Sabtu, 20 April 2024 | 15:23
OPINI

Senyum Kakek Palestina

Senyum Kakek Palestina
ilustrasi kakek pemberani Palestina

Gejolak di bumi para Nabi bukan hanya di tahun ini, namun sudah sangat lama dan sudah tidak terhitung korban yang syahid menjaga tanah Palestina. Tentu saja korban paling banyak anak anak yang tak berdosa. Anak anak yang sedang bermain seketika menjadi mayat karena rudal zionis Israel. Sungguh tidak berprikemanusiaan. Siapapun yang punya hati pasti merasakan duka yang melanda rakyat Palestina.

Palestina adalah negara yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia, ketika Republik Indonesia menyatakan kemerdekaannya belum satu pun negara mengakui kecuali Palestina dan diikuti negara Arab yang lain. Jadi bukan negara Cina yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia. Maka kalau ada yang bilang Palestina bukan urusan kita mungkin mereka lupa dengan sejarah.

Tahun 1994 ketika pertama kali aku mengunjungi Palestina, dari awal memasuki kota Hebron dan Jerusalem sudah banyak tanah muslim Palestina yang dikuasai Israel. Belum lagi polisi Israel yang bersenjata lengkap berseliweran tidak hanya di pusat kota tapi juga di lingkungan Aqso. Seakan menunjukkan merekalah yang berkuasa. Para tentara Israel sangat ramah pada wisatawan tentu saja karena menghasilkan devisa bagi negara mereka.

Seperti saat aku melewati tentara Israel itu dengan ramah mereka menyapa, " Indonesia apa kabar?" Aku hanya menjawab, dengan senyum kecut sambil melirik kesenjata yang mangsanya tentu saja rakyat Palestina. Aku membayangkan senjata mereka membunuh penduduk yang tidak berdosa.

Orang Israel memang dianugerahi wajah yang tampan, nyaris sempurna, bayangkan bagaimana tampannya Nabi Yusuf As hingga Zulaikha pun tergoda. Dikisahkan dalam al Qur an Israel keturunan Nabi Yaqub As. Walaupun sebenarnya aku juga ingin berfoto bersama mereka seperti wisatawan yang lain, namun lagi lagi senapan yang ditangan mereka membuat keinginanku sirna.

Ketika kami kembali ke bis seorang bapak tua dengan tongkat tertatih masuk ke bis, ia mengucapkan salam kakek yang sudah putih rambutnya itu ternyata buta. Kemudian ia melantunkan ayat al Qur an surat Al Isra ayat 1 sampai 10.. Masha Allah suaranya merdu, bis yang tadinya ramai dengan obrolan hening seketika, semua yang di bis terpesona dengan tilawahnya bahkan banyak yang menangis. Lalu aku mengumpulkan uang dari rombongan kami. Dan aku serahkan ke kakek itu, sebenarnya banyak yang ingin aku ucapkan namun sayang saat itu aku sama sekali tidak bisa bahasa Arab.

Kakek itu menerima dengan senyuman, "Syukron. Alhamdulillah. Semoga Allah selalu melindungi anda semua.." jawab kakek itu. Kemudian aku tuntun tangan Kakek itu dan membimbingnya turun dari bis. Sebelum aku kembali ke bis. Aku ucapkan salam, "Asalamualaikum." Kakek menjawab, " waalaikumsalam warahmatulahi wabarakatuh, maa salamah," ucapnya.

Bis kami mulai bergerak kembali aku lambaikan tanganku walaupun aku tau kakek itu tak mungkin membalas karena dia tak bisa melihat. Perjalanan kami lanjutkan, aku masih saja mengingat kakek tua itu, senyum kakek itu dan pakaian switernya sudah banyak yang robek. Jika di Indonesia banyak yang ngamen dengan membawakan lagu dalam bis tapi di Palestina justru tilawah al Quran. Benar hadis Rasulullah bahwa Palestina adalah negri yang diberkahi. Walaupun besarnya cobaan mereka namun iman mereka lebih besar lagi. Banyak anak-anak yang sudah hafal al Quran dan tanah Palestina juga sangat subur dibandingkan negara Arab lainnya.

Bis kami melaju ke arah selatan Jerusalem menuju Bethelem. Ali sangat ramah dan selalu mengajak ngobrol karena aku selalu duduk paling depan, "Halo, bagaimana pendapatmu tentang bapak tua tadi?" tanya Ali. Aku menarik nafas panjang sambil memperhatikan perkebunan zaitun dan anggur yang sangat subur. "Yah, kelebihan bangsa anda, ditengah penderitaan yang panjang tak pernah meninggalkan al Quran seperti anda kan tilawah terus," jawabku. Ayah 3 anak ini tertawa, "Alhamdulillah hanya itu yang kami punya, karena harta kami, rumah kami kapan saja bisa rata karena rudal Israel namun tidak hapalan al Quran kami. Jika Kami syahid karena menjaga tanah Palestina paling tidak hapalan al Quran ini selalu kami bawa walaupun jasad kami telah menyatu dengan tanah."

Majleb jawaban Ali dengan bahasa Inggris membuat hatiku bergetar tak terasa basah mataku. Sungguh, aku malu sekali dengan ucapan driver yang sederhana ini. Ucapan yang sangat dalam maknanya. Masha Allah pantas saja mereka kuat karena mereka sudah siap syahid dengan membawa kecintaan mereka pada Al Quran.

Sungguh, walaupun aku dari Indonesia dan Ali di Palestina namun kami sama sama punya satu tujuan menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidup, hingga maut menjemput tetap ingin bersama ayat al Quran.

Bis melaju menuju Bethelem terletak di 10 km selatan kota Jerusalem, tempat ini dipercayai sebagai tempat lahirnya nabi Isa As. Maka ummat Islam dan Nasrani jika ke Palestina pasti mengunjungi tempat ini. Bethelem berada di daerah perbukitan banyak perkebunan anggur dan zaitun, memang zaitunnya Palestina sangat tersohor. Sungguh Jerusalem kota yang indah dan penuh sejarah.

Palestina kota ke 3 yang wajib dikunjungi selain Makkah, Madinah dan Aqso. Perjalanan spritual ke Palestina punya nilai plus karena hidup dalam penjajahan yang panjang serta penuh koplik. Siapa pun yang masih punya hati, tentu tak bisa membiarkan koplik berdarah ini terus terjadi bukan karena mereka Muslim tapi mereka manusia yang harus dihormati dan dilindungi hak hidupnya.

Safarku ke Palestina membuat hati ini makin bergairah untuk membela negara mana pun yang dijajah karena Indonesia pernah merasakan betapa menderitanya hidup saat dijajah Belanda dan Jepang. Banyak ulama yang gugur dalam merebut kemerdekaan dan Palestina sampai saat ini masih terus berjuang untuk Merdeka. Palestina tidak sendiri, derita mereka adalah derita kita juga. (Perjalanan Jurnalistik)

Elva Tazar (Ig@elvatazar)

Penulis Novel Amak

Komentar