Jumat, 19 April 2024 | 11:58
OPINI

Jakarta Banjir, Diperlukan Menata Air Bukan Menata Kata-kata

Jakarta Banjir, Diperlukan Menata Air Bukan Menata Kata-kata
Ilustrasi. (Dok. Tirto)

Klaim wagub Jakarta bahwa penanganan banjir sejak awal Februari 2021 sekarang ini lebih dari sebelumnya itu tidak tepat dan salah total. Justru penanganan sekarang ini tidak lebih baik atau sama saja dengan saat banjir 2002 lalu. Padahal banjir Jakarta dan debit hujannya jauh lebih besar saat awal Februari 2002 lalu. 

Menurut BMKG dan Ahli Tata Air Universitas Indonesia (UI) Firdaus Ali dikatakan bahwa debut hujan sekarang ini belum besar dan belum maksimal. Sementara penanganan yang dilakukan oleh Pemprov Jakarta tidak terkoordinasi baik. Akibatnya warga yang menjadi korban banjir Jakarta alami kepanikan dan kerugian jauh lebih besar saat terjadi banjir Jakarta 2002. Dalam menangani banjir Jakarta yang harus dilakukan adalah menata air dan buka menata kata-kata seperti dilakukan wagub Jakarta yang mengklaim penanganan banjir sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya, juga seperti klaim Gubernur Jakarta Anies Baswedan yang mengatakan bahwa bukan banjir yang terjadi hanya genangan air yang akan reda dalam waktu 2 jam.

Jakarta adalah kota yang posisinya rendah atau berada di bawah permukaan laut. Jadi Jakarta banjir adalah sudah maklum terjadi setiap tahun setidaknya. Kondisi sangat diketahui dan disadari semua warga termasuk Pemprov Jakarta. Termasuk juga para calon gubernur saat kampanye Pilkada Jakarta selalu mengatakan akan menangani banjir dengan menata air dan menolong warga. Dalam menangani banjir, yang harus dilakukan tindakan menata air dan menolong. Menata air harus dilakukan dengan membangun saluran air (drainase) yang bersih lancar. Menolong warga dilakukan dengan menyiapkan warga menghadapi banjir yang akan datang dengan memberikan informasi awal dengan sistem informasi dini (early warning system) dan menyiapkan sistem bantuan darurat (emergency respons  system).

Fakta di lapangan seperti banjir hari ini, warga yang menjadi korban banjir panik dan tidak siap menghadapi banjir serta tidak tahu mau menyelamatkan diri ke mana titik amannya. Jelas situasi sangat merugikan warga karena aparat pemprov tidak bekerja baik, padahal banjir bukanlah kejadian langka bagi Jakarta. Banjir melanda Jakarta sudah setiap tahun dan seharusnya pemprov sudah memiliki pengalaman atau setidaknya sudah siap dalam menanganinya.

Melihat penanganan banjir hingga hari ini di Jakarta kelihatan Pemprov Jakarta tidak siap dan tidak peduli. Bayangkan saja hari ini air di Sungai Ciliwung Jakarta Timur sudah hampir rata dengan tanggul yang dibangun pada 2015 lalu. Hingga hari tidak ada tambahan upaya dilakukan oleh Pemprov Jakarta untuk menata air dan menolong warga saat banjir. Penanganan banjir hari ini tidak lebih baik dari penanganan saat banjir 2002 lalu, tanpa upaya menata air dan tanpa upaya menolong warga. Upaya menata air dan kesiapan membantu korban banjir baru terjadi pada tahun 2015. Situasi ini membuktikan bahwa sampai hari ini Pemprov Jakarta, Gubernur Jakarta Anies Baswedan tidak memperbaiki tata kelola air dan menolong warga secara baik. 

Upaya yang harus dilakukan adalah: 

1. Melakukan tata kelola air dengan membangun saluran air (drainase) yang baik lancar dan membangun tanggul air di sepanjang Sungai Ciliwung. 
2. Membangun sistem informasi dini dan sistem bantuan darurat untuk menolong warga yang akan menjadi korban banjir.

Jakarta, 20 Februari 2021

Azas Tigor Nainggolan
Ketua Forum Warga Kota (FAKTA) Indonesia

Komentar