Minggu, 28 April 2024 | 06:16
OPINI

Penting Kontrol Emosional dalam Debat Calon Presiden agar Tidak Seperti Ajang Gladiator

Penting Kontrol Emosional dalam Debat Calon Presiden agar Tidak Seperti Ajang Gladiator
Debat Calon Presiden Tahap Pertama (Dok Ask)
ASKARA - Pertarungan gladiator, itulah kata pertama yang disematkan dalam acara Debat Presiden dan Wakil Presiden Tahap Pertama yang diselenggarakan oleh KPU. Debat Presiden yang diharapkan bisa menjelaskan visi dan misi program untuk memajukan Indonesia malah seperti ajang pertarungan gladiator.
 
Gladiator sendiri merupakan pertarungan bersenjata yang dilakukan untuk menghibur penonton di republik negara Romawi. Dalam pertarungan tersebut mereka bertarung melawan sesama petarung gladiator, binatang buas dan petarung lainnya.
 
Ajang debat Calon Presiden Tahap Pertama yang diadakan Selasa (12/12), cenderung seperti ajang bunuh-membunuh serta saling membuka kartu AS masing-masing. Sangat disayangkan sekali di mana debat presiden yang diharapkan Calon Presiden bisa memaparkan secara gamblang visi misi mereka untuk membawa kemajuan Indonesia ke depan untuk menjadi lebih baik malah seperti ajang saling menjelekkan satu sama lain.
 
Dalam ajang debat presiden tersebut dipenuhi dengan jurus pamungkas para Capres untuk menjatuhkan masing-masing Capres lainnya. Setiap Calon Presiden seperti sudah menyimpan kartu AS kelemahan masing-masing yang suatu saat akan meledak seperti bom waktu.
 
Dalam debat presiden Selasa malam, ketika intro pembukaan debat dimulai sudah langsung di “gas pool” dari Calon Presiden nomor urut 1 yaitu Anis Baswedan. Anis Baswedan langsung menembak langsung dengan telak tentang kelemahan hukum di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Tanpa ampun Anis Baswedan langsung menguliti kelemahan pemerintahan sekarang yang harus diperbaiki.
 
Setelah mendapatkan kesempatan berbicara, Calon Presiden nomor urut 2 yaitu Prabowo Subianto pun tidak mau kalah dengan menyebut bahwa setiap pemerintahan pasti ada kelemahan dan kelebihan. Seperti api di dalam sekam, masing-masing calon presiden seperti terbakar api amarah.
 
Tidak mau tinggal diam, Calon Presiden nomor urut 3 yaitu Ganjar Pranowo juga tanpa ampun langsung menembak masalah Pelanggaran HAM masa lalu kepada Prabowo Subianto. Ganjar menantang Prabowo subianto apakah berani mendirikan pengadilan HAM apabila terpilih nantinya.
 
Menurut saya Debat Presiden Tahap Pertama kali ini cenderung lebih emosional, memakai perasaan, sensitif dan seperti ajang arena saling menjatuhkan. Bahkan Capres Prabowo Subianto terlihat emosional dan membuka tabir masa lalu ketika Anis Baswedan memberikan pertanyaan kepada Prabowo.
 
Sedangkan Capres nomor urut 3 yaitu Ganjar Pranowo juga cenderung menjatuhkan Prabowo Subianto dengan masalah HAM masa lalu Prabowo dan masalah kasus MK yang merevisi batas usia presiden dan wakil presiden.
 
Tahu dirinya diserang, Prabowo Subianto langsung melakukan counter attack dengan memberikan serangan kepada Anis Baswedan tentang dana APBD di Jakarta yang besar dan tentang kelangkaan pupuk di Jawa Tengah kepada Ganjar Pranowo.
 
Dosen Spesialis Medikal Bedah Prima Trisna Aji menyampaikan di dalam teorinya bahwa ketika seorang pemimpin lebih sibuk untuk saling menjatuhkan satu sama lain daripada saling adu gagasan, maka yang akan dirugikan adalah rakyat. Karena rakyat dipertontonkan dengan contoh hal yang kurang baik dengan adegan saling menjatuhkan. 
 
Alangkah baiknya didalam Debat Presiden dikembalikan sesuai dengan ajaran agama yaitu adab bermusyawarah. Karena ketika segala sesuatu dikembalikan pada pedoman agama dalam setiap urusan maka kegiatan urusan tersebut akan mendapatkan keberkahan serta diberikan kelancaran.
 
Harapan ke depan untuk Debat Calon Presiden Tahap kedua diberikan sesi untuk memperdalam visi dan misi serta gagasan untuk memecah permasalahan di publik. Kemudian calon presiden dan wakil presiden melakukan tanda tangan kontrak integritas tentang realisasi janji yang sudah disampaikan di dalam debat Presiden. Dikarenakan pengalaman debat presiden tahun 2019 banyak janji kampanye calon presiden yang tidak dilaksanakan dengan baik selama pemerintahan.
 
Sanksi administratif juga harus tertulis apabila Calon Presiden tersebut tidak melaksanakan janji kampanye mereka selama 5 tahun. Contoh sanksi adalah tidak diperbolehkannya calon presiden tersebut mencalonkan kembali sebagai presiden pada periode selanjutnya. 
 
Dosen Spesialis Medikal Bedah Prima Trisna Aji juga menyampaikan harapan ke depan supaya pada Debat Calon Presiden Tahap Kedua nantinya, supaya masing-masing calon presiden bisa mengendalikan emosional dikarenakan ditonton oleh publik. 
 
Jadi kita harapan ke depan Calon Presiden bisa mengendalikan emosional masing-masing karena mereka akan menjadi calon pemimpin jutaan rakyat Indonesia dengan problematik segala permasalahannya. Jadi apabila Calon Presiden tidak bisa menjaga emosionalnya, bagaimana mereka bisa memimpin rakyat ratusan juta penduduk Indonesia dengan baik.
 
Selain itu Dosen Spesialis Medikal Bedah Prima Trisna Aji memberikan tips kepada calon Presiden ke depan supaya ke depan ketika melaksanakan debat Calon Presiden bisa mengontrol emosi dengan baik dengan cara melakukan tekhnik eelaksasi. 
 
Tekhnik relaksasi merupakan salah satu metode yang membantu seseorang untuk rileks serta mencapai keadaan ketenangan yang meningkat serta menurunkan stres. Metode ini juga sangat efektif untuk menurunkan kadar kortisol didalam tubuh yang berlebihan yang bisa menyebakan stres dan depresi pada seseorang.
 
Salah satu tekhnik relaksasi yang diajarkan oleh Dosen Spesialis Medikal Bedah adalah dengan tekhnik relaksasi nafas dalam dikombinasi dengan rendam kaki air hangat. Karena menurut penelitian yang sudah dilakukan oleh Prima Trisna Aji (2017) dengan judul “Efektivitas Kombinasi relaksasi nafas dalam dan rendam kaki air hangat” tenyata dalam penelitiannya sangat efektif menurunkan tekanan darah serta efektif menurunkan stres pada pasien Hipertensi. 
 
Diharapkan penelitian tersebut bisa diaplikasikan kepada calon presiden dan wakil presiden untuk bisa mengontrol tingkat emosional masing – masing supaya lebih baik dalam pertemuan debat presiden kedua nantinya. 
 
Penulis : 
Prima Trisna Aji
Dosen Spesialis Medikal Bedah 
S3 PhD Lincoln College University Malaysia 
 

Komentar