Jumat, 19 April 2024 | 17:18
OPINI

Air Mata Surga Tak Gendong Kemana-Mana

Air Mata Surga Tak Gendong Kemana-Mana
Ilustrasi Air Mata Surga

Pada saat Pandemi Corona ini hampir setiap hari kita mendengar berita duka, entah karena kehilangan orang yang kita kasihi, kehilangan kesehatan ataupun kehilangan pekerjaan. Jadi wajarlah pada saat ini SORGA sedang dibanjiri oleh Air Mata dari umat-Nya. Namun jawablah sendiri: “Who Care?”

Siapa yang mau peduli akan penderitaan anda, terkecuali orang yang dekat dengan anda. Kita sudah berdoa sepanjang hari dengan tanpa diputus oleh kata amin, hanya sayangnya doa ini hanya sekedar komunikasi searah saja saja sebab selalu no reply!

Mang Ucup sendiri bulan kemarin baru saja kehilangan adik kandung bungsu saya yang terkasih, jadi saya bisa merasakan rasa duka yang terdalam dari orang yang mengalami nasib yang serupa dengan Mang Ucup. .

Rasa duka adalah perasaan yang paling sukar bisa dilupakan, sebab kemanapun kita pergi selalu Tak Gendong Kemana-mana.  Entah anda pergi berlibur ke Belanda ataupun tinggal tetap dirumah. Sang duka ini akan selalu Tak Gendong Kemana-mana. Bahkan ke rumah ibadah sekali pun sang duka itu selalu Tak Gendong Kemana-mana.

Lagu Tak Gendong Kemana-mana adalah lagu yang dipopulerkan oleh mbah Surip di tahun 2009. Orang merasakan rasa duka yang terdalam pada saat kita ditinggal .oleh orang yang kita kasihi. Ketika orang yang kita kasihi meninggal dunia. Kita berusaha untuk menghibur diri kita sendiri dengan harapan.

Nanti di surga kita akan bisa berjumpa kembali, sebab di surga tidak akan ada air mata. Begitu juga ketika orang yang kita kasihi sedang jatuh sakit kita berdoa dengan penuh harapan agar bisa segera disembuhkan kembali.

Namun apabila kita jawab dengan jujur kita belum mampu untuk bisa menjawab semua pertanyaan mengenai surga. Maklum tidak ada satupun orang baca manusia, yang pernah tour dan sight seeing ke surga. Semua orang yang pulang ke Sorga hanya memiliki One Way Ticket saja. Maklum sampai saat ini belum ada travel office baca agama yang bisa memberikan penawaran return ticket balik ke dunia kembali.

Eric Clapton 71 tahun, seorang musisi yang paling sukses pada abad ini dan juga sebagai guitaris terbaik sepanjang masa. Oleh sebab itu ia dinobatkan sebagai The Immortals: 100 Greatest Artists of All Time oleh majalah The Rolling Stone.

Namun kenyataannya ia juga tidak bisa luput dari rasa duka. Bahkan ia meng-gendong rasa dukanya selama bertahun-tahun. Ia telah kehilangan anaknya yang berusia empat tahun. Anaknya terjatuh dari lantai 54 di sebuah apartement tempat dimana ia tinggal.

Pada saat ia meraskan duka yang terdalam di dalam kehidupannya. Ia menciptakan lagu “Tears in Heaven” (Air Mata di Surga).  Lagu ini bukan lagu rohani. Lagu ini ditulis oleh tangan Eric Clapton yang sedang bergetar, karena dukacita yang besar.  

Dalam lagu tersebut ia menuangkan jeritan hatinya maupun pertanyaan-pertanyaan.  Dimana ia mengharapkan untuk bisa mendapatkan jawabannya. Ia mengharap dari jawaban pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan dalam lagu tersebut.  Minimum bisa meringankan, bahkan menghilangkan beban rasa dukanya.

Dalam lirik lagu tersebut ia menanyakan:  Would you know my name, if I saw you in heaven?, Would you feel the same, if I saw you in heaven? , Would you hold my hand If I saw you in heaven? Apakah engkau akan mengenali namaku seandainya aku melihatmu di sorga? Apakah engkau akan merasakan hal yang sama seandainya aku melihatmu di sorga? Apakah engkau akan memegang tanganku seandainya aku melihatmu di sorga.

Lagu tersebut menjadi Top Hit bahkan merupakan lagu wajib setiap kali ia manggung. Bertahun-tahun ia menyanyikan lagu tersebut di tengah gemuruh sorak sorai penonton. Tanpa seorang penonton pun yang mengetahuinya, bahwa setiap kali ia menyanyikan lagu tersebut. Air matanya mengalir dengan deras dan hatinya terasa nyeri seperti dicabik-cabik, karena ia teringat kembali akan sang putera kesayangannya.

Eric Clapton - Menggendong Kemana-mana Rasa Dukanya. Bahkan di tempat yang paling wah dan paling ramai sekalipun juga. Rasa duka tersebut selalu Tak Gendong Kemana-Mana.  Sehingga akhirnya ia memiliki keinginan maupun kekuatan untuk melepaskan rasa duka tersebut.  Dimana akhirnya ia mengambil keputusan untuk berhenti dengan tidak mau menyanyikan lagi lagu “Tears in Heaven”.

Mulai saat itulah pula ia mulai bisa bebas dan gendongan beban larut dukanya, sehingga dengan mana beban dukanya tak perlu – Tak Gendong Kemana-mana lagi. Melepaskan beban duka, harus dilakukan dan atas ikhtikad dari diri sendiri, The Question: Apakah anda belum merasa lelah dan capek?

Tak Gendong Kemana-mana terus beban duka anda? Oleh sebab itu usahakanlah agar beban duka tersebut untuk TAK di gendong Kemana-mana lagi di tahun 2021 ini. I must be strong And carry on, 'Cause I know I don't belong, Here in heaven.

https://www.youtube.com/watch?v=IeJ_tMnNzZc

Mang Ucup

Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar