Sabtu, 20 April 2024 | 11:39
NEWS

Pony Tail Effect yang Lebih Kuat dari Coattail Effect dalam Pertemuan Airlangga-Prabowo

Pony Tail Effect yang Lebih Kuat dari Coattail Effect dalam Pertemuan Airlangga-Prabowo
(Ist)

ASKARA - Pertemuan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pada Sabtu (13/3) di Hambalang masih hangat dibicarakan. 

Media sosial ramai menyinggung makna dan efek dari pertemuan dua tokoh penting itu. Terakhir, di medsos bahkan sempat muncul omongan jika pony tail effect atau efek ekor kuda pada pertemuan itu bisa menggantikan coattail effect (efek ekor jas). Ini lantaran foto seorang perempuan penunggang kuda putih dengan rambut yang dikuncir ekor kuda tengah diperhatikan Airlangga dan Prabowo.

Maklum, seorang perempuan dengan rambut kuncir ekor kuda seringkali menarik untuk diperbincangkan. Sebagian mungkin menganggapnya seksi, apalagi tengah menunggang kuda putih.

Sementara coattail effect selama ini diketahui sebagai efek ikutan dari seorang figur atau tokoh yang berkontestasi dalam sebuah pemilihan, yang kemudian memberikan dampak positif secara elektoral. Misalnya limpahan suara kepada partainya atau partai-partai yang mendukungnya. Fenomena semacam ini hadir dalam kondisi di mana seorang kandidat presiden sedemikian populernya sehingga diyakini mampu memberikan daya tarik kepada partai-partai pendukungnya.

Namun untuk menggambarkan pertemuan kedua pemimpin parpol itu lebih tepat dengan pony tail. Ibarat seorang perempuan cantik yang tengah menunggang kuda dan menjadi perhatian banyak pria di sekelilingnya.

Pertemuan Airlangga-Prabowo ini pun bermakna sama. Pasalnya, pertemuan cantik kedua pemimpin parpol itu terus menjadi perhatian dan perbincangan masyarakat, terutama di medsos. Efek ekor kuda dari pertemuan kedua tokoh itu bahkan lebih kuat dari drum band Partai Gerindra sekalipun.

Dalam coattail effect hasil yang didapat hanya oleh suatu pihak dengan cara melibatkan tokoh penting langsung maupun tidak langsung dari pertemuan itu. Namun pony tail effect dari pertemuan itu terasa lebih kuat dan menjadikan kedua tokoh yang bertemu sebagai bahan perbincangan di jagat politik Indonesia.

Publik dari yang awam hingga para pengamat politik kini bertanya-tanya, apakah kedua tokoh akan berkoalisi atau hanya sekadar pertemuan rutin para pembantu presiden.

"Pertemuan ini menarik karena pertemuan dua tokoh yang mempunyai chemistry yang sudah terbangun sejak awal. Apalagi Prabowo sempat tumbuh dan besar di Golkar. Ini jadi silaturahmi politik plus-plus yang sangat menarik," jelas Adi Prayitno, pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dalam melihat pertemuan itu.

Dari orang-orang dekat di sekitar kedua pemimpin, pertemuan itu membicarakan banyak hal. Utamanya membicarakan tentang perekonomian seperti pembangunan food estate yang ditugaskan oleh Presiden Joko Widodo kepada Menhan Prabowo.

Begitu pula dengan rencana Indonesia yang mengajukan diri sebagai calon tuan rumah Olimpiade 2032. Ketum PB IPSI Prabowo dan Ketum PBWI Airlangga tengah menyamakan persepsi tentang olah raga bela diri yang bisa saja masuk jadi cabang yang dimainkan di Olimpiade.

"Namun yang paling menarik dari pertemuan ini dikaitkan dengan potensi dari Airlangga yang diproyeksikan oleh Golkar maju di Pilpres 2024. Ini adalah bagian dari silaturahmi dan strategi jalan panjang menuju 2024 bagi Airlangga," ungkap Adi Prayitno.

Sebaliknya, yang menjadi perbincangan penuh tanda tanya adalah kemungkinan kedua tokoh bersatu dalam Pilpres 2024. Ini mungkin salah satu pony tail utama dalam pertemuan itu. Selalu menarik untuk diperbincangkan apakah Golkar dan Gerindra bakal mengusung kekuatan bersama pada 2024 nanti.

"Selama ini Airlangga itu konotasinya lebih melekat sebagai menko perekonomian, tapi dengan silaturahmi ke berbagai ketum parpol maka ini adalah jalan merajut komunikasi ke berbagai kalangan. Kini Airlangga sudah lebih mempersonifikasi dirinya sebagai ketua Partai Golkar selevel dengan Prabowo Ketua Partai Gerindra," tutup Adi Prayitno, Senin (15/3).

Komentar