Sabtu, 04 Mei 2024 | 07:09
NEWS

Prof. Rokhmin Dahuri Dorong Unnes Menjadi World-Class University

Prof. Rokhmin Dahuri Dorong Unnes Menjadi World-Class University
Prof. Dr. Ir. Rohkmin Dahuri, MS

ASKARA -- Ketua DPP PDIP bidang kelautan dan perikanan Prof. Dr. Ir. Rohkmin Dahuri, MS mengatakan, Indonesia memiliki potensi (modal dasar) pembangunan yang lengkap dan besar untuk menjadi bangsa maju, adil-makmur dan berdaulat.

Secara ekonomi, Indonesia Emas 2045 akan terwujud, bila kita mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi (rata-rata > 7% per tahun), berkualitas (menyerap banyak tenaga kerja), inklusif (mensejahterakan seluruh rakyat secara adil), ramah lingkungan, dan berkelanjutan (sustainable),”

“Semua itu dapat diwujudkan melalui implementasi Ekonomi Hijau, Ekonomi Digital, dan Ekonomi Spiritual (Pancasila),”  kata Prof Rokhmin dalam kuliah umum Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Ekonomi Hijau dan Digital menuju Indonesia Emas 2045 yang diselenggarakan secara virtual oleh Universitas Negeri Semarang (Unnes), Rabu (2/2/2022).

Lebih lanjut, Prof. Rokhmin menyampaikan, banyak yang tidak tahu bahwa kita secara ekonomi dan politik menjadi pusat perdagangan global. Hampir 45 persen seluruh barang yang diperdagangkan di dunia senilai 15 Triliun Dollar AS/tahun di kapalkan melalui laut-laut Indonesia.

Namun sayangnya, sejauh ini kita bukan memproduksi dan mengekspor barang itu melalui rantai global, tapi kita lebih banyak membeli dan mengkonsumi. Karena itu neraca perdagangan kita sejak tahun 2012 negatif terus. “Alhamdulillah, setahun terakhir mungkin karena hikmah dari Covid, perdagangan kita positif,” sebutnya.

Namun, karena belum ada Peta Jalan Pembangunan Bangsa (Nasional) yang komprehensif dan benar serta dilaksanakan secara berkesinambungan, kualitas SDM relatif rendah, dan defisit kepemimpinan (nasional, propinsi, kabupaten/kota, dan desa) sudah 76 tahun merdeka, Indonesia masih sebagai ‘lower-middle income country’, belum sebagai negara yang maju, adil-makmur.

“Maka, sudah 76 tahun merdeka, Indonesia masih sebagai lower-middle income country, belum sebagai negara yang maju, adil-makmur, dan berdaulat sebagaimana cita-cita kemerdekaan  RI,” kata Prof. Rokhmin lewat makalahnya, “Resolusi Perguruan Tinggi Dalam Pembangunan Ekonomi Hijau dan Digital Menuru Indonesia Emas 2045”.

Prof Rokhmin menambahkan, Perguruan Tinggi memegang peran yang paling sentral dan strategis di dalam membangun SDM unggul dan kapasitas inovasi bangsa Indonesia. Maka, Prof. Rokhmin mendorong Unnes untuk meningkatkan kapasitasnya menjadi  World-Class University untuk menghasilkan 3 output Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk menghasilkan lulusan SDM unggul, invensi dan inovasi, dan pengabdian kepada masyarakat yang mensejahterakan rakyat serta turut membangun Dunia yang lebihsejahtera, adil, damai, dan berkelanjutan (sustainable).

“Unnes mendirikan sejumlah fakultas, jurusan, dan penguatan diantaranya Fakultas kelautan dengan jurusan teknik dan manajemen perkapalan, manajemen pelabuhan dan transportasi laut, coastal and ocean engineering, dan pariwisata bahari. Lalu Prodi Teknik Informasi mesti diperkuat dengan hal seperti digitalisasi, Internet of Things, hingga Metaverse untuk aplikasi. Bukan hanya pada sistem rantai pasok, tetapi pada sistem produksi dan industri manufacturing,” tegas Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas IPB ini.

Selain itu, Prof. Rokhmin juga menawarkan sejumlah rekomendasi untuk Unnes, yakni Unnes mendirikan sejumlah fakultas, jurusan, dan penguatan prodi.

Untuk itu, lanjutnya, Prodi Teknik Informasi mesti diperkuat dengan sejumlah hal seperti digitalisasi, internet of things, hingga metaverse untuk aplikasi. Bukan hanya pada sistem rantai pasok, tetapi pada sistem produksi dan industri manufakturing.

Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2019-2024 itu juga mendorong penambahan program studi nano bioteknologi dan material baru di fakultas teknik. "Tak lupa kampus harus melakukan implementasi merdeka belajar, kampus merdeka semaksimal dan sebaik mungkin," tegas Menteri Kelautan dan Perikanan Kabinet Gotong Royong itu.

