Sabtu, 20 April 2024 | 19:51
NEWS

Khutbah Iedul Fitri 1444 H di Masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia

KH. Mohamad Hidayat: Berkah Ramadhan Membawa Kemenangan di Hari Yang Fitri

KH. Mohamad Hidayat: Berkah Ramadhan Membawa Kemenangan di Hari Yang Fitri
KH DR Mohamad Hidayat MBA MH

ASKARA - Subhanallah, orkestra besar penuh syukur, haru dan semarak di seluruh dunia terlantunkan sejak matahari terbenam semalam hingga pagi yg fitri ini panjatan rasa syukur atas anugerah kehadiran sang bulan Agung Ramadhan, yang menjadi momen terbesar dalam membangun ketakwaan dan mewujudkan kemenangan demi mencapai kebahagiaan hakiki.

Demikian disampaikan KH DR Mohamad Hidayat MBA MH, Pengasuh PP Tahfizh Al Washiyyah Jakarta dalam khutbah Iedul Fitri 1444 H/2023 M di Masjid Baitul Ihsan, Kantor Pusat Bank Indonesia Jakarta, 1 Syawwal 1444 H/22 April 2023.

“Kemenangan ini insya Allah SWT kita raih, dengan peningkatan takwa dan kinerja yang lebih berkualitas dan mengandung penuh kemashlahatan. Marilah kita bentuk diri kita menjadi insan yang benar dalam keimanan dan berprilaku akhlak mulia dengan membangun 7 pilar Cinta (Cinta Tuhan, Cinta BI, Cinta Ilmu, Strategic Thinking, Gaining Commitment, Leading Change, dan Cinta Keluarga),” ujar Kiai Hidayat yang juga sebagai narasumber BI Religi tersebut.

Dalam paparannya, Kiai Hidayat menyatakan, sudah sepatutnya kita juga bersyukur, karena Allah SWT telah memberikan hidayah kepada kita berupa akidah yang benar, kebahagiaan dan kemenangan hakiki. Bukankah masih begitu banyak orang-orang yang tidak mendapatkan anugerah tersebut ?

Al Imam Al Ghazali dalam kitabnya Kimiya’ al-Sa’adah menyebutkan, untuk mencapai kebahagian hakiki memerlukan 4 aspek utama yang harus benaar-benar dikeloa dengan konsisten dan sadar, yaitu: Pertama, Mengenal Diri. Kedua, Mengenal Allah SWT. Ketiga, Mengenal Hakikat Dunia. Keempat, Mengenal Hakikat Akhirat. “Marilah ke 4 aspek tersebut kita internalisasikan ke dalam diri kita masing-masing,” sebut Kiai Hidayat.

Selama satu bulan, paparnya, penuh kita telah menjalani pendidikan dan pelatihan massal di Madrasah Ramadhan. Selama menempuh pendidikan di Madrasah Ramadhan, kita tidak hanya dididik untuk memperbaiki hubungan yang berkualitas dengan Allah SWT. Tapi juga dilatih untuk memperbaiki hubungan harmonis dengan sesama hamba dan lingkungan.

“Pada hari ini kita merayakan kemenangan sebagai orang-orang yang berhasil melewati berbagai rintangan selama menjalani pendidikan di Madrasah Ramadhan. Kita rayakan keberhasilan menundukkan hawa nafsu, mengalahkan tipu daya setan dan disorientasi kehidupan. Kita rayakan kemenangan & kebahagiaan karena kita telah mengartikulasikan Ramadhan dengan berbagai bentuk ibadah dan berbagai kebaikan,” tuturnya.

Lanjutnya, kita pun tidak boleh lupa bersyukur, dengan keselamatan yang telah diberikan Allah SWT dari bahaya mematikan covid 19. Selanjutnya mari kita dedikasikan kelanjutan hidup kita dengan: (1) semakin mendekatkan diri beribadah dan bersyukur kepada Allah SWT, (2) berikhtiar maksimal untuk bangkit, sehat dan optimis, (3) menjalin hubungan yang semakin harmonis dengan keluarga, lingkungan sosial dan alam, serta (4) siap menyambut peradaban baru yang penuh kasih sayang, ramah lingkungan, dan era digitalisasi.

Hari raya ini juga semestinya menjadi tonggak kesadaran begitu besarnya kasih saying Allah SWT Kepada kita. Allah SWT telah membekali kita sebagai mahkluk sempurna, badan yang sehat & kuat, akal pikiran dan hati )qolbu( yang normal & sebagai penuntun kesadaran. Semua bekal tak ternilai itu untuk membangun pribadi mukmin yang kuat secara spiritual yaitu dengan keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT, unutuk terus menimba illmu sedalam-dalamnya agar semakin berpengetahuan, menyayangi keluarga dengan penuh kasih sayang, dan kebiasaan baik dalam mewujudkan nilai-nilai spiritual sehari-hari dengan tulus ikhlas. Hanya karena dan untuk Allah SWT semata.

