Kamis, 25 April 2024 | 22:12
NEWS

Media Jangan Eksploitasi Foto Korban Sriwijaya Air dan Pilih Narasumber Kredibel

Media Jangan Eksploitasi Foto Korban Sriwijaya Air dan Pilih Narasumber Kredibel
Ilustrasi. (Dok. Sindonews)

ASKARA - Tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak pada Sabtu (9/1) di Perairan Kepulauan Seribu mendapat perhatian luas masyarakat dan media massa.

Dalam tahapan proses peliputan dan pemberitaan inilah dilaporkan ada yang dinilai tidak sesuai Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menyampaikan beberapa hal yang harus diperhatikan aspek etik itu. 

Ketua Umum AJI Indonesia, Abdul Manan mengatakan, jurnalis dan media harus menghormati pengalaman traumatik keluarga korban Sriwijaya Air. Tidak mengajukan pertanyaan yang bisa membuatnya lebih trauma. Termasuk pertanyaan "bagaimana perasaan anda" dan semacamnya. 

"Jurnalis juga harus mengormati sikap keluarga korban jika tidak bersedia diwawancara atau menunjukkan sikap enggan digali informasinya," kata Abdul Manan, Senin (11/1).

Tugas jurnalis memang mencari informasi, namun hendaknya juga memperhatikan hak narasumber untuk dihormati perasaan traumatik atau sikap enggannya. 

Sebagai bagian dari sikap penghormatan ini, media juga hendaknya tidak mengeskploitasi informasi, foto atau video yang bisa menimbulkan trauma lebih lanjut bagi keluarga dan publik. 

"Jurnalis dan media hendaknya tetap memegang prinsip profesionalisme seperti diatur dalam pasal 2 Kode Etik Jurnalistik," tutur Abdul Manan. 

Salah satu prinsip bekerja secara profesional dengan menggunakan sumber informasi yang kredibel dan kompeten. Semangat menggali informasi dari banyak sumber hal yang baik mencari kebenaran. 

Namun pemilihan sumber tetap harus mempertimbangkan kredibilitas dan kompetensinya. 

"Menggunakan sumber dari seorang "peramal" sebagai bahan berita kecelakaan seperti ini adalah tindakan yang kurang patut," jelas Abdul Manan. 

Media sebaiknya lebih fokus menjalankan fungsi informatif dan kontrol sosial. Serta menghindari sisi yang relevansinya jauh dari peristiwa. Apalagi kalau sampai mengesankan tidak menghormati pengalaman traumatik keluarga korban. 

Akan lebih bermanfaat jika jurnalis dan media fokus pada memberi update terbaru tentang peristiwa sehingga bisa membantu publik, termasuk keluarga, dalam bertindak. 

"Jurnalis dan media juga perlu lebih mengungkap soal aspek tanggungjawab dari perusahaan dan otoritas penerbangan soal keamanan dan kalaikan pesawat, agar bencana serupa tak terulang di masa mendatang," jelas Abdul Manan.

Selain itu, jurnalis tetap mengikuti protokol kesehatan dalam liputan kecelakaan Sriwijaya Air ini, dengan tetap memakai masker dan menjaga jarak fisik yang aman untuk menghindari penularan Covid-19. 

Komentar