Sabtu, 20 April 2024 | 03:19
OPINI

Per-Empu-An

Per-Empu-An
Ilustrasi Perempuan (int)

Per itu berarti makhluk, Empu berasal dari kata Sansekerta yang berarti mulia, berilmu tinggi, pembuat suatu karya agung. Sementara kata "Wanita" yang berasal dari bahasa Sansekerta konon berarti "orang yang berhias wajah".

Hal inilah yang menyebabkan Mang Ucup lebih senang menggunakan kata Perempuan. Sedangkan kata wanita dalam etimologi Jawa itu berasal dari "wani ditoto" alias “berani diatur” = berani ditata.

Menurut Old Javanese - English Dictionary (Zoetmulder, 1982), kata wanita berarti "yang diinginkan". Wanita = Pengabdian, maklum pria lebih menginginkan perempuan yang setia dan penuh pengabdian daripada perempuan yang mandiri.

Dulu, kementeriannya bernama "Menteri Urusan Peranan Wanita". Tapi sejak tahun 2004 diubah jadi "Menteri Pemberdayaan Perempuan". Jadi, siapa yang diurus, siapa yang perlu diberdayakan? Mungkin, jika suatu saat perempuan sudah berdaya, apakah bangsa ini perlu Menteri Urusan Laki-Laki atau Menteri Revitalisasi Pria?

Dari segi genetika wanita lazim diberi simbol XX, sedangkan pada pria lazim diberi simbol XY. Pernahkan kita berpikir, kenapa tanah air disebut Ibu Pertiwi bukannya Bapak Pertiwi? Pusat pemerintahan disebut Ibu Kota bukan Bapak Kota? Leluhur disebut nenek moyang bukan bapak moyang? Jari yang ukurannya paling besar disebut ibu jari?

Mang Ucup akhiri tulisan ini dengan ungkapan dari seorang perempuan: “Saya cuma mau dipanggil wanita oleh orang-orang yang memang kepada mereka saya menyerahkan kuasa. Mereka yang saya pilih untuk menjadi mengabdikan hidup saya yang merdeka. Tuhan saya, Nabi saya, Ayah saya, dan suami saya nanti".

Karena pada hakikatnya memang saya ingin mengabdi karena saya memilih, bukan karena tidak punya pilihan lain. Saat ini saya masih ingin dipanggil perempuan. Namun kali nanti saya jadi wanita, saya ingin jadi wanita yang merdeka, yang mulia, berilmu tinggi, dan berkarya seperti Empu dalam perempuan. Tidak hanya dijadikan perhiasan sangkar madu, karena ternyata Sabda Alam tidak bertitah tentang penjajahan melulu.

Mang Ucup

Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar