Jumat, 26 April 2024 | 05:34
OPINI

Who Is The Real Mang Ucup? (Bag. 1)

Takdir Itu Takhayul

Takdir Itu Takhayul
Mang Ucup alias Jusuf Randy

Sejak usia enam tahun saya sudah mempunyai tekad ingin jadi juragan. Kenapa ingin jadi juragan? Ayah saya hanya sekedar montir mobil pegawai bengkel.

Sehingga agar bisa menghidupi kami lima bersaudara; Ma Anie (Bunda) saya harus bantu jualan kue dan bacang. Beda dengan teman-teman saya dari keluarga wong sugih dimana pada saat pulang sekolah pun mereka dijemput pakai mobil bel air.

Hal inilah yang membuat si Ucup kecil jiwanya berontak dan mendambakan ingin jadi juragan ! Keinginan saya itu dicibirkan bukan saja oleh anak-anak sebaya saya, bahkan oleh orang tua saya sendiri. Mereka pikir mana mungkin anak si awat (ayah) bisa jadi juragan !

Jadi preman sih sangat mungkin sekali. Maklum bukan saja, karena saya anak dari seorang buruh kecil. Namun IQ saya juga tidak menunjang disamping itu bangor bin nakal dan malas bingit. Menurut guru sekolah saya otak Mang Ucup itu tidak lebih besar dari otak ayam alias sudah ditakdirkan jadi dumb -wong goblok bin dungkuk.

Betapa tidak ketika sekolah SD saja, dua kali tidak naik kelas, sedangkan pada saat sekolah SMP tidak naik kelas juga. The question is apakah saya harus menerima nasib (takdir) sebagai wong goblok dan wong miskin terus ? no wei lah !

Oleh sebab itulah mulai dari sejak kecil sudah mulai transaksi bisnis kecil-kecilan. Saya masih duduk di bangku sekolah dasar saya sudah tertarik untuk melakukan transaksi bisnis investment kecil-kecilan. Insting bisnis saya terasah ketika melihat anak-anak senang bermain jangkrik.

Disini saya melihat peluang bisnis dengan modal kecil bisa dapat untung besar. Saya terjun jualan jangkrik dengan siasat menamai jangkrik-jangkrik yang dijual saya dengan nama-nama tokoh seperti Tarzan atau Superhero Batman dan Superman. Supplier saya pada saat ini petani dari pelosok kampung yang jauh sehingga bisa beli murah.

Strategi ini menghasilkan daya tarik luar biasa. Banyak anak-anak yang berjubel membeli jangkrik yang dijual saya. Jangkrik-jangkrik dagangan Mang Ucup dikenal nyaring bunyinya dan selalu menang jika diadu. Maklum pinter memilih quality dari barang dagangan.

Keterampilan dalam membuat layang-layang sendiri menjadi modal utama bagi saya untuk bisa mendulang banyak keuntungan. Layang-layang buatan saya dibuat unik dan menawan yaitu dengan membuat gambar khusus pada badan layang-layang. Aneka gambar tokoh kartun yang digandrungi anak-anak menjadikan layang-layang made in Mang Ucup terjual laris.

Saat usia delapan tahun saya sudah punya karyawan, ialah teman yang bisa gambar layangan. Pada saat peralihan kenaikan sekolah, saya berusaha mengumpulkan pembelian buku sekolah dari teman-teman sekelas. Sehingga saya bisa dapat diskon dalam pembelian buku dalam jumlah besar.

Dari keuntungan tersebut saya bagikan sebagian keuntungan saya; berupa buku sekolah kepada teman-teman dari keluarga yang kurang mampu. Begitu juga saya pernah jadi broker alias calo Karcis Bioskop, agar bisa nonton bioskop secara gratisan.

Namun suatu ketika saya sedang apes. Saat saya sedang asyik berjualan tiket, saya kepergok guru sekolah. Karena sudah ketangkap basah dan kehilangan jurus menghindar; dengan berat hati saya hadiahkan satu tiket kepada guru tersebut.

Dengan demikian saya bisa meredam amarah guru dan tidak setrap di depan kelas. Sebab selain malu takut kalau ketahuan dan dihajar oleh Babah Awat (ayahanda). Akibat pemberian karcis tersebut saya jadi disayang oleh sang Guru. Jadi kehilangan satu tiket anggap saja sebagai biaya invest dengan motto no pain – no gain!

Ketika saya masih kelas SMP pun saya saya sudah memiliki timeline (jadwal) kehidupan saya. 1. Sebelum usia 20 tahun sudah harus bisa hijrah entah ke Amerika atau ke Jerman. 2. Sebelum usia 25 tahun harus bisa menikah dengan gadis bule. 3. Sebelum 35 tahun sudah harus bisa jadi direktur. 4. dan sebelum 40 tahun sudah harus menjadi juragan.

Jadi jadwal 3-TA (wani-TA, tah-TA & har-TA) sudah diprogram sebelumnya di dalam kehidupan saya seperti seperti Komputer. Harus diakui bahwa sudah dari dahulu saya mempunyai watak think big. Dengan motto: Only The Best is Good Enough. Maka dari itulah pula dikemudian yang menjadi motto dari usaha saya adalah: we are not the first but the best !

Berdasarkan patokan saya pada saat itu. Seseorang baru bisa dinilai dan layak disebut sebagai seorang juragan. Apabila ia memiliki rumah besar seperti Istana Elvis di Graceland. Punya mobil sport Ferrari maupun Roll Royce Silver Cloud bahkan pesawat pribadi. Dan tabungan di Bank lebih dari satu juta AS dollar ! Wong namanya juga Millionaire !

Apabila ingin jadi juragan harus belajar di negeri juragan ialah Eropa atau Amerika. Hal itulah yang mendorong saya untuk hijrah ke Jerman, karena saat itu satu-satunya negara dimana saya bisa berangkat tanpa Visa.

Namun bagaimana saya bisa ke Eropa dgn modal nekad dan dengkul saja? Baca lanjutannya, begitu juga kalau tidak membosankan ! Maturnuwun sanget berkah dalem.

PS: Bagi mereka yg belum mengetahui Mang Ucup sebelumnya silahkan akses di Wikipedia dengan nama Jusuf Randy.

Mang Ucup

Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar