Sabtu, 20 April 2024 | 06:28
OPINI

Keselamatan dalam Allah

Keselamatan dalam Allah
Ilustrasi. (Beritabethel)

Setelah merayakan misteri Paskah dan Pentakosta, Gereja diajak untuk merenungkan misteri Allah. Hal ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu ada bersama Dia, di dalam Dia, dan untuk Dia: melalui Kristus, Allah menyatakan dirinya kepada kita sebagai misteri cinta yang tak terbatas, yang menyinari kita laksana matahari dan menjadikan kita hidup. 

Singkatnya, di dalam Yesus Kristus, manusia kristen akan hidup, berkembang dan ada; dan kita pun akan mencapai keselamatan di dalam Allah.

Tema "keselamatan" untuk ‘anak yang hilang’ pada zaman Yesus, mendorong Nikodemus untuk bertemu dengan Yesus Sang Guru (Injil Yohanes 3:16-18). Kehadirannya mewakili pengetahuan teologis Yahudi pada masa itu. Hal ini memperbaharui hidupnya. Ia datang kepada Yesus, sebagai simbol "keberanian menyerahkan diri" dari manusia biasa kepada iman akan Allah. Suatu peralihan dunia filsafat dan ide yang hanya "mengetahui" Allah, menjadi dunia iman, yang hidup di dalam Allah.

Nikodemus bertemu dengan Yesus, dan dirinya dipimpin untuk "mendalami" Dia, bukan sebagai seorang guru biasa, tetapi dalam pengertian yang sama sekali baru: yaitu Yesus sebagai Anak Allah, yang menuntun manusia pada keselamatan. "Keselamatan" yang diinginkan oleh manusia ini, rupanya berada di jalan yang jarang dipilih atau dilalui oleh manusia. Jalan ini menuntun manusia untuk terbuka dan terlahir kembali dari "Roh".

Keselamatan akan tercapai jika hidup manusia berakar pada pengalaman pribadi (iman) yang terkoneksi dengan Cinta Allah. Tidak ada keselamatan tanpa pengorbanan, rasa sakit dan derita, sebagaimana yang dialami Yesus hingga wafat di kayu Salib. Dalam setiap pengalaman, bahkan yang tergelap dalam kehidupan manusia, kita diajak untuk menemukan Roh Cinta dicurahkan oleh Yesus, yang memberikan segalanya. Inilah inspirasi dan misteri terbesar di dalam hidup manusia, bahwa Allah telah hadir dan menemani kita dalam luasnya semesta.

Dalam terang Hari Raya Tritunggal Mahakudus, kita pun diajak untuk berdoa agar kita dituntun oleh Roh dan Kebenaran, dan pada akhirnya memperoleh keselamatan yang kekal. Amin.

(Penulis adalah Pastor Keuskupan Agats Papua, sedang tugas belajar di Roma)

Komentar