Kamis, 17 Juli 2025 | 03:54
OPINI

Mitos Nol Persen Lemak: Apa yang Disembunyikan Makanan Ringan Favoritmu?

Mitos Nol Persen Lemak: Apa yang Disembunyikan Makanan Ringan Favoritmu?
Aneka cemilan (Dok Pixabay)

Oleh: Muhammad Hafizh Zaidan Ardiansyah
Program Studi Teknologi Pangan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ASKARA - Di rak minimarket, kita semakin sering melihat camilan dengan label “0% lemak” atau “bebas lemak”. Bagi banyak orang, klaim ini terasa meyakinkan: “Wah, aman buat diet!” Tapi benarkah makanan ringan tanpa lemak selalu lebih sehat?

Jawabannya: tidak sesederhana itu.

Lemak: Kawan atau Lawan?

Selama ini lemak sering dianggap sebagai musuh tubuh. Padahal, dalam jumlah dan jenis yang tepat, lemak justru penting untuk kesehatan. Lemak membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K, serta menjadi sumber energi cadangan.

Masalahnya bukan sekadar soal “ada atau tidaknya lemak”, tapi apa yang menggantikan lemak saat dihilangkan dari produk pangan.

0% Lemak, Tapi Gula Berlebih?

Demi mengikuti tren “rendah lemak”, banyak produsen mengurangi kandungan lemak pada produknya. Namun agar rasanya tetap lezat, mereka menambahkan gula, pemanis buatan, atau bahan tambahan lainnya. Hasilnya? Kalori tetap tinggi, tapi kandungan gizinya rendah.

Contohnya, beberapa biskuit rendah lemak justru memiliki kandungan gula yang lebih tinggi daripada versi regulernya. Artinya, label “rendah lemak” tidak selalu berarti “lebih sehat”.

Apa yang Tidak Tertulis di Label

Di sinilah ilmu pangan berperan penting. Para ahli menggunakan metode analisis di laboratorium untuk mengukur kandungan nutrisi, mulai dari protein, lemak, gula, hingga jenis karbohidrat. Hasil pengujian inilah yang membantu produsen membuat label gizi yang akurat, sekaligus melindungi konsumen dari informasi yang menyesatkan.

Jadi, meskipun tulisan “0% lemak” benar, bukan berarti makanan tersebut bebas dari risiko kesehatan lainnya.

Bijak Memilih, Tak Sekadar Percaya Label

Kesadaran akan gizi seharusnya tidak berhenti pada satu klaim menarik. Memahami keseluruhan komposisi, lemak, gula, serat, dan lainnya, adalah langkah awal menuju pola makan yang sehat.

Kita sebagai konsumen perlu jeli membaca label, tidak hanya terpaku pada frasa seperti “rendah lemak” atau “tinggi serat”. Di balik makanan ringan yang tampak sederhana, ada proses panjang berbasis ilmu pengetahuan yang menentukan kualitas dan keamanannya.

Penutup: Jadi Konsumen yang Kritis

Fenomena “0% lemak” hanyalah satu dari sekian banyak strategi pemasaran yang bisa menyesatkan jika tidak disikapi dengan cermat. Di sinilah pentingnya ilmu pangan yang mungkin tak terlihat mata, tapi sangat menentukan apa yang masuk ke tubuh kita.

Sebelum tergoda dengan label bombastis, bacalah komposisinya dengan teliti. Ingat: rasa enak bukan jaminan makanan itu sehat. Yang benar-benar penting adalah keseimbangan gizi yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

 

 

Komentar