Sabtu, 27 April 2024 | 13:09
NEWS

Pesan Kardinal Ignatius Suharyo ke GMRI: Kembalikan Fitrah Manusia Sebagai Mahluk Tuhan

Pesan Kardinal Ignatius Suharyo ke GMRI: Kembalikan Fitrah Manusia Sebagai Mahluk Tuhan
Ketum GMRI, Eko Sriyanto Galgendu dan Kardinal Ignatius Suharyo (Dok Istimewa)

ASKARA - Kardinal Ignatius Suharyo mendukung dan sepakat dengan Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia (GMRI) yang dimotori oleh Eko Sriyanto Galgendu untuk membangun kebangkitan kesadaran spiritual bangsa Indonesia dan membangun peradaban baru kejayaan Indonesia di masa mendatang.

Pernyataan dukungan itu dituangkan Kardinal Ignatius Suharyo dalam bentuk tulisan tangan lengkap di atas selembar kertas dengan logo Kardinal berbentuk gunungan khas Jawa.

"Mas Eko, saya kagum akan kesungguhan dan totalitas panjenengan merawat dan mengembangkan Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia. Semoga buah-buahnya semakin dirasakan oleh seluruh bangsa di dunia," bunyi pernyataan dalam surat khusus itu yang ditulis tangan langsung oleh Kardinal Ignatius Suharyo, tertanggal 29 September 2021, saat GMRI berkunjung ke Keuskupan Agung Jakarta di Jalan Katedral Jakarta Pusat, dikutip Kamis (30/9).

Pertemuan antara Ketua Umum GMRI, Eko Sriyanto Galgendu dengan Kardinal Ignatius Suharyo membicarakan banyak hal, termasuk program super prioritas Presiden Joko Widodo mengenai wisata budaya religius untuk Candi Brobudur dengan mendatangkan Bhiku dari seluruh dunia, sehingga Brobudur menjadi salah satu pusat peradaban dunia.

Menurut Kardinal, mengutip pendapat para peneliti kelas dunia, Indonesia cukup memiliki modal sosial sebagai negara dalam urutan pertama dari 146 negara yang memiliki sikap suka memberi atau menolong, dan nomor enam dari 167 negara di dunia yang memiliki modal sosial terbesar.

Karenanya, lanjut Kardinal, bangsa Indonesia harus merawat sikap dan sifat gotong royong yang telah menjadi tradisi maupun budaya itu. Pasalnya, persatuan bangsa-bangsa di dunia pun dapat dipersatukan melalui perekat nilai-nilai spiritual.

"Konsep tentang Sang Khalik, makhluk dan akhlak yang telah digradasi oleh ketamakan manusia sebagai makhluk yang membajak peran Tuhan, yaitu Sang Khalik, dalam bersikap dan bertindak, harus dapat dikembalikan pada fitrahnya semula," jelas Kardinal Ignatius Suharyo. 

Ditegaskannya, penyembahan terhadap berbagai bentuk berhala juga sangat di tentang oleh Katolik seperti yang dilakukan oleh banyak orang sekarang. Meski bentuk berhalanya sekarang berupa uang atau harta benda serta kekuasaan.

"Pemberhalaan terhadap harta benda dan kekuasaan itu, merupakan bentuk dari kerakusan dan ketamakan manusia yang tidak berakhlak. Sehingga manusia Indonesia sebagai makhluk ciptaan Tuhan ingin juga berperan sebagai Tuhan," tandas Kardinal.

Untuk diketahui, persahabatan Ketua Umum GMRI Eko Sriyanto Gangendu dengan Kardinal Ignatius Suharyo sudah terjalin sejak 20 tahun silam, saat Kardinal Ignatius Suharyo masih menjadi Uskup Agung di Semarang. 

Eko Sriyanto Galgendu ketika itu pun sedang menjabat Ketua Lintas Agama-agama di Solo. Sehingga kerap menyelenggarakan diskusi maupun seminar kebudayaan atas nama Kraton Surakarta. 

Bersama Gus Dur yang sebagai Sentono Dalem acap bertandang ke Uskup Agung Semarang yang saat itu dijabat oleh Romo Suharyo.

Pernyataan sikap dukungan terhadap Eko Sriyanto Galgendu agar berani berada di garis terdepan telah diberikan oleh Kardinal sejak perkenalan mereka pada 20 tahun silam. 

Kali ini diulang kembali secara lebih tegas dalam bentuk tertulis berupa surat tulisan tangan lengkap berlogo Katedral tempat kediaman Kardinal Ignatius Suharyo tempati sekarang.

Cita-cita umat Katolik Indonesia, tambah Kardinal Ignatius Suharyo, sungguh sangat mendukung sepenuh hati cita-cita NKRI, sehingga hampir di semua lini ada tokoh Katolik yang tampil sebagai pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. 
Para tokoh itu di antaranya Suryopranoto (dalam bidang agama dan pendidikan), Kasimo, Adi Sucipto (Angkatan Udara), Yos Sudarso (Angkaran Laut) KS Tubun (Kepolisian).

Seperti Christiani itu, lanjut Kardinal Ignatius Suharyo, Khatolik pun ingin melakukan pembebasan dari penindasan. Jadi, sikap spiritual bangsa Indonesia jelas dalam perjuangan yang dilakukan untuk bangsa dan negara Indonesia ingin membangun peradaban manusia di masa depan yang lebih baik.

"Pada intinya, Kardinal mendukung 100 persen perjuangan GMRI, karenanya, dia memaparkan tugas GMRI yang terberat adalah mengembalikan fitrah manusia Indonesia sebagai makhluk Tuhan. Karena manusia bukan Tuhan, tapi sekedar makhluk ciptaan-Nya belaka. Maka itu agama jangan sampai kehilangan nilai-nilai spiritualitasnya," pesan Kardinal Ignatius Suharyo kepada GMRI.

Seluruh pesan Kardinal itu dipahami oleh Eko Sriyanto Galgendu yang acap  mengungkapkan dalam istilah "Orang Jawa kehilangan Jawanya". Artinya, sikap dan sifat keagungan dan kearifan serta sifat rendah hati dan sangat penuh tenggang rasa.

Komentar