Jumat, 26 April 2024 | 00:37
NEWS

BMKG Sebut Gempa di Majene Bukan Hal yang Aneh, Ini Sebabnya

BMKG Sebut Gempa di Majene Bukan Hal yang Aneh, Ini Sebabnya
Pasca Gempa Sulbar (Dok BNPB)

ASKARA - Fenomena gempa bumi yang terjadi di wilayah Sulawesi Barat (Sulbar) merupakan kejadian berulang. Menghadapi potensi gempa, kekuatan bangunan sangat penting dievaluasi dan diperkuat. 

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memiliki catatan gempa bumi berulang dengan periode waktu berbeda, bahkan tercatat dua kali tsunami terjadi yang dipicu oleh fenomena gempa.

Koordinator Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, Sulawesi memiliki lebih dari 45 segmen sesar aktif. Menurutnya, para ahli kebumian telah mempelajari karakteristik wilayah Sulawesi. 

“Terjadinya gempa merusak di Majene bukan hal aneh. Secara tektonik, wilayah pesisir dan lepas pantai Sulawesi Barat terletak di zona jalur lipatan dan sesar atau fold and thrust belt,” ujar Daryono, pada webinar pembelajaran gempa Sulbar, Rabu (3/2).  

Secara khusus, wilayah Majene dan Mamuju pernah terdampak gempa secara berulang dengan periode waktu berbeda. Daryono mengatakan, bahwa fenomena gempa di wilayah itu tercatat sejak 1967. 

Historis gempa merusak dan pernah terjadi tsunami, antara lain gempa Majene M6,3 pada 1967, kemudian 23 Februari 1969 dengan magnitude 6,9. 

"Dua kejadian ini memicu terjadinya tsunami. Total lebih dari 100 warga meninggal dunia pada dua peristiwa tersebut," tuturnya. 

Selanjutnya, gempa Mamuju M5,8 pada 6 September 1972, gempa Mamuju M6,7 pada 8 Januari 1984, dan kejadian sebelum kejadian kemarin yaitu pada 7 November 2020, Rangkaian gempa ini bersifat merusak.  

Lalu, gempa Majene yang terjadi pada dua hari berurutan yaitu 14 Januari 2021 dengan M5,9 dan 15 Januari 2021 dengan M6,2. 

Pascagempa M6,2 BMKG mencatat hingga Senin, 1 Februari 2021, telah terjadi 39 kali gempa susulan. “Total jumlah gempa sejak terjadi gempa pembuka tercatat 48 kali dengan gempa dirasakan sebanyak 10 kali,” ujar Daryono.

Ahli geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) Benyamin Sapiie menyampaikan, daerah Majene dan Mamuju merupakan daerah aktif deformasi berupa lipatan anjakan, melibatkan batuan dasar dan memperlihatkan keaktifan gempa tinggi. 

“Gempa Mamuju yang terjadi juga diakibatkan oleh aktivitas sesar naik pada zona fold-thrust-belt di bawah permukaan yang melibatkan batuan dasar, yang merupakan bagian dari zona FTB Sulawesi Barat,” tandas Sapiie. 

Komentar