“Di hari raya ini, kita juga merayakan kelulusan dari pendidikan intensif Madrasah Ramadhan dengan meraih predikat sebagai “orang-orang yang bertakwa”. Sebaliknya, jika keluar dari Madrasah Ramadhan kita belum menjadi pribadi yang bertakwa, belum berhasil menundukkan hawa nafsu dan masih kalah dengan tipu daya setan, pantaskah di hari yang fitri ini kita merayakan kemenangan? Layakkah kita berhari raya? Sejatinya, apa yang kita rayakan pada hari raya ini jika kita belum benar-benar menjadi orang-orang yang bertakwa?” ujar Kiai Hidayat.

Namun, terangnya, dari sini tak sedikit orang salah mengartikan kemenangan hakiki. Seperti apakah kemenangan yang dimaksud? Apakah di hari raya kita berbangga diri karena hanya karena telah berpuasa sebulan penuh? Ternyata tidak. Akan tetapi kemenangan yang hakiki adalah menjadi orang-orang yang memilki kriteria seperti yang tertera dalam kalamullah berikut:

1. Berhijrah, Berjihad dangan harta, benda dan jiwa (QS. At Taubah: 20)

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah SWT dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah SWT; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”

2. Bersabar (QS. Al Mu'minun: 111)

“Sesungguhnya pada hari ini Aku memberi balasan kepada mereka, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.”

3. Mentaati Allah SWT & RasulNYA, Memiliki Rasْ  a Takut ۤ & bertaqwa (QS. An Nur Ayat 52)

“Dan barangsiapa taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah SWT dan bertakwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”

4. Menjadi Penghuni Surga (QS. Al Hasyr: 20)

“Tidak sama para penghuni neraka dengan para penghuni surga; para penghuni surga itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.”

5. Mendapatkan Pengampunan, Meraih Nikmat dan Mendapat Petunjuk Jalan Lurus )QS. Al Fath ayat 1 & 2

“Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.” Agar Allah SWT memberikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas dosamu yang lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan menunjukimu ke jalan yang lurus.”

Kemudian Al Quran juga mendeskripsikan beberpa term condition tentang kemenangan tersebut dalam ayat-ayatnya yang berbunyi:

1. “Sesungguhnya Allah SWT telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah SWT mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya”). (QS. Al Fath: 18)

2. ’Sesungguhnya Allah SWT akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah SWT dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah SWT mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat. (QS. Al Fath: 27)

3. ’Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana." Mudah-mudahan Allah SWT akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka”. (QS. Al Maa’idah: 52)

4. “Apabila telah datang pertolongan Allah SWT dan kemenangan. Kamu melihat manusia memasuki agama Allah SWT dengan berbondong-bondong”. (QS. An Nashr: 1-2)

5. “Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah SWT. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah SWT, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar”. (QS. An Nisa: 74)

6. “(Yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah SWT mereka berkata: "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?" Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" Maka Allah SWT akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah SWT sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman”. (QS. An Nisa: 141)

7. “Dan mereka bertanya: "Bilakah kemenangan itu (datang) jika kamu memang orang- orang yang benar?" Katakanlah: "Pada hari kemenangan itu tidak berguna bagi orang- orang kafir, iman mereka dan tidak pula mereka diberi tangguh." (QS. As Sajdah: 28-29)

8. “Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah SWT dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman”. (QS. Ash Shaff: 13)

9. “Mereka memohon kemenangan (atas musuh-musuh mereka) dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala”. (QS. Ibrahim: 15)

10. “Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Fir'aun mengatakan: "(Apakah) sesungguhnya kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?" (QS. Al A’raf: 113)

11. “Sebenarnya Kami telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan (hidup di dunia) hingga panjanglah umur mereka. Maka apakah mereka tidak melihat bahwasanya Kami mendatangi negeri (orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari segala penjurunya. Maka apakah mereka yang menang? “.(QS. Al Anbiya: 44)

12. “Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu." Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah SWT.Dan Allah SWT sangat keras siksa-Nya”. (QS. Al Anfal: 48)

13. “Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah SWT) yang Allah SWT telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah SWT hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. Al Ma’idah: 23)

14. “Dan barangsiapa mengambil Allah SWT, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah SWT itulah yang pasti menang”. (QS. Al-Ma’idah: 56)

15. “Allah SWT telah menetapkan: "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang." Sesungguhnya Allah SWT Maha Kuat lagi Maha Perkasa’. (QS. Al Mujadilah: 21)

16. “Allah SWT berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang’. (QS. Al Qashash: 35)

17. “Di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang’. (QS. Ar Rum: 3)

18. “Dan Kami tolong mereka, maka jadilah mereka orang-orang yang menang’. (QS. Ash Shaffat: 116)

19. “Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang’. (QS. Ash-Shaffat: 173)

Sahabat Anas Bin Malik pernah mengatakan: “Terdapat lima tanda-tanda kemenangan hakiki orang orang yang beriman, yakni : 1. Selamat dari melakukan dosa/maksiat yang besar. 2.Keluar dari dunia/ meninggalkan dunia dalam keadaan beriman (husnul khotimah), 3.Selamat disaat melalui jembatan Shirotol di akhirat, 4 Memasuki surganya Allah SWT SWT, 5. Merasakan kelezatan melihat dzat Allah SWT SWT kelak ketika berada di surga. Oleh karena itu, jika kita telah layak merayakan kemenangan di hari raya ini?

Ketika menjalani pendidikan dan pelatihan di Madrasah Ramadhan, kita ditempa untuk menerima berbagai pelajaran. Di antara jasa-jasa besar Ramadhan adalah : Pertama, membangun totalitas takwa dengan berbagai program lengkapnya. Tujuan utama dari puasa adalah la’allakum tattaquun. Artinya, puasa Ramadhan diwajibkan agar menjadi washilah bagi kita untuk meraih ketakwaan. Ketika berpuasa, kita mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan meninggalkan syahwat konsumsi, syahwat moral, syahwat ekonomi, syahwat sosial dan syahwat politik. Kita melakukan hal itu tiada lain karena kecintaan kita kepada Allah SWT lebih besar daripada kecintaan kita kepada diri kita sendiri.

“Di bulan Ramadhan, kita dilatih untuk mempuasakan seluruh anggota badan semampu yang dapat kita lakukan. Mata berpuasa sehingga tidak melihat yang haram. Lisan berpuasa sehingga tidak mengucapkan perkataan yang diharamkan. Begitu pula, hidung, telinga, tangan, kaki dan sekujur badan ikut berpuasa sehingga tidak melakukan perkara-perkara yang diharamkan. Bahkan jika mampu, hati juga ikut berpuasa. Puasanya hati adalah mencegahnya secara total dari pikiran- pikiran duniawi dan segala hal selain Allah SWT,” ungkapnya.

Kedua, terangnya, mendikte ikhlas (sincere). Yakni melakukan ketaatan semata-mata karena Allah SWT. Puasa mengajarkan kepada kita keikhlasan dan menghindarkan diri dari niat ingin memperoleh pujian dari sesama. Puasa seorang mukmin adalah rahasia antara dirinya dan Allah SWT. Tiada yang mengetahui puasanya kecuali Allah SWT dan dirinya sendiri. Jika mau, sangat mudah bagi kita untuk melakukan hal-hal yang membatalkan puasa tanpa diketahui oleh orang lain lalu kita tampakkan seolah-olah diri kita masih berpuasa. Kenapa hal itu tidak kita lakukan? Karena niat kita lillaahi ta’aalaa, bukan karena yang lain dan tidak bertujuan memperoleh sanjungan dari sesama makhluk. 

Ketiga, mentutor kesabaran (be patient). Di Madrasah Ramadhan, kita dilatih dan dididik untuk bersabar. Dengan berpuasa, kita belajar sabar dengan tiga jenisnya sekaligus: sabar dalam melakukan ketaatan, sabar dalam menjauhi kemaksiatan dan sabar dalam menghadapi musibah. Selama Ramadhan, kita bersabar dalam melakukan shalat-shalat fardlu maupun sunnah, sabar dalam membaca al Qur’an, sabar dalam beri’tikaf di masjid dan sabar dalam menjalankan berbagai amal kebaikan yang lain. Kita juga sabar dalam meninggalkan syahwat makan, minum, berhubungan badan dengan suami/istri dan syahwat-syahwat lainnya mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Kita juga dilatih bersabar dalam menghadapi rasa lapar dan rasa haus dan merasakan apa yang dirasakan oleh mereka yang tidak seberuntung kita.

Keempat, membanguan semangat (mujahadah). Puasa mengajarkan kepada kita untuk melakukan mujahadah, yaitu berjuang menghadapi hawa nafsu dan godaan setan dalam berbagai bentuknya. 

