Jumat, 19 April 2024 | 14:42
OPINI

Makhluk Bermain

Makhluk Bermain
Ilustrasi bermain (int)

Oleh: Sigit Jati Waluyo, Content creator

Makhluk bermain dalamn isitilah bahasa Latin Homo Ludens. Merupakan sebuah konsep yang memahami bahwap manusia merupakan seorang pemain yang memainkan permainan. Homo ludens sering dipasangkan dengan  homo sapiens (makhluk berpikir) dan homo faber (makhluk pekerja) sebab manusia perlu keseimbangan dalam kehidupan. Keseimbangan yang dimaksud, bahwa manusia tidak melulu hidup untuk bekerja, tetapi juga perlu waktu bersantai atau bermain.

Bagi anak, dunianya adalah dunia bermain. Bermain bagi anak bagaikan bekerja bagi manusia dewasa. Pada dasarnya anak senang sekali belajar, asal dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan yaitu bermain. Bermain merupakan cara yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak usia dini. Bermain dapat meningkatkan harga diri, mengajarkan berbagai macam karakter, motivasi, tanggung jawab dan kepemimpinan.

Melalui bermain, anak memperoleh dan memproses informasi mengenai hal-hal baru, serta mengasah keterampilan. Pendek kata, bermain dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak baik secara fisik, sosial, emosional, intelektual maupun kreativitasnya. Manfaat bermain pun sangat dirasakan oleh orang dewasa.

Antara lain: membuat badan lebih sehat, sarana mengekspresikan emosi, mempererat hubungan dengan orang lain, meningkatkan kecerdasan, menangkal stress dan depresi, meningkatkan energi dan mencegah kelelahan, merangsang pikiran dan menigkatkan kreativitas, menyalurkan hobi, serta sarana me time (waktu untuk diri sendiri) yaitu mengenal diri sendiri lebih mendalam.

Memasuki babak informasi digital sekarang ini masyarakat makin mendekat ke arah “society of the spectacle”, masyarakat tontonan/ hiburan. Ini terjadi karena maraknya dominasi industri hiburan (showbiz), infotaintment dan digital-games. Sementara, jenis permain tradisional di desa-desa dan kampung mulai ditinggalkan karena berganti ke digital games.

Situasi ini mengakibatkan munculnya suatu istilah baru yaitu: Homo Festivus. Artinya manusia yang suka berhura-hura dan berpesta-pora. Ini memperkuat anggapan, bahwa dengan bermain manusia seolah-olah beralih dari dunia yang biasa (ordinary world) ke dunia yang luar biasa (extra ordinary world). Maka menjadi fenomena yang menarik untuk diamati, bahwa aspek bermain pun meresapi dan menyemarakkan segala aspek kehidupan manusdia, entah budaya, agama, politik, bisnis, hukum, seni dan sebagainya.

Jenis Permainan

Jenis-jenis permainan manusia yang terus berkembang tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis. Yaitu: pertama, mimicry. Merupakan permainan yang bersifat imitasi, meniru, dan berpura-pura, Seperti: Permainan fantasi anak-anak, bermain peran, drama, sinetron dan film. Kedua, agon. Mencakup semua bentuk permainan yang bersifat pertandingan atau perlombaan. Contoh: sepak bola, bulu tangkis, dan sebagainya.

Ketiga, alea. Merupakan jenis permainan yang mengandalkan keberuntungan, atau peluang. Contoh: lotre, undian, tebakan, taruhan, permainan dadu, kartu, dan perjudian. Keempat, ilink. Mencakup semua bentuk permainan yang mencerminkan pelampiasan keinginan untuk bergerak, berpetualang, dan ujud kegiatan yang dinamis yang dilakukan di alam terbuka.

Contoh: mendaki gunung, terjun payung, dan permainan ayunan anak-anak. Catatan: Jika permain yang dilakukan menyatu dengan pekerjaan, maka pelakunya adalah pemain profesional. Tetapi perlu diwaspadai, bahwa permainan atau kegiatan bermain bisa menjadi bias karena faktor luar, seperti pengaruh finansial, politik, bisnis, dan sebagainya.

Bermain untuk Bahagia

Dalam dunia olah raga kita mengenal istilah fair play. Bahkan diyakini, bahwa fair play adalah nafas dari pertandingan olah raga. Jadi tanpa fair play olah raga akan mati. Sedikit merenung, nilai-nilai fair play sebenarnya juga berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, olah raga yang populer di dunia yaitu sepak bola pun terus mengembangkan kode etik fair play (juga financial fair play). Dan barangkali, nilai-nilai fair play yang dipraktekkan Federasi Sepak Bola International (FIFA) bisa menginspirasi kita. Yaitu:

1. Bermain jujur.

2. Bermain untuk menang tapi menerima kekalahan dengan martabat.

3. Menghormati hukum dan aturan permainan.

4. Menghormati lawan, tim-rekan, wasit, pejabat dan penonton.

5. Menggalakkan kepentingan sepak bola.

6. Kehormatan orang-orang yang mempertahankan reputasi baik sepak bola.

7. Menolak korupsi, obat-obatan, rasisme, kekerasan, perjudian, dan bahaya lain.

8. Membantu orang lain untuk melawan tekanan merusak.

9. Mencela mereka yang berusaha untuk mendiskreditkan olahraga.

10. Menggunakan sepak bola untuk membuat dunia yang lebih baik.

Lalu, kita sebenarnya bermain atau melakukan permainan untuk tujuan apa ?  Mungkin, ungkapan berikut bisa menjadi acuan dasar. Yaitu:

•Jangan bermain dalam permainan - permainan.

•Bermainlah dengan sungguh - sungguh, tetapi bukan permainan yang dipersungguh.

•Bermainlah dengan bahagia, tetapi jangan mempermainkan kebahagiaan.

Ungkapan pertama mengandung arti, kalau kita bermain ikutilah aturannya dan jangan membuat aturan sendiri. Anak-anak usia sekolah dasar pun mulai paham bahwa, setiap permainan ada peraturan yang harus ditaati. Kedua, boleh mengejar kemenangan, namun janganlah mendewa-dewakan kemenangan. Kalah atau memang adalah sesuatu yang harus diterima.

Pihak-pihak yang ikut dalam permainan harus bersikap sportif. Ketiga, permainan yang sudah baik dan benar mesti dijaga. Ibarat kita sudah punya kekasih hati, kebahagiaan yang dimilki bersama mesti terus dirawat, janganlah berbuat curang dengan berselingkuh. Permianan kotor itu pasti akan menghancurkan kebahagiian.

Esensi permaian yang dipaparkan dalam tiga ungkapan diatas, bahwa tujuan bermain atau permaian adalah untuk kebahagiaan semata. Tidak ada pamrih, atau tujuan tersembunyi selain meraih kebahagiaan. Mungkin pada titik ini kita menemukan, bahwa ada orang yang kalah bermain judi, namun ia tetap senang dan bahagia.

Karena ia sungguh menyadari bahwa tujuan bermain adalah kebahagiaan. Titik. Kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain. Kebahagiaan bagi yang menang, tetapi juga bagi yang kalah. Bila memang demikian, bermain pun dapat menjadi sumber energi positif yang luar biasa. Sekian, semoga bermanfat.

Komentar