Kamis, 17 Juli 2025 | 03:43
OPINI

Sepotong Daging, Segunung Pertanyaan: Kenapa Kita Perlu Tahu Lebih dari Sekadar Rasanya

Sepotong Daging, Segunung Pertanyaan: Kenapa Kita Perlu Tahu Lebih dari Sekadar Rasanya

Oleh: Salma Nur Haniyah
NIM: 4444230057
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ASKARA - Setiap kali kita menyantap sate kambing, rendang Padang, atau bakso Malang, ada rasa puas yang sulit tergantikan. Daging, bagi banyak orang Indonesia, bukan hanya sumber protein, melainkan simbol kemewahan, perayaan, dan kehangatan keluarga. Namun, pertanyaannya: apakah daging yang kita makan benar-benar aman, bergizi, dan bebas dari risiko tersembunyi?

Kita jarang memikirkan apa yang terjadi sebelum daging itu tersaji di piring. Padahal, di balik tampilan segar dan rasa menggoda, bisa saja tersembunyi ancaman mikroba, bahan kimia berbahaya, atau kualitas gizi yang mengecewakan. Di sinilah peran analisis pangan menjadi sangat penting, baik di industri maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Kelihatan Segar, Belum Tentu Aman

Di pasar tradisional atau swalayan, kita terbiasa menilai kesegaran daging dari warna, bau, dan tekstur. Merah cerah dianggap segar, kenyal berarti masih bagus. Tapi kenyataannya, indikator visual saja tidak cukup. Beberapa pedagang nakal bahkan menggunakan zat kimia seperti boraks atau formalin agar daging awet dan tampak “segar” lebih lama. Ada pula yang menambahkan pewarna tekstil demi tampilan yang menarik.

Masalahnya, zat-zat tersebut tidak bisa dilihat atau dicium, apalagi jika daging telah dimasak. Hanya analisis laboratorium yang mampu mendeteksi keberadaannya secara akurat. Tanpa analisis, kita tak pernah tahu apakah makanan kita benar-benar sehat, atau justru menjadi bom waktu bagi kesehatan.

Bakteri Jahat yang Tak Terasa

Selain bahan kimia, ada musuh lain yang lebih berbahaya: bakteri patogen. Daging yang tidak disimpan pada suhu tepat atau terkontaminasi saat proses pemotongan dapat membawa bakteri seperti Salmonella, E. coli, atau Listeria. Mikroba ini bisa menyebabkan keracunan makanan, diare berat, bahkan infeksi serius pada sistem pencernaan.

Yang lebih mengkhawatirkan, gejalanya tidak selalu muncul seketika. Pada bayi, lansia, atau ibu hamil, infeksi akibat daging tercemar bisa berdampak fatal. Oleh karena itu, analisis mikrobiologi wajib dilakukan secara berkala oleh industri daging sebagai bentuk tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen.

Residu Antibiotik, Ancaman Diam-diam

Tahukah Anda bahwa hewan ternak sering diberi antibiotik agar tumbuh cepat dan tidak mudah sakit? Jika tidak ada masa jeda yang cukup sebelum disembelih, sisa antibiotik bisa tertinggal dalam daging.

Mungkin kita tidak merasakannya secara langsung. Tapi dalam jangka panjang, paparan residu ini dapat memicu resistensi antibiotik—kondisi ketika obat tidak lagi efektif melawan infeksi. Ini bukan isu sepele, melainkan krisis kesehatan global. Di sinilah pentingnya analisis pangan untuk mengukur kadar residu antibiotik, menentukan apakah daging tersebut aman edar atau harus ditarik dari peredaran.

Produk Olahan: Praktis, Tapi Wajib Diuji

Bakso, sosis, daging asap, nugget, semuanya populer karena praktis dan lezat. Namun, produk olahan sering mengandung bahan tambahan seperti pengawet, pewarna, dan perisa buatan. Apakah semua itu berbahaya? Belum tentu. Yang berbahaya adalah jika kadarnya melebihi ambang aman, atau jika menggunakan zat yang tidak diizinkan.

Analisis pangan bertugas memastikan bahwa semua bahan tambahan sesuai dengan regulasi, dan tidak menimbulkan risiko jangka panjang. Jadi, saat Anda memilih sosis kemasan di minimarket, percayalah bahwa hasil analisislah yang menjamin produk itu aman dikonsumsi, bahkan oleh anak-anak.

Apa yang Bisa Dilakukan Konsumen Biasa?

Kita mungkin bukan ilmuwan atau teknisi laboratorium. Tapi bukan berarti kita tak bisa berperan. Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan:

Pilih daging dari penjual yang memiliki izin resmi dan menjaga kebersihan.

Periksa label kemasan produk olahan. Hindari yang tidak mencantumkan informasi gizi atau komposisi.

Simpan daging pada suhu dingin (≤4°C) dan masak hingga benar-benar matang.

Dukung UMKM atau perusahaan yang terbuka mengenai hasil uji laboratorium produknya.

Dengan langkah-langkah ini, kita menjadi konsumen yang cerdas, bukan hanya soal harga dan rasa, tapi juga soal kesehatan dan keamanan keluarga.

Penutup: Karena Makan Enak Tak Selalu Berarti Makan Aman

Kita tidak bisa menilai keamanan daging hanya dari tampilannya. Dalam dunia pangan modern, analisis ilmiah adalah pagar pertama yang melindungi kita dari penyakit, racun, dan zat asing yang tak terlihat. Bukan berarti kita harus curiga pada semua makanan, tetapi penting untuk memahami bahwa ada proses panjang yang menjamin makanan kita aman.

Sepotong daging mungkin terlihat sederhana. Tapi di baliknya, ada ilmu, alat laboratorium, dan analisis mendalam yang memastikan apa yang masuk ke tubuh benar-benar bermanfaat, bukan berisiko. Itulah mengapa analisis pangan pantas mendapat perhatian kita semua, karena makan enak saja tidak cukup. Kita juga perlu makan dengan aman.

 

 

Komentar