Jumat, 26 April 2024 | 05:46
OPINI

Mang Ucup: Air Mata Surga Yang Tak Gendong Kemana-Mana

Mang Ucup: Air Mata Surga Yang Tak Gendong Kemana-Mana
Ilustrasi Air Mata Surga

Oleh: Mang Ucup *)

Rasa duka adalah perasaan yang paling sukar bisa dilupakan. Sebab kemanapun kita pergi akan selalu tak gendong kemana-mana.

Entah Anda pergi berlibur ke Belanda ataupun tinggal tetap di rumah, Sang Duka ini akan selalu tak gendong kemana-mana. Bahkan ke rumah ibadah sekalipun sang duka itu selalu tak gendong kemana-mana.

Lagu “Tak Gendong Kemana-mana” adalah lagu yang dipopulerkan oleh mbah Surip di tahun 2009. Orang merasakan rasa duka yang terdalam pada saat kita ditinggal oleh orang yang kita kasihi.

Saat orang yang kita kasihi meninggal dunia, kita berusaha untuk menghibur diri kita sendiri dengan harapan (hope). Nanti di Surga kita akan bisa jumpa kembali, sebab di surga tidak akan ada air mata.

Namun apabila kita jawab dengan jujur kita belum mampu untuk bisa menjawab semua pertanyaan yang berkaitan dengan Surga. Maklum hingga saat ini tidak ada satupun orang (baca Manusia) yang pernah Tour Sightseeing ke Surga.

Maklum semua orang yang pulang ke Surga hanya memiliki One Way Ticket saja ! Maklum sampai saat ini belum ada Travel Office (baca Agama) yang mampu memberikan penawaran Return Ticket balik kembali ke Dunia.

Eric Clapton atau EC - 75 tahun, seorang musisi yang paling sukses di abad ini dan juga sebagai seorang gitaris terbaik sepanjang masa.

Oleh sebab itulah ia dinobatkan sebagai The Immortals: 100 Greatest Artists Of All Time oleh Majalah The Rolling Stones.

Namun kenyataannya ia juga tidak bisa luput dari rasa duka. Bahkan ia menggendong rasa  dukanya bertahun-tahun.

Ia kehilangan putra kesayangannya yang berusia empat tahun. Anaknya terjatuh dari lantai 54 di sebuah apartemen. Ia menciptakan lagu “Tears In Heaven” (Air mata di Surga).

Lagu ini bukanlah lagu rohani. Lagu ini ditulis oleh tangan Eric Clapton yang sedang bergetar, karena dirundung duka cita yang sangat besar sekali.

Dalam lirik lagu tersebut ia menuangkan jeritan hatinya maupun pertanyaan-pertanyaan yang ia ingin ajukan dalam lirik lagu tersebut dimana ia menanyakan:

“Would you know my name; if I saw you in Heaven?

Would you feel the same; if I saw you in Heaven?

Would you hold my hand; if I saw you in Heaven?

Apakah engkau akan mengenal namaku; seandainya aku melihatmu di Surga?

Apakah engkau akan merasakan hal yang sama; seandainya aku melihatmu di Surga?

Apakah engkau akan memegang tanganku; seandainya aku melihatmu di Surga?

Tanpa seorang penonton pun yang tahu, bahwa setiap kali ia menyanyikan lagu tersebut, air matanya mengalir dan hatinya terasa nyeri seperti dicabik-cabik, karena ia jadi teringat kembali akan sang putra kesayangannya.

Eric Clapton, Menggendong Kemana-mana Rasa Dukanya. Bahkan di tempat yang paling wah dan paling ramai sekalipun juga, rasa tersebut selalu Tak Gendong Kemana-Mana.

Sehingga akhirnya ia memiliki keinginan maupun kekuatan untuk melepaskan rasa duka tersebut. Dimana ia akhirnya mengambil keputusan untuk berhenti dan tidak mau menyanyikan lagi lagu “Tears in Heaven”.

Mulai saat itulah pula ia mulai bisa bebas dari Gendongan beban larut dukanya, sehingga dengan mana beban dukanya tak perlu – Tak gendong kemana-mana lagi. Melepaskan beban duka, harus dilakukan dan atas ikhtikad dari diri sendiri.

The Question: Apakah Anda tidak merasa lelah dan capek ? Tak Gendong Kemana-mana terus beban duka Anda? Oleh sebab itulah usahakanlah agar beban duka tersebut untuk Tak Gendong Kemana Mana Lagi.

I must be strong

And carry on,

‘Cause I know I don’t  belong

Here in Heaven

Lagu yang ditulis dengan kucuran air mata berlinang dan keluar dari lubuk hati yang terdalam

https://www.youtube.com/watch?v=1yb-uY1aXRI

*) Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar