Beredar Video Aliran Lahar Dingin Semeru, Ini Penjelasan TNBTS
ASKARA - Beredar video yang menunjukkan aliran lahar dingin hingga memutus akses jalan beraspal di media sosial Twitter. Kabarnya aktivitas lahar dingin itu terjadi akibat letusan Gunung Semeru.
Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas pada Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Sarif Hidayat menyatakan, gambar di dalam video itu bukan di kawasan Gunung Semeru.
Faktanya video itu hoaks dan tidak sesuai dengan narasi yang dibangun. Pasalnya aliran lahar dingin yang memutus jalan itu diduga kejadian di luar negeri.
"Informasi pastinya sih tidak tahu di mana. Sepertinya di luar negeri itu. Dilihat dari tiang listrik dan mobil-mobilnya sepertinya bukan di Indonesia. Tapi, saya tidak tahu pasti lokasinya," kata Sarif saat dikonfirmasi, Jumat (4/12).
Kabid Penanggulangan Bencana dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang, Wawan Hadi menyampaikan hal yang sama. Bahwa video tersebut bukan terjadi akibat erupsi Gunung Semeru.
"Itu hoaks," kata Wawan, melalui pesan singkat. Hadi mengatakan, aliran lahar dingin sisa material letusan Gunung Semeru memang terjadi pada Kamis (3/12). Namun, tidak seperti dalam video itu.
Lahar dingin tersebut terjadi karena intensitas hujan yang lebat di kawasan Gunung Semeru. Meski hujannya tak berlangsung lama.
"Kemarin muncul (aliran lahar dingin). Kemarin lahar dingin karena sisa material yang ada di Curah Kobokan kan banyak. Sehingga itu meleleh dan mengakibatkan terjadinya lahar dingin," jelas Hadi.
Sedangkan untuk saat ini tidak ada arus lahar dingin karena intensitas hujan yang turun tidak deras. "Sekarang tidak, karena hujannya enggak deras," imbuhnya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang melaporkan sebanyak 550 warga mengungsi setelah Gunung api Semeru mengeluarkan awan panas guguran.
Gunung yang berada di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, mengeluarkan awan panas guguran pada Selasa (1/12/) pukul 01.23 WIB dini hari.
Berdasarkan data sementara pada Selasa (1/12), pukul 09.00 WIB, pengungsian tersebar di dua titik, yaitu di pos pantau sebanyak 300 jiwa, sedangkan sisanya di Desa Supiturang.
Komentar