Minggu, 16 Maret 2025 | 06:47
OPINI

Orang Miskin Mensubsidi Orang Kaya

Orang Miskin Mensubsidi Orang Kaya
Ilustrasi

Oleh: Sigit Jati Waluyo, Content inspirator 

ASKARA - Dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal yang lumrah bila orang kaya membantu atau mensubsidi orang miksin. Tetapi hal yang sebaliknya pun juga terjadi, bahwa orang miksin mensubsidi orang kaya. Banyak fakta sosial yang bisa menjadi contoh: Pekerja kasar, Pekerja rumah tangga, Pekerja/ karyawan perusahaan dengan upah yang sangat rendah, Tukang/ buruh bangunan dan sebagainya. Mereka adalah orang-orang yang mau bekerja meski dibayar rendah, atau malah sangat rendah.

Lantas, bagiamana upaya pemerintah megangkat harkat hidup para “pekerja rendahan” tersebut? Salah satunya, pemerintah menetapkan kebijakann UMR (Upah Minimum Regional) sudah diganti dengan istilah UMP (Upah Minimum Provinsi) dan UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota) bagi karyawan perusahaan. Tetapi upaya ini belum tercapai secara maksimal, sebab konon banyak perusahaan yang mengajukan keberatan sehingga tak seratus prosen membayarkan UMK atau UMP yang telah ditentukan oleh pemerintah.

Upaya lain, pemerintah pada tahun 2004 telah menyodorkan RUU PPRT (Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga). Dan tujuan dari RUU PPRT antara lain : Memberikan perlindungan hukum kepada PRT dan pemberi kerja; Mencegah segala bentuk diskriminasi, eksploitasi, dan pelecehan terhadap PRT; Meningkatkan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan PRT; Meningkatkan kesejahteraan PRT; Mengatur hubungan kerja yang harmonis serta; Mencegah segala bentuk kekerasan, perbudakan, perdagangan orang, dan perlakuan yang kejam terhadap PRT. Tetapi sayang, RUU PPRT ini hanya menjadi file yang tersimpan rapi di DPR? Semoga tidak.

Tentu tulisan ini tidak bermaksud menghadapkan atau mempertentangkan orang kaya dengan orang miskin, sebab manusia sebenarnya adalah makhluk sosial, yang semestinya hidup saling tolong-menolong, bantu-membantu, atau saling mengisi satu sama lain. Titus Maccius Plautus pernah memberikan ungkapan, bahwa manusia adalah: “Homo homini” socius dan bukan “Homo homini lupus”. (Manusia adalah teman bagi sesamanya dan bukan serigala bagi sesamanya). Jelas, bahwa manusia bukanlah predator (pemangsa) bagi sesamanya, yaitu manusia miskin, lemah dan terpinggirkan. Melainkan teman, atau sesama yang saling membantu dalam menjalani situai kehidupan seperti apapun.

Terlebih, bahwa manusia adalah makhluk yang bermartabat, makhluk yang sama-sama memiliki harga diri yang tinggi, yang diberikan oleh Tuhan. Oleh karenanya, mari tetap saling menghormati dan mengasihi sebagai sesama warga planet bumi. Sekian, semoga bermafaat. (SJW)

Komentar