Jumat, 29 September 2023 | 15:13
NEWS

Prof. Rokhmin Dahuri: Umat Islam Perlu Mengikuti Jejak Syekh Yusuf Al-Makassari

Prof. Rokhmin Dahuri: Umat Islam Perlu Mengikuti Jejak Syekh Yusuf Al-Makassari
Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, M.S

ASKARA – Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, M.S., menyampaikan bahwa setiap manusia yang hidupnya akan sukses dunia dan akhirat bukan hanya sukses individu tapi juga sukses kolektif. Sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam Surat Al A’raf ayat 96, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”

Hal tersebut disampaikan Prof. Rokhmin Dahuri saat memberikan tausiyah pada kuliah subuh Belajar dari Para Pejuang Bangsa "Syekh Yusuf Al-Makassari: Spirit Ulama Lokal dan Internasional”, diselenggarakan Akademi Hikmah secara daring, Rabu (24/5).

“Jadi presiden mendatang, gubernur, menteri, walikota daripada mencari komunisme dan kapitalisme ini ada rumus dari yang menciptakan kita semua. Bahwa syarat suatu wilayah kalau ingin baldatun warobbun ghofur (negeri yang baik dan rabb yang maha pengampun), maju dan berdaulat dan dirahmati oleh Allah syaratnya penduduknya takwa,” ujar Prof. Rokhmin Dahuri.

Problemanya, kata Menteri Kelautan dan Perikanan-RI 2001 – 2004 tersebut, dari presiden kesatu sampai ketujuh adakah yang sungguh-sungguh mensyiarkan dan menciptakan kehidupan supaya manusia itu takwa. “Karena kita hidup di bumi Pancasila bertakwalah menurut agama kita masing-masing dan kita saling menghormati, Insya Allah kita sudah mencapai baldatun warobbun ghofur,” imbuhnya.

Prof. Rokhmin Dahuri meyakini, bahwa setiap insan yang normal tidak punya sakit jiwa pasti menginginkan Indonesia segera maju, adil makmur, berdaulat dan dirahmati oleh Allah.  Faktanya walaupun 77 tahun kita merdeka hampir disemua bidang kehidupan ada peningkatan kalau dibandingkan dengan tahun 1945.

Contohnya, tahun 1970 menurut BPS jumlah rakyat Indonesia yang miskin masih 60 persen, tahun 1996 jaman Pak Harto sudah sekitar 20 persen. Lalu tahun 2004 turun lagi menjadi 14 persen, tahun 2014 sudah 12 persen, tahun 2019 sebelum covid 9,2 persen. “Namun menurut versi BPS setelah covid rakyat yang miskin masih 9,6 persen, atau sekitar 27,5 juta orang. Garis kemiskinan itu munafik tidak benar, hanya 534 ribu per orang/bulan, cukup apa?” tegas duta besar kehormatan Jeju Island Korea.

Garis kemiskinan yang realistis, jelasnya, menurut Bank Dunia yaitu sekitar 3,2 dolar US/orang/hari, atau 90 dolar US per bulan. Kalau kurs rupiah satu dolarnya 15 ribu, maka sekitar 1,5 juta per orang/bulan. Orang dianggap tidak miskin kalau pengeluarannya itu sekitar 1,3 juta perorang/bulan.

“Kalau garis kemiskinannya yang digunakan tidak munafik yaitu 1,3 juta perorang/bulan, orang yang miskin masih 60 persen. Hal ini dikuatkan oleh hasil penelitian litbang Kompas yang bekerjasama dengan IPB University, pada 19 Desember tahun lalu, untuk makan cukup bergizi dan seimbang perlu uang 22.200 rupiah per hari,” ungkapnya.

Menurut penelitian, kata Prof. Rokhmin Dahuri, ada 187 juta orang Indonesia yang tidak mampu membeli harga makanan dengan hanya 22 ribu itu, atau sekitar 67 persen. Jadi, apa berhasilnya kita sebagai bangsa, sudah 77 tahun hanya 22 ribu rupiah perorang per hari.

“Dimana akhlak Islam kita. Karena ada hadits Rasulullah kalau ada seorang muslim yang tidur nyenyak tetapi tetangganya 45 ke kiri ke kanan, kedepan masih miskin, tidak bisa menyekolahkan anaknya kata Rasulullah orang yang tidur nyenyak itu bukan umatku. Implikasi di akhirat bukan di Surga tapi di Neraka,” tandasnya.

Lanjutnya, kendati penduduk muslim terbesar di dunia tapi fakta ketimpangan ekonomi kita terburuk ketiga. Fakta rakyat yang tidak bisa makan dengan gizi seimbang 67 persen. “Indikator lainnya kita tidak dalam keadaan baik-baiknya saja,” kata ujar Anggota Dewan Penasihat Ilmiah Internasional Pusat Pengembangan Pesisir dan Lautan, Universitas Bremen, Jerman itu.

Lalu, pertanyaannya bagaimana Negara kita menjadi baldatun warobbun ghofur atau Indonesia Emas? Prof. Rokhmin Dahuri menyebut. syaratnya ada empat. Yaitu, bangsa Negara harus punya konsep peta jalan pembangunan yang benar, komprehensif, dan dilaksanakan secara bersinambungan. “Bukan ganti presiden, ganti menteri, ganti gubernur, ganti bupati ganti lagi,” tukasnya.

