Sabtu, 20 April 2024 | 14:19
TRAVELLING

Detik-detik Sebelum Yudha Sentika Hilang di Gunung Kerinci, Sempat Teriak Kedinginan

Detik-detik Sebelum Yudha Sentika Hilang di Gunung Kerinci, Sempat Teriak Kedinginan
Gunung Kerinci (tabloidwisata.com)

ASKARA - Tugu Yudha sudah dikenal sebagian besar pendaki yang telah mendaki Gunung Kerinci. Tugu itu dibuat untuk mengenang seorang pendaki yang hilang di tengah perjalanan akibat cuaca buruk. 

Dalam plakat tugu tersebut tertulis ‘Tempat berpisahnya saudara kami Yudha Sentika, 23 Juni 1990'. Kala itu, dia masih berusia 17 tahun dan berstatus pelajar yang tergabung dalam klub pencinta alam Elpala SMA 68 Jakarta.

Febby, seorang teman Yudha saat mendaki menceritakan perjalanan mereka dari Jakarta menuju salah satu atap Sumatra itu untuk menapaki kaki. Bermula ketika menjalankan agenda mendaki untuk mengisi waktu liburan. 

"Kebetulan pada saat liburan tahun 1990. Kita punya rencana ke Gunung Kerinci yang bisa ikut dari SMA 68 itu ada 6 orang. Jadi saya, Agus Senato, Sahut Batara, lalu ada Yudha Sentika, Hardi dan Tio," kata Febby dalam Podcast Elpala, Rabu (9/12).

Setelah melakukan persiapan perjalanan menuju Gunung Kerinci. Semua prosedur yang dijalankan dilakukan dalam pendakian tersebut. Jalur pendakian diputuskan melalui Kersik Tuo.  

"Kita melakukan pendakian hari kedua, kita melakukan kemah di basecamp terakhir. Kita sempat menunggu satu malam lagi. Kondisinya tidak kita harapkan," tuturnya. 

Namun perjalanan mereka harus menghadapi cuaca buruk. Meski diselimuti perasaan khawatir yang tak bisa terpungkiri. Ternyata Yudha lebih awal summit bersama dua temannya. 

"Sudah nanggung naik jadi kita terus berjalan. Cuaca makin buruk saat kita akan tiba di puncak. Itu memang yang tiba duluan Yudha, Agus, saya disusul teman-teman lain," jelasnya. 

Hal yang mengejutkan terjadi, bahwa Yudha tidak dapat ditemukan hingga saat ini. Sebelumnya meraka sempat mengabadikan momen tersebut. 

"Kita sempat foto satu kali. Foto yang kedua diambil oleh Yudha. Lalu, dia teriak karena dingin sambil melempar ransel yang dia pegang," ungkap Febby. 

Dalam pendakian itu dipimpin seorang bernama Agus dari klub pencinta alam SMA 68 Jakarta. Rombongan tersebut kembali harus menghadapi ancaman cuaca buruk.

"Jadi yang lain prepare, Yudha lari. Agus menyusul. Tapi pandangan sudah sangat buruk jarak 1-2 meter susah melihat orang," bebernya. 

Bahkan Agus paling bisa disebut cukup dekat dengan Yudha. Mereka juga kehilangan jalan turun ke basecamp. Beruntungnya mereka menemukan tanda botol air mineral yang diikat sehingga memuluskan perjalanannya. 

"Ternyata Agus mentok, engga tahu jalannya bener atau salah. Kita kasih teriakan (kode) tidak ada jawaban. Pada saat itu, kita bingung mau ke mana. Ternyata jalur yang kita ikutin itu salah. Terlalu terjal bukan jalur waktu naik," ceritanya.  

Maka mereka bermusyawarah untuk sepakat melihat jalurnya terlebih dahulu. Beruntung Febby dan teman lainnya menemukan jalur yang dilewatinya tersebut. 

"Kita panik. Jatuh ke jurang lahar (kering) beberapa kali. Rekan kita Sahut sempat jatuh beberapa kali," tuturnya. 

Mereka masih berjarap ketika tiba di basecamp Yudha datang lebih awal. Namun di tempat tersebut tidak menemukan siapapun. "Kita turun masih berharap Yudha ada di basecamp. Sampai di basecamp ternyata kosong," ungkapnya. 

Febby kemudian mencari bantuan untuk menemukan keberadaan temannya tersebut. Selain itu, dia langsung menyampaikan kabar tersebut kepada petinggi Elpala. 

"Pagi jam 05.00 turun melapor ke bawah. setelah melapor kepala suku. terus melapor ke Jakarta menghubungi mas Yoga (salah satu pendiri Elpala)," tandasnya. 

Komentar