Talk Show Ikan Sebagai Sumber Protein
Prof. Rokhmin Dahuri: Ingat Kata Bung Karno, Pangan Hidup Matinya Sebuah Bangsa
ASKARA – Dalam rangkaian peringatan Bulan Bung Karno 2022, PDI Perjuangan (PDIP) menggelar bedah buku "Mustika Rasa", dan talk show ikan sebagai sumber protein dengan ahli gizi di Hall B Jakarta Convention Center Senayan, Jakarta, hari ini Sabtu (25/06).
Acara yang bersamaan dengan Festival Bakar Ikan Nusantara menghadirkan pembicara antara lain: Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS (Ketua Bidang Kelautan, Perikanan dan Nelayan DPP PDI Perjuangan), Dr. dr. Niken Puruhita, M. Med. Sc. SpGK (K) (Ahli Gizi Klinik), Sisca Soewitomo (Pakar Tata Boga), Indra Ketaren (Ahli Gastronomi), Yongki Gunawan (Ahli Gastronomi), Rafael Basanto (President of Association of Cullinary Professionals Indonesia), Hendry Wahyu Sumanta (Vice President of Indonesia Chef Association)
Dalam kesempatan tersebut, Prof Rokhmin Dahuri menyampaikan, kondisi Stunting atau masalah kurang gizi kronis di Indonesia sangat ironis. Mengingat potensi sumber gizi yang melimpah yaitu sektor perikanan dan kelautan.
“Komoditas dan produk perikanan mengandung nilai nutrisi dan gizi yang sangat baik bagi kesehatan dan kecerdasan manusia dimana Indonesia memiliki potensi produksi perikanan lestari terbesar di dunia, sekitar 115,3 juta ton/tahun, dan baru dimanfaatkan sekitar 30%,” ujar Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University ini.
Menurut Prof. Rokhmin Dahuri, ikan menjadi produk strategis dalam mencegah Stunting. Karena, katanya, mempunyai keunggulan protein dibandingkan dengan red meat (daging sapi, ayam) dan telur.
“Tapi yang utama proteinnya mudah dicerna di tubuh kita. Jadi untuk balita sangat bagus untuk mengatasi stunting. Selain itu, lanjutnya, potensi produksi perikanan di Indonesia sangat besar dengan keragaman jenis ikan di Indonesia sangat tinggi dan tersedia sepanjang tahun,” kata Dewan Pakar Masyarakat Perikanan Nusantara itu.
Kemudian, sambungnya, asam amino ikan pun termasuk yang paling lengkap dari sekian belas asam amino esensia yang menstimulasi otak-otak anak balita. Kemudian asam lemak nya pun tidak jenuh 200mg ke atas ada di ikan, lobster, sedangkan daging sapi 24%.
Jadi, menurut Prof. Rokhmin Dahuri bagus sekali, karena hampir semua vitamin mulai vitamin A, vitamin B, yudium ada dalam ikan. “Sayangnya konsumsi ikan orang Indonesia baru mencapai 50kg, kalau di Jepang sudah 80kg, Jadi kalau kita konsumsi ikan tinggi Insya Allah kita semakin sehat. Dan secara medis semakin cerdas,” ungkap Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia ini menjelaskan.
Lanjutnya, Prof. Rokhmin Dahuri mengatakan, bahwa untuk mengkselerasi terwujudnya Indoensia Emas (Maju, Adil-Makmur, dan Berdaulat) pada 2045 bangsa Indonesia harus melakukan reorientasi pembangunan sebagai negara maritime yaitu memberdayakan sumber daya alam. Salah satu sumber daya alam yang sangat penting adalah pangan.
Prof. Rokhmin mengingatkan pidato Proklamator RI Bung Karno pada 1952 yang menyebut pangan adalah hidup mati sebuah bangsa. Hal itu pun diamini oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). "Beruntung Indonesia memiliki potensi itu karena sebagai negara agraris dan maritim terbesar di dunia," jelasnya.
Oleh karena itu, tegasnya, PDIP di bulan Bung Karno sangat konsen membidik bahwa pangan ini harus berdaulat. Karena pangan menentukan kualitas sumber daya manusia. “Jadi kalau gizi kita buruk, asupan pangan kurang bergizi bisa stunting dan buruk dini,” ujar Menteri Kelautan dan Perikanan RI tahun 2001-2004 itu.
Prof. Rokhmin Dahuri mengemukakan, sebagai negara agraris tropis dan kepulauan terbesar di dunia, yang 75 persen wilayahnya berupa laut, Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi agro-maritim yang sangat besar yang hingga kini belum dimanfaatkan secara optimal.
Indonesia dari segi potensi Negara dengan potensi produk perikanan terbesar di dunia yaitu 115 juta ton pertahun. Sementara kita baru 20 juta ton. Kurang dari 18 persen. Karena produknya kita baru ranking ke 2, China no 1. Artinya, kata Prof. Rokhmin Dahuri, kalau konsumsi ikan domestik digenjot, maka membantu pemasaran nelayan juga.
PDIP, katanya. menjadikan Bulan Bung Karno sebagai momentum berbenah kembali agar Indonesia bisa berdaulat pangan. Pasalnya, pangan merupakan aspek mendasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar terciptanya kehidupan sosial yang maju.
“Jadi secara keseluruhan PDI Perjuangan mempromosikan ikan kuliner nusantara dari berbagai aspek kesehatan, indeks, dan ekonomi kita semakin positif. Mudah-mudahan kita Berjaya melalui basis kuliner, pangan sehat bergizi dan aman,” pungkasnya.
Komentar