Sabtu, 27 April 2024 | 02:20
NEWS

Di Era Konvergensi Media, Hasilkan Konten Kredibel Butuh Kemampuan Literasi yang Baik

Di Era Konvergensi Media, Hasilkan Konten Kredibel Butuh Kemampuan Literasi yang Baik
(Humas HPN 2021)

ASKARA - Menghasilkan konten yang aktual, kredibel dan tidak melanggar hukum hanya bisa diproduksi jika seseorang memiliki kemampuan literasi media yang baik.

Demikian satu topik yang menarik perhatian peserta Workshop Literasi Digital yang digelar dalam rangkaian Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2021 dari Candi Bentar Hall, Ancol, Jakarta, Sabtu (6/2).

Hadir sebagai narasumber pada webinar yang dimoderatori Wakil Sekretaris Jenderal PWI Pusat Suprapto Sastro Wardoyo yaitu Kepala Jakarta Smart City Yudhistira Nugraha, Ketua Bidang Pendidikan PWI Pusat Nurjaman Mochtar, Editor in Chief Majalah Tempo Wahyu Diatmika dan Ketut Yoga Yudhistira selaku fonder Channel Kok Bisa.

Disampaikan Yudhistira Nugraha, sejak beberapa tahun belakangan ini lebih banyak menghabiskan waktu dengan beraktifitas digital.

"Saya tidak pernah terbayang jika hampir semua aktifitas kini dilakukan dengan digital media. Aplikasi seperti zoom menjadi fasilitas utama dalam komunikasi publik," katanya.

Menurutnya, ini semua perubahan kebiasaan apapun penyebabnya. Untuk bisa menyesuaikan dengan peradaban saat ini harus punya kemampuan literasi media.

"Era digital yang paling penting adalah literasi. Literasi media adalah bagaimana memecahkan sebuah problem. Literasi media diperlukan agar tidakan lebih akurat terukur dengan penggunaaan skala yang tepat," jelas Yudhistira Nugraha.

Ketua Bidang Pendidikan PWI Pusat Nurjaman Mochtar menjelaskan bahwa konvergensi media sudah diramalkannya sejak 10 tahun lalu bakal terjadi.

"Bahkan datangnya lebih cepat. Apa yang membuatnya lebih cepat adalah Covid-19. Dengan covid semuanya telah terjadi begitu cepat, semua terjadi dengan cepatnya. Covid-19 mempercepat konvergensi medi," ujarnya.

Nurjaman Mochtar yang pernah menjadi pemimpin redaksi SCTV dan Indosiar menambahkan, ada tiga hal dalam berbicara konvergensi media. Pertama, berkaitan dengan bagaimana menghasikan konten. Kemudian bagaimana konten disebarkan dan selanjutnya yang berkaitan dengan real community dan digital community.

Pada bagian lain, Editor in Chief Majalah Tempo Wahyu Diatmika mengajak masyarakat untuk mampu beradaptasi dengan situasi di tengah pandemi.

Menurutnya, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) telah melakukan riset untuk persoalan yang sedang dihadapi bangsa sekarang ini. Dia berharap dapat dipublikasi dua-tiga tahun ke depan.

Berkaitan dengan lierasi, banyak masyarakat sering mengalami misinformasi. Sementara riset menyebut banyak yang tersesat akibat kurangnya literasi.

"Pertanyaannya, kenapa bisa memicu opini publik. Hal ini karena distribusi beritanya tidak teliti, penyalahgunaan konten. Kadang yang menyebarkan tidak tahu apakah konten yang disebarkan adalah tidak layak tapi ada juga yang menyebarkannya dengan sengaja," jelas Wahyu Diatmika yang juga mantan wakil ketua AMSI.

Motifnya pun berbagai macam. Ada motif politik, propaganda dan ada juga karena memang jurnalisme yang buruk. 

"Ini semua menimbulkan miss communication," kata Wahyu Diatmika.

Dia menambahkan, untuk mengetahui kebenaran informasi publik tidaklah sulit. 

"Yang harus dilakukan adalah terkonfirmasinya beberapa pertanyaan, apa, mengapa, siapa, di mana, kapan dan bagaimana sebuah objek itu terjadi," pungkas Wahyu Diatmika.

Sementara itu, Fonder Channel Kok Bisa Ketut Yoga Yudhistira berbagi kisah tentang bagaimana hadirnya Kok Bisa dan tentang bagaimana menggunakan media sosial dengan baik.

Menurutnya, dalam mengelola konten media, selain aktualisasi data diperlukan kemampuan literasi dan disajikan dengan semenarik mungkin. 

"Kita di Kok Bisa banyak produksi konten edukasi," kata Ketut Yoga Yudhistira.

Komentar