Pertama, papar Ketua Dewan Pakar ASPEKSIND ini, adalah agar kampus itu didorong melakukan pendirian fakultas kelautan dengan jurusan teknik dan manajemen perkapalan, manajemen pelabuhan dan transportasi laut, coastal and ocean engineering, dan pariwisata bahari. Juga pendirian fakultas baru Ilmu, Teknologi, dan Manajemen Lingkungan dengan Core Competence Science and Technology of Changing Planet.

"Tak lupa kampus harus melakukan implementasi Merdeka Belajar Kampus,  Merdeka Semaksimal dan sebaik mungkin," beber Ketua Dewan Pakar MPN (Masyarakat Perikanan Nusantara) itu.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengingatkan peran Perguruan tinggi sangat besar dalam mewujudkan Pancasila dan Pola Pembangunan Semesta Berencana yang pernah dibuat di zaman Soekarno.

Kata Hasto, Pola Pembangunan Semesta Berencana sejalan dengan konsep ekonomi hijau dan biru (green and blue economy). "Sudah saatnya Indonesia mewujudkannya, dan perguruan tinggi berperan besar di dalamnya," ungkap Hasto.

Hasto menjelaskan konsep ekonomi hijau dan biru muncul sebagai respons atas eksploitasi sumber daya alam (SDA) untuk kepentingan kapitalisme.

Konsep ini, jelasnya, mendorong agar eksploitasi alam yang berlebihan dihentikan, diganti dengan pengembangan ekonomi nasional dan dunia yang memperhatikan aspek sustainability, inklusif, melibatkan warga, dan berkeadilan.

Menurut Hasto, lahirnya Indonesia juga didorong oleh keprihatinan sejenis. "Bung Karno melihat Indonesia saat itu hanya menjadi sumber bahan baku ekstraktif yang dibawa ke luar negeri untuk kepentingan kapitalisme global," tegas Hasto.

Menurutnya, itulah salah satu yang melahirkan konsep Pancasila sebagai falsafah dasar Indonesia Merdeka. Pancasila mengandung nilai keadilan sosial, mengobarkan semangat kemanusiaan, yang sejalan dengan parameter ekonomi hijau dan biru.

"Tanpa nilai kemanusian takkan mungkin nilai pelestarian lingkungan akan tumbuh. Dalam perspektif itu, Pancasila sebagai falsafah juga menjawab tantangan green economy," ulasnya.

Hasto mengusulkan agar teks Pancasila tetap dibacakan di acara-acara di kampus. Sebab Pancasila bukan sekedar the way of life, namun juga konsepsi kepemimpinan Indonesia bagi dunia.

"Maka perguruan tinggi seharusnya wajib membacakan teks Pancasila pada tiap acara resmi, agar spirit Pancasila yang mengandung cita-cita kemerdekaan dan sekaligus menjawab suatu tata dunia baru pasca perang dunia kedua betul-betul dapat kita rasakan," kata Hasto.

Untuk mewujudkan konsep ekonomi berbasis Pancasila, strategi Bung Karno saat itu adalah dengan pembangunan Indonesia melalui politik tata ruang dengan menetapkan koridor perekonomian strategis.

Hal itu termuat dalam Pola Pembangunan Semesta Berencana. Bahkan di dalam penguasaan teknologi atom pun sudah dirancang dengan baik saat itu.

Di jaman Orba, konsepsi ekonominya didorong oleh kepentingan kapitalisme global, yang dulu membantu melengserkan Bung Karno.

Saat ini, Pemerintahan Jokowi merancang kembali pembangunan ekonomi Indonesia yang terinspirasi dari Pola Pembangunan Semesta Berencana era Bung Karno itu. Jokowi mengamanatkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dengan pembangunan infrastruktur masif di seluruh Indonesia.

Peran kampus, menurut Hasto, adalah sebagai penopang kemajuan ini. Lewat penguasaan iptek, riset dan inovasi yang membumi. Mengapa harus membumi?

Dia menyampaikan kritik Megawati Soekarnoputri ketika ada seorang Perancis di Sleman menyewa lahan dan mengembangkan bambu nusantara dengan kultur jaringan. Padahal ilmu kultur jaringan sudah diajarkan di IPB saat Mega jadi mahasiswa.

Bagi pihaknya, kata Hasto, kerap kali riset Indonesia tak melihat secara mendetail apa yang bisa dilakukan dengan potensi lokal untuk membawa kemajuan bagi rakyat.

"Kenapa itu tak dilakukan oleh kita? Maka inovasi harus dilakukan disertai spirit membangun berdikari, berdiri di atas kaki sendiri," ujar Hasto.

Menurutnya, tolak ukur kemajuan kampus adalah seberapa besar kemampuannya mendorong kemajuan bangsa dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mendorong semangat berdikari.

"Albert Einstein mengatakan imagination is more important than knowledge. Maka mari kita berdaya imajinasi. Ekonomi hijau adalah jalan yang harus ditempuh, fokus yang harus didayagunakan untuk memaksimalkan potensi maritim kita. Jangan sampai laut kita hanya jadi keranjang sampah raksasa," pungkas Hasto.

Komentar