Jumat, 07 Februari 2025 | 09:42
COMMUNITY

Festival Bedhayan 2024: Mengangkat Keagungan Tari Tradisional

Festival Bedhayan 2024: Mengangkat Keagungan Tari Tradisional
Festival Bedhayan 2024 (Dok Askara)

ASKARA - Kalimat bijak dari Sri Susuhunan Pakubuwana IV menghiasi halaman pertama buku Festival Bedhayan 2024: "Penggawe becik puniki, gampang yen wus den lakoni, angel yen during kalakyan, aras-arasen nglakoni, tur iku den lakonana, mupangati badanedki". Artinya, "Perbuatan yang benar itu akan mudah jika sudah dilaksanakan, namun jika dilakukan (hal itu) akan bermanfaat bagi jiwa raga kita". Kalimat ini menandai dimulainya Festival Bedhayan yang ke-4, diselenggarakan oleh Jaya Suprana School of Performing Arts di Gedung Kesenian Jakarta.

Bedhayan adalah gending yang mengiringi Tari Bedhaya, tarian sakral dengan nilai sejarah dan spiritual tinggi dari Keraton Kasunanan Surakarta. Dulunya, tari ini hanya dipersembahkan untuk upacara penting kerajaan. Namun, seiring perkembangan zaman, Tari Bedhaya kini diperkenalkan kepada masyarakat umum tanpa mengurangi kesakralannya.

Ketua Umum Penyelenggara Festival Bedhayan 2024, Kray. Aylawati Sarwono, mengajak generasi muda untuk mencoba Tari Bedhaya. Menurutnya, tarian ini adalah sarana healing yang menyehatkan tubuh dan menenangkan pikiran di tengah hiruk-pikuk dunia digital serta ketidakpastian ekonomi dan politik. Tarian ini, kata Aylawati, tidak kalah dengan Yoga dari India atau Taichi dari Cina.

Pada kesempatan ini, Aylawati juga meluncurkan buku tentang Kelima Bedhayan kreasinya untuk dunia seni dan budaya Indonesia. Ia berharap buku ini bermanfaat untuk pelestarian dan pengembangan seni budaya, khususnya Tari Bedhaya.

Jaya Suprana menambahkan bahwa tari Bedhaya penting untuk demokratisasi seni. Festival ini menampilkan 15 kelompok tari, termasuk Jaya Suprana School of Performing Arts yang membawakan Bedhayan Warastri Anindyajati sebagai penghormatan kepada wanita yang telah mendampinginya dalam kehidupan.

Kelompok lainnya, The Ary Suta Center Academy, menampilkan Bedhaya Wilwatikta, terinspirasi dari kejayaan Majapahit, sementara Mitra Tari Hadiprana membawakan Bedhaya Bedhah Madiun, kisah Panembahan Senopati dari Mataram yang berhadapan dengan Retno Dumilah dari Madiun.

Kelompok-kelompok lain seperti Gemah Wins Production, Sanggar Kamaratih, dan Arkamaya Sukma juga turut berpartisipasi, menarikan Bedhaya dengan berbagai cerita sejarah, filosofi kehidupan, dan spiritualitas menuju keharmonisan manusia.

Melalui seni, kita belajar mengolah raga, mengendalikan emosi, menjunjung tinggi toleransi, dan mencapai ketenangan jiwa dalam kehidupan. Festival Bedhayan 2024 menjadi wujud nyata pelestarian dan pengembangan budaya, mengajak semua untuk menghargai warisan budaya yang kaya.

 

 

Komentar