol.
Namun, jika saling berkorban, semua pihak akan memperoleh manfaat. Contoh nyata terlihat dalam lalu lintas, ketika seseorang berhenti di lampu merah, dia mengorbankan waktunya agar orang lain bisa jalan, sehingga tercipta keteraturan dan keamanan.
"Contoh paling nyata terlihat di lampu lalu lintas. Saat lampu merah menyala, kita berhenti,berkorban waktu demi keselamatan bersama. Bila semua orang egois, tabrakan pun tak terelakkan," tuturnya.
Qurban mengajarkan bahwa ketika kita rela berkorban untuk kebaikan bersama, maka hasilnya bukan kekurangan, tapi keberkahan yang kembali kepada kita semua.
Menuju Surga dan Kemuliaan
Syariat qurban bukan sekadar penyembelihan hewan, ia adalah simbol dan pelajaran mendalam tentang kehidupan. Allah ingin menunjukkan bahwa dalam hidup, tak ada pencapaian tanpa pengorbanan. Dan tak satu pun pengorbanan kita yang sia-sia di sisi-Nya.
Melalui ayat “Kalian tidak akan mungkin mendapatkan kebaikan yang sempurna (surga), sampai kalian mampu mengorbankan sebagian dari apa yang paling kalian cintai...”, Allah mengingatkan bahwa surga adalah hadiah bagi mereka yang benar-benar ikhlas dan berjuang.
Waktu, tenaga, pikiran, harta, bahkan perasaan, semua adalah bentuk-bentuk qurban yang harus kita keluarkan dalam proses taat kepada-Nya. Makin besar cita-cita kita untuk meraih ridha dan surga-Nya, makin besar pula yang harus kita relakan demi ketaatan.
Allah mengajarkan melalui qurban bahwa dalam hidup, manusia harus berkorban. Tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Semakin besar yang dikorbankan dalam ketaatan kepada Allah, semakin tinggi balasan yang didapat hingga surga-Nya.
“Kalian tidak akan mungkin mendapatkan kebaikan yang sempurna (surga), sampai kalian mampu mengorbankan sebagian dari apa yang paling kalian cintai. Dan Allah maha mengetahui apa-apa saja yang kalian qurbankan.”
Ustadz Muhammad Harun Al Rasyied menutup khutbah Idul Adha dengan doa penuh harap: "Ya Allah, jadikan hari ini lebih baik dari kemarin, dan esok lebih baik dari hari ini. Terimalah seluruh amal dan pengorbanan kami, dan lindungi kami dari kehinaan dunia serta siksa akhirat.”
Semoga setiap qurban kita, besar atau kecil, menjadi jalan menuju kedekatan dengan Allah dan pintu menuju kebahagiaan abadi. Aamiin.
Komentar