Sabtu, 18 Mei 2024 | 12:33
NEWS

Produsen Tempe Putar Otak Adaptasi dengan Harga Bahan Baku

Produsen Tempe Putar Otak Adaptasi dengan Harga Bahan Baku
Pengrajin tempe. (Antara)

ASKARA - Produsen tempe di Jakarta Timur melakukan adaptasi dengan memperkecil ukuran hingga menaikkan harga jual ke konsumen demi mengantisipasi pada melambungnya harga bahan baku kacang kedelai impor.

"Sekarang ini ada produsen yang menaikkan harga tapi ada juga yang mengurangi takaran bahan, jadi ukurannya diperkecil. Kalau saya pilihnya naikkan harga sekitar 20 persen tapi bahan baku tetap seperti biasanya," kata pengrajin tempe di Primkopti, Setu, Kecamatan Cipayung Nur Indah, Kamis (7/1).

Indah memilih menaikkan harga agar tidak mengalami kerugian selama harga kacang kedelai mengalami kenaikan. Dia baru memulai lagi produksi usai ikut serta dalam aksi mogok produksi pengrajin tahu tempe yang terjadi pada 1-3 Januari.

Menurut pengusaha yang mempekerjakan lima orang pegawai itu, aksi mogok produksi merupakan bagian dari solidaritas pedagang maupun produsen untuk mengembalikan harga bahan baku ke harga normal.

"Sekarang baru mulai lagi di pasaran pada jualan. Kemarin kita sepakat libur dulu, harapannya mudah-mudahan kedelainya turun. Tapi tetap saja tinggi (harganya)," jelas Indah.

Sekretaris Koperasi Produsen Tahu Tempe DKI Jakarta Handoko mengatakan, selain menaikkan harga, sejumlah pengrajin ada juga yang mengurangi takaran bahan baku untuk menutup kerugian akibat kenaikan harga kedelai.

"Untuk tempe per pengrajin biasanya butuh kacang kedelai rata rata 50-80 kilogram per hari," katanya.

Namun untuk menyesuaikan dengan harga bahan baku saat ini, sebagian pengrajin mengurangi ukuran tempe.

Kepala Satuan Pelaksana Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta Timur Risa Maurina mengatakan, harga tempe di pasaran saat ini mengalami kenaikan beragam sesuai ukurannya.

"Temuan di pasar tradisional yang biasanya ukuran sedang Rp 4000 jadi Rp 5000 per papan. Kalau yang besar atau lebar dari Rp 10 ribu jadi Rp 12 ribu per papan. Secara umum rata-rata kenaikannya sekitar 17 persen," jelasnya.

Risa memastikan, kelangkaan komoditas tahu dan tempe hanya terjadi pada saat pedagang maupun pengrajin mogok kerja. Namun saat ini sudah kembali normal.

"Kelangkaan baru kemarin saja. Itu juga sebenarnya mereka dagang, cuma pas waktu pagi saja. Pengadaannya khusus untuk pelanggan," katanya.

Risa menambahkan, para pengrajin dan pedagang tahu tempe saat ini sedang menunggu kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga kedelai.

"Mereka lebih banyak menunggu, kalau ada kebijakan penurunan harga kedelai, mereka akan berproduksi seperti biasa. Memang sekarang ini agak menurun produksinya," katanya.

Adapun, harga kedelai impor saat ini berkisar Rp 9200 hingga Rp 10.000 per kilogram. Padahal, harga sebelumnya Rp 6500 sampai Rp 7000 per kilogram.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Syailendra mengatakan, kenaikan harga kedelai bukan karena stok yang menipis melainkan akibat harga kedelai di tingkat global juga mengalami kenaikan, sehingga berdampak pada harga kedelai impor di Indonesia. (ant)

Komentar