Kamis, 25 April 2024 | 06:53
NEWS

Layanan Teman Bus Diyakini Tekan Kemacetan dan Polusi Udara

Layanan Teman Bus Diyakini Tekan Kemacetan dan Polusi Udara
(Dok. Kemenhub)

