Sabtu, 20 April 2024 | 18:29
NEWS

Obati Kerinduan, KBRI Quito Fasilitasi Reuni Virtual Missionaries NTT

Obati Kerinduan, KBRI Quito Fasilitasi Reuni Virtual Missionaries NTT
Reuni virtual KBRI Quito dan Missionaris NTT (Dok KBRI Quito)

ASKARA - Kedutaan Besar Republik Indonesia yang berkedudukan di Quito memfasilitasi pertemuan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan para missionaries dari NTT yang bertugas di Ekuador dan beberapa negara lainnya, Selasa (7/7) lalu. 

Pertemuan virtual yang diisi dengan obrolan santai untuk melepas kerinduan dari mayoritas padre dan suster berasal dari NTT itu disiarkan langsung Radio Trilolok dan Swara NTT dari Kupang dan dipandu langsung oleh Marius Jalamu, Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTT dan dibuka dengan sambutan dari Dubes RI Quito, Diennaryati Tjokrosuprihatono.

Dalam pertemuan itu, Diennaryati menyampaikan perkembangan kondisi masyarakat Indonesia di Ekuador, serta kegiatan yang dilakukan KBRI Quito bersama masyarakat Indonesia selama karantina mandiri akibat pandemi Covid-19. Diennaryati juga mengapresiasi upaya Pemerintah NTT yang sudah mulai memberlakukan new normal dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. 

Menurut Diennaryati, jumlah kasus positif Covid-19 di Ekuador masih cukup tinggi meskipun sebelumnya telah diberlakukan aturan lockdown selama 3 bulan oleh Pemerintah Ekuador, ditutupnya sarana transportasi umum antar kota dan penerbangan, baik lokal maupun internasional sehingga aktivitas sangat terbatas.

Selama karantina, kegiatan-kegiatan masih bisa dilakukan dengan cara virtual melalui aplikasi Zoom serta WA grup bersama masyarakat Indonesia untuk memudahkan informasi dari masyarakat di berbagai daerah di Ekuador. 

"WA grup ini selalu dimanfaatkan untuk saling berbagi informasi, memberikan edukasi juga sebagai sarana kreatifitas seperti membuat lagu dan pantun yang kemudian bisa dibagikan di WA grup tersebut," kata Diennaryati, dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Jumat (10/7).

Padre Boni Buahendri yang berada di Sydney menyampaikan, situasi Covid-19 masih aman dan belum ada WNI yang positif corona. Padre Agus yang berada di Mississippi menyampaikan bahwa Gereja sudah dibuka sejak minggu kedua di bulan Mei. 

"Namun masih dibatasi hanya 25 persen kegiatan di Gereja serta tetap dengan memperhatikan protokol kesehatan seperti memakai masker, hand sanitizer dan tetap menjaga jarak," ujar Padre Agus.

Sementara, Suster Bernalde Lin di Ekuador mengungkapkan, sejauh ini di Ekuador sudah mulai dilakukan new normal. Namun, sekitar 50 Paroki di Quito masih ditutup karena takut ada salah satu jemaat yang tidak jujur jika salah satu anggota keluarganya ada yang positif corona. "Dengan demikian selama lima bulan ini kegiatan ibadah hanya dilakukan secara virtual," ucapnya.

Saat ini di Ekuador terdapat 16 orang Missionaris Indonesia yang sebagian besar berasal dari NTT. Tiga orang di antaranya adalah Suster yang sama seperti para Pastor, bertugas di berbagai daerah di Ekuador termasuk daerah-daerah terpencil di kawasan Amazon. 

Sebagian sudah bertugas puluhan atau belasan tahun di Ekuador. Semuanya sangat aktif, tidak saja dalam melaksanakan Misi Agama namun juga dalam upaya memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat Ekuador.

Komentar