Kedua, setiap komponen bangsa harus mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Ketiga, antar komponen bangsa bekerjasama (sinergi), dan keempat kita harus punya leader yang berakhlak mulia. “Salah besar kalau ada pemimpin bilang akhlak tidak perlu dipertimbangkan, dan tentunya iman dan takwa,”tegasnya. Mengutip Surat Al Hajj ayat 60, Prof. Rokhmin Dahuri menerangkan, “kalau ada orang tidak beriman kepada hari akhirat pasti akhlaknya buruk.”

Dalam konteks tersebut, pemimpin yang baik terdapat pada tokoh yang Syekh Muhammad Yusuf el Makassari. Pertama, beliau adalah seorang yang penuntut ilmu, penguasa ilmu yang sejati. “Dari indikator penguasaan iptek mohon maaf Negara-negara muslim berada di papan bawah. Itu paradoks yang luar biasa, padahal ayat pertama yang turun ke bumi perintah membaca dan bukankah kita tahu persis syarat gerbang pertama untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi adalah membaca,” katanya.

Unesco menerbitkan, dari 34 negara industri dan makmur rata-rata mahasiswa itu membaca dalam sehari 7 jam. Sedangkan mahasiswa Indonesia rata-rata 1.5 jam. “Bagaimana kita bisa menyusul Negara-negara kapitalis barat yang kerjaannya mengerjai orang-orang Islam. Tugas dakwah yang luar biasa,” kata kata Anggota Dewan Pakar ICMI Pusat 2022 – 2026 itu.

Dia berharap, umat Islam Indonesia semangat membaca, menguasai ilmu dan tebarkan seperti Syekh Yusuf. “Beliau juga seorang tarikat sejati, dan umat Islam mempresepsikan bahwa ahli tasawuf itu harus uzlah tidak mengurus dunia,” sebutnya.

Menurutnya, ini persis kampanye Snouck Hurgronje, persis kampanye musuh-musuh Islam, hai umat Islam kalian boleh umroh seratus kali, tahajud tiap hari tapi jangan gunakan Islam memenej ekonomi, jangan gunakan Islam untuk memenej Negara, jangan menggunakan memenej pendidikan. “Itu yang diinginkan manusia-manusia yang melawan Allah. Itulah yang dibombardir bahwa hidup yang baik itu melepaskan dunia,” katanya.

Dia mengingatkan, Rasulullah adalah pemimpin perang, pemimpin Negara, pemimpin pemerintahan. Kemudian beliau mengecek pasar jika ada orang yang menjual kurma bohong, diatas baik dibawahnya busuk. “Itulah mekanisme Negara jika pasar ada penipuan. Rasulullah sangat nomor satu dibidang dunia, tapi beliau tersungkur pada saat malam untuk meminta ampunan dan bersyukur kepada Allah. Itulah muslim dan muslimah sejati, Siang hari seperti Singa dipadang pasir, jika seorang ilmuan jadilah ilmuwan terbaik, jika seorang dosen jadilah dosen teladan, kalau jadi presiden jadilah presiden yang rahmatan lil alamin, kalau jadi nelayan jadilah nelayan yang paling produktif, jika jadi pengusaha jadikan seperti Abdurrahman bin Auf, dst. Tetapi dia dekat kepada Allah, itulah tarekat sejati, dekat dengan Allah tapi prestasi dunianya nomor satu dibidang masing-masing, baru itu umat Islam sejati,” paparnya.

Prof. Rokhmin Dahuri menyatakan, banyak salah tafsir kalau tarikat itu meninggalkan dunia, sementara dunia dikuasai oleh musuh-musuh Islam. “Syekh Yusuf adalah khuntum khaira ummat, di Afrika Selatan diakui kontribusinya, terhadap kebajian, kemajuan, akhlak mulia masyarakat Afrika Selatan. Itulah tiga karakter, yang sekarang umat Islam berkurang menjalaninya. Pertama, membaca, menguasai ilmu, menebarkan ilmu, kedua menegakkan amar maruf nahi munkar, ketiga, hidup seimbang, utamanya dekat kepada Allah,” terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, Prof. Rokhmin Dahuri, orang yang tujuan hidupnya duniawi pasti tidak akan sukses akan diberikan penyakit karena stres. Tapi kalau tujuan hidup kita karena Allah dalam menggapai surga dia akan menjadi insan kamil yang baik akhlaknya.

Sebagaimana Hadits Nabi “Khoirunnas anfauhumnas”, yang bermakna sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang dapat memberikan manfaat kepada manusia lainnya. Ketiga, Silaturrahim. Dengan networking Insya Allah kita panjang umur, bisa dimudahkan rezekinya.

“Dengan tiga niat itu, bagi muslim dan muslimah akan mengantarkan kita berakhlakul karimah, kita difitnah terus sebagai radikal, teroris, intoleran, bodoh, miskin. Tidak! umat Islam itu kuntum khoiru ummat (umat terbaik),” tandas Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020 – Sekarang.

Komentar