Sabtu, 20 April 2024 | 02:45
NEWS

Waspadai Skenario Terburuk Covid-19 Melalui Penguatan Fasilitas Kesehatan di Luar Jawa-Bali

Waspadai Skenario Terburuk Covid-19 Melalui Penguatan Fasilitas Kesehatan di Luar Jawa-Bali
Ilustrasi covid-19 (Dok Pixabay)

ASKARA - Epidemiologist Universitas Griffith Australia dan Sidrotun Naim, Sidrotun Naim, Pengkaji Kebijakan & Inovasi, IPMI Business School dan Research Affiliate Harvard Kennedy School, Dicky Budiman memperingatkan kemungkinan virus Covid-19 varian delta akan mengamuk di luar Jawa-Bali. 

Hal tersebut disampaikan dalam webinar Narasi Institute dengan judul "Optimisme Ekonomi Tepatkah Setelah Puncak Pandemi Terlampaui?" yang digelar Jumat (/6/8) kemarin.

Dicky Budiman mengatakan, prediksi situasi pandemi yang dibuat suatu lembaga riset atau pakar hendaknya menjadi dasar penyusunan strategi mitigasi, sehingga mampu mencegah skenario terburuk.

"Pada Maret 2020, saya membuat proyeksi bahwa India, Brazil dan Indonesia berpotensi menjadi episentrum Covid-19 dunia karena keterbatasan sistem kesehatan, besarnya populasi dan status sosial ekonomi sebagian besar penduduknya. Selain itu, performa pengendalian selanjutnya akan ditentukan oleh konsistensi dan komitmen para pemimpin dalam penanganan pandemi Covid-19," ujar Dicky Budiman dalam webinar yang dipandu Cofounders Narasi Institute Achmad Nur Hidayat itu.

Dicky melihat ada <i>gap<?i> pemahaman dan komunikasi antar-pusat dan daerah dalam penanganan Covid-19.

"Sayang dalam 12 bulan pertama pandemi kita, belum semua daerah memahami situasi pandeminya karena keterbatasan kapasitas tes, trace dan treat (3 T). Badan Kesehatan Dunia melaporkan selama ini di Indonesia hanya 2 daerah yang relatif sudah maju menerapkan 3T yaitu Jakarta dan Yogyakarta selebihnya masih kurang, walaupun belakangan, selama masa PPKM Darurat ini daerah lain di Jawa mulai menunjukkan perbaikan," terang Dicky Budiman diaspora Indonesia di Australia.

Dicky menegaskan, Indonesia negara kepulauan yang luas sehingga perlu penguatan kapasitas khususnya di luar Jawa.

“Sebagai negara kepulauan, Indonesia akan memerlukan respons 3T, 5M dan vaksinasi yang massif agresif, setara dan merata di semua daerah. Keterbatasan kapasitas 3T di luar Jawa harus disiasati dengan strategi visitasi massif ke masyarakat meski tanpa testing, yang utama bisa menemukan potensi kasus dan mengisolasinya. Untuk itulah, faktor kepemimpinan yang kuat di daerah menjadi penting mengingat kesehatan adalah sektor yang berada dalam kewenangan kabupaten/kota," jelas Dicky Budiman.

Menurut Dicky, PPKM sebagaimana pembatasan lainnya adalah strategi yang sifatnya penguatan bukan sebagai instrumen utama. Sehingga setiap pemerintah daerah jangan hanya fokus PPKM tapi melupakan 3T-nya.

"PPKM ini sifatnya sebagai upaya penguat bukan sebagai strategi utama. Yang penting diperhatikan baik secara nasional, provinsi dan daerah adalah 3T-nya sehingga mencapai tes positive rate kurang dari 5 persen," imbuh Dicky

Sidratun Naim, Pengkaji Kebijakan & Inovasi, IPMI Business School dan Research Affiliate Harvard Kennedy School mengingatkan, bahwa Indonesia bersyukur bahwa penurunan varian delta mulai menurun. Namun 5 M dan 3T dan vaksinasi harus dilakukan.

"5M itu kewajiban masyarakat sementara 3 T adalah kewajiban pemerintah dan vaksinasi harus serius dilakukan. Belajar dari Chile dimana 3 vaksin berbeda semua diterapkan untuk mengendalikan Covid-19. Ada Pfizier, ada Sinovac dan AztraZeneca. Vaksinasi menjadi senjata terakhir untuk mengendalikan Covid-19 ini. Vaksin mengurangi kematian meskipun kalau penularan tidak bisa dikendalikan lewat vaksin," kata Sidrotun Naim.

Sidratun Naim mengakui, di Indonesia jangan kan saat pandemi ketika tidak pandemi saja persoalan logistik masih menjadi masalah.

"Karena persoalan logistik, di Indonesia lebih sulit memberikan vaksin pertama untuk di luar Jawa daripada memberikan vaksin ke 3 di Jawa. Di Indonesia yang datanya bagus itu hanya DKI, DKI sebagai barometer data nasional," ujar Sidrotun Naim.

Komentar