Horor Gunung Lawu, Diikuti Burung Gagak dan Pendaki Misterius
ASKARA - Cerita mistis di Gunung Lawu rasanya sudah banyak didengar dari para pendaki.
Namun gunung yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur itu menjadi yang terfavorit.
Pendaki asal Semarang bernama Gilang memiliki pengalaman mistis ketika mendaki Gunung Lawu pada akhir 2005 silam. Dia bersama dua temannya memilih jalur pendakian Cemoro Sewu.
Mereka berangkat dari Salatiga dan ini merupakan pendakian yang ketiga kalinya. Menempuh perjalanan empat jam dengan bus, berangkat sekitar pukul 14.00 WIB menuju basecamp.
"Pukul 18.30 WIB sampai di basecamp Cemoro Sewu, registrasi masih Rp 1.500 dan dikasih peta. Mulai perjalanan sekitar pukul 19.30 WIB," tutur Gilang dalam akun Youtube Gunung Mistis.
Gilang mengaku dalam perjalanan dari basecamp sudah tidak merasa mistis. Kala itu cuaca juga cukup dingin karena peralihan dari kemarau menuju musim penghujan.
"Perjalanan terasa lama menuju pos satu. Waktu itu kita masih ditemami oleh tape recorder pakai baterai refill. Di perjalanan banyak perkebunan warga" katanya.
Meski terbilang jalur yang paling cepat untuk menuju puncak, namun para pendaki dihadapkan dengan medan berupa bebatuan yang ditata rapi. Hal itu menjadi tantangan tersendiri.
"Jalur via Cemoro Sewu menguras tenaga karena tipikalnya bebatuan bukan jalan alami karena jalan berbatu. Dari jauh terdengar suara krincingan sapi. Itu aneh banget," cerita Gilang.
Sumber suara ada di sebalah kanan berdekatan dengan areal kebun warga. Yang lebih mengejutkan, mereka diikuti burung gagak yang mitosnya membawa kabar buruk.
"Dari pos dua menuju pos tiga ada burung gagak. Kalau kata orang Jawa ini pertanda tidak bagus," kata Gilang.
Mereka tiba di pos empat pukul 23.00 WIB, waktu sudah menunjukan tengah malam akhirnya mereka bersitirahat. Mereka tidak membawa tenda hanya matras dan sleeping bag.
Tidak berselang lama, salah satu temannya terbangun karena ingin buang air kecil, Gilang pun menemaninya. Ketika kembali untuk tidur nuansa mistis kemebali terasa.
"Tidak sengaja melihat ke atas ada sosok makhluk besar melihat ke arah kami. Akhirnya aku buang muka, berdoa sebisanya. Cuma masih aku melirik kenapa masih dia ngelirik," kata Gilang yang ketakutan.
Suasana makin horor, mereka memutuskan melanjutkan perjalanan dan Gilang memilih di depan. Perlahan ketakutannya mulai hilang tapi kondisinya makin gelisah.
"Saya sudah sempoyongan karena semalaman tidak tidur," lirihnya.
Pukul 04.00 WIB mereka tiba di pos empat dan memutuskan untuk istirahat sejenak. Gilang mencoba tidur, tepat di jalur pendakian yang bebatuan. Sementara dua orang temannya memasak makanan.
"Aku dibangunkan lima orang pendaki (misterius). Sigit dan Lukman pun lihat. Mereka bilang 'mas maaf kalau tidur jangan di tengah jalan karena ini buat lewat'," kata Gilang menirukan suara mereka.
"Aku cuma bilang maaf mas. Saking capeknya semalam tidak tidur," timpalnya.
Pendaki berjumlah lima orang itu akhirnya menunggu kelompok Gilang berkemas dan melanjutkan perjalanan bareng. Di tengah perjalanan tidak ada perbincangan.
Ketika tiba di sebuah sumur, pendaki itu memberi informasi bahwa tempat itu kerap digunakan untuk semedi. Namun hal itu tidak digubrisnya karena itu bukan tujuan Gilang.
"Di shelter enam dan kala itu sudah ada warga yang tinggal. Mencoba masak air. Di situ kita disapa dan baru tahu keanehan itu. Si bapak itu cuma bilang 'mas sini mampir dulu kan cuma bertiga aja'," kata Gilang menirukan pria tua itu.
"Kita ada delapan ini pak," jawab Gilang. Yang lainnya di mana. Dalam hati, saya bilang ini tidak benar," jelasnya.
Pendaki yang lima orang itu pun kemudian menghilang entah ke mana.
Komentar