Senin, 07 Oktober 2024 | 11:38
COMMUNITY

Bedhayan, Sebuah Mahakarya Sakral yang Diwariskan menjadi Budaya Nusantara

Bedhayan, Sebuah Mahakarya Sakral yang Diwariskan menjadi Budaya Nusantara
Bedhayan di Gedung Kesenian Jakarta

ASKARA - Tarian sakral yang dipenuhi syarat-syarat khusus, terdahulu, hanya diperuntukkan di lingkungan keraton saja, kini menjadi warisan budaya Indonesia berkat tangan seniman nusantara.

Setelah melalui pergeseran ruang dan waktu, Bedhaya kini mendapatkan istilahnya yang baru, yaitu Bedhayan.

Bedhayan kini bisa dinikmati dan ditarikan oleh umum. Bedhayan juga diharapkan mampu menampung kreativitas para pecintanya di berbagai kalangan dan usia dalam melestarikan tarian yang telah ada.

Pagelaran dari Laskar Indonesia Pusaka dan Jaya Suprana School of Perfoming Arts bersama Swargaloka menampilkan 15 grup tari, Festival Bedhayan 2024 di Gedung Kesenian, Jakarta Pusat, Minggu (18/8).

Sebagai pertanda acara resmi dimulai, Laksamana TNI (Purn) Yudo Margono, Letjen TNI (Purn) Dodik Wijanarko, Letjen TNI (Purn) Johannes Suryo Prabowo, Laksda TNI Dr. Dwi Sulaksono, Miss Kamala Shirin Lakhdhir (Ambassador of United State of America) hadir untuk manabuh kemenak.

Ketua umum penyelenggara festival Bedhayan, Aylawati Sarwono mengatakan lima pengamat hadir untuk menilai dan memberi masukan kepada 15 grup tari yang tampil.

“Pagelaran ini juga menghadirkan lima pengamat budaya serta akademisi tari yang terdiri dari GKR Wandansari Koes Mocrtiyah, KP Sulistyo S. Tirtakusumo, Wahyu Santoso Prabowo, S.Kar,.M.S., Dra.M.Hani Winahyuningsih, M. Hum., dan Theodora Retno Maruti,” jelasnya.

“Sebagaimana kita ketahui peserta dalam festival ini bukan untuk mencari juara. Peserta diberi masukan oleh lima pengamat, mulai dari penjiwaan, hingga musik yang dipilih untuk mengiringi tarian Bedhayan ini, dan itu untuk evaluasi mereka,” tambahnya.

Seorang penari muda bahkan menyatakan kecintaannya kepada seni tari Bedhayan, walaupun beberapa tarian telah dipelajarinya.

“Saya belajar beberapa tarian, namun melihat tarian Bedhayan ini tampak mudah, namun dalam praktiknya tidaklah seperti itu. Butuh kesabaran dan rasa yang mendalam untuk melakukan gerakan Bedhayan,” kata Shari Semesta Susilo dari Tim Media dan Komunikasi Festival Bedhayan 2024.

Acara yang di gelar secara mandiri, tanpa dukungan dana pemerintah ini telah menyita perhatian anak-anak milenial bahkan genz.

“Seluruh tiket telah habis terjual, dan ini pertanda generasi muda Indonesia mulai mencari sesuatu yang berbeda namun mereka ingin dari negeri sendiri,” pungkas Aylawati.

Komentar