Kelima, mendidik etika komunikasi (menjaga lisan). Puasa mengajarkan kepada kita untuk menjaga lisan jangan sampai mengatakan ucapan yang tidak diridhai Allah SWT. Baginda Nabi shallAllah SWTu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dosa dan perbuatan dosa, maka Allah SWT tidak akan menerima puasanya.” (HR. Al Bukhari).

Keenam, mengendalikan amarah (controlling anger) dan tidak membalas keburukan dengan keburukan. Rasulullah shallAllah SWTu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa maka janganlah bersikap keji dan jangan bertindak bodoh, jika ada orang yang mengganggunya atau mencacinya maka hendaklah ia berkata: aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Ketujuh, menjaga persaudaraan (maintain brotherhood), persatuan, kebersamaan dan saling tolong menolong serta berempati kepada orang yang membutuhkan. Madrasah Ramadhan mengajarkan kepada umat Islam untuk bersatu dan saling tolong menolong. Tentu persatuan yang berlandaskan kesatuan akidah. Shalat tarawih berjamaah, tadarus al Qur’an bersama, berbuka puasa bersama di waktu yang sama, berbagi takjil di jalanan, i’tikaf bersama di masjid, kegembiraan menyambut hari raya yang sama, itu semua adalah jembatan yang menghubungkan antar hati yang sebelumnya mungkin saling membenci, perekat antar jiwa yang sebelumnya mungkin saling memusuhi serta washilah yang mendekatkan antar warga yang sebelumnya mungkin saling menjauhi. Lalu zakat di akhir Ramadhan adalah perwujudan dari semangat saling tolong menolong dalam kebaikan dan membantu saudara-saudara sesama muslim yang membutuhkan. 

Kedelapan, mengokohkan tali silaturahim (strengthen friendship/genetic relationship). Ada tradisi yang baik di kalangan kita menjelang berakhirnya bulan suci Ramadhan, yaitu tradisi weweh, cinjo atau tinjo. Tradisi ini sejatinya diambil dari ajaran Islam yang memerintahkan kita memperbanyak sedekah di bulan Ramadhan dan bersilaturahim pada momen menjelang dan pada saat hari raya. Tradisi tersebut dilakukan dengan cara mengirim makanan, minuman, sembako atau kue hari raya kepada kerabat dan sanak saudara. Rasulullah shallAllah SWTu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sedekah kepada orang miskin adalah terhitung sedekah sedangkan sedekah kepada kerabat terhitung dua: sedekah dan silaturahim.” (HR. At Tirmidzi dan An Nasa’i).

Kesembilan, mengingat kematian dan kehidupan akhirat (remembering death & here after). Ada juga tradisi yang sangat baik yang biasa kita lakukan di akhir bulan Ramadhan, yaitu nyekar: ziarah ke makam keluarga yang telah meninggal. Rasulullah shallAllah SWTu ‘alaihi wasallam bersabda: “Lakukanlah ziarah kubur karena sesungguhnya ziarah kubur itu mengingatkan kalian akan kehidupan akhirat.” (HR. Al Baihaqi).

“Itulah sembilan di antara sekian banyak pelajaran dari Madrasah Ramadhan. Jika seluruh pelajaran itu sudah berhasil kita terapkan di bulan Ramadhan, marilah kita mempertahankannya setelah bulan mulia ini meninggalkan kita. Jika kesembilan pelajaran itu telah menghiasi diri kita baik di bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan, sungguh kita termasuk orang-orang yang mulia menurut Allah SWT,” jelas Kiai Hidayat.

Menurutnya, alangkah indah dan bahagianya kita jika telah menjadi pribadi yang bertakwa, ikhlas dalam menjalankan ketaatan, selalu bersabar, kuat menundukkan hawa nafsu dan mengalahkan godaan setan, mampu menjaga lisan, dapat mengendalikan amarah dan tidak membalas keburukan dengan keburukan, menjaga persatuan dan kebersamaan dengan saudara sesama muslim, senantiasa menyambung silaturahim, memperbanyak sedekah serta selalu mengingat kematian dan kehidupan akhirat. Lebih dari itu apalagi yang kita inginkan?

“Dengan menerapkan 9 pelajaran itu secara istiqamah, kita telah menjadi hamba yang diridhai Allah SWT dan kelak kita akan meraih kemenangan dan kebahagiaan yang sejati, hakiki dan abadi di akhirat. Semoga Allah SWT menganugerahkan kepada kita kemampuan dan kekuatan untuk mengamalkan berbagai pelajaran dari Madrasah Ramadhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan mudah-mudahan kita diberikan panjang umur serta dipertemukan kembali dengan Ramadhan pada tahun yang akan datang,” tutup Kiai Hidayat.

Komentar