NEWS
Menjaga Keaslian dan Integritas Papua dalam Bingkai Kebhinnekaan
ASKARA - Tokoh masyarakat Papua Selatan, John Gluba Gebze, menekankan pentingnya mempertahankan keaslian Papua dan menjaga integritas kebhinnekaan sebagai landasan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
"Antropologi, sosiologi, dan etnografi adalah fondasi kekayaan konfigurasi kemajemukan yang dianugerahkan Tuhan, yang menjadi penopang hidup berbangsa dan bernegara dengan kekayaan keaslian yang beragam," kata John Gluba Gebze, Rabu (15/5).
Gebze menggarisbawahi, komitmen untuk memelihara kekayaan keaslian ini harus menjadi tanggung jawab bersama, khususnya dalam konteks Daerah Otonom seperti Papua. Ia menegaskan bahwa keputusan yang disuarakan oleh Majelis Rakyat Papua (MRP) dari enam provinsi di Tanah Papua Raya adalah bagian dari upaya mempertahankan nilai luhur yang tertera dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
"Prinsip ini harus dipegang teguh oleh semua pihak, baik penduduk di Papua maupun di pulau-pulau Nusantara lainnya di Indonesia," tegas John.
Komitmen ini, menurut Gebze, telah dinyatakan secara terbuka di kancah publik sebagai himbauan moral yang perlu dipertimbangkan oleh para pemangku kepentingan, baik di daerah maupun di pusat. Ia mengingatkan agar tidak ada interpretasi yang menyimpang dari firman Tuhan, Hukum Adat Papua, dan Konstitusi Negara tertinggi UUD 1945 yang menjadi sumber hukum Indonesia sebagai negara hukum.
"Hal ini penting untuk menghindari konflik penafsiran tentang status keaslian," kata mantan Bupati Merauke dua periode ini.
Gebze juga menekankan bahwa apa yang telah dinyatakan oleh MRP Papua Raya dari enam provinsi hendaknya menjadi acuan hukum yang sah, sesuai dengan kewenangan dan ketentuan pelaksanaannya, yakni Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2021 tentang Otonomi Khusus Papua. Ia berharap dengan adanya himbauan moral ini, suhu panas yang mulai mengemuka dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dapat mereda.
Gebze menyampaikan harapannya agar himbauan moral ini dapat menjadi pedoman bagi semua pihak untuk memahami posisi masing-masing dalam koridor ketentuan yang berlaku. Ia menutup perbincangan dengan salam penuh hormat tentang hakekat status diri, serta mengajak semua untuk menyadari siapa kita dan siapa orang lain dalam tatanan asal-usul anugerah Tuhan.
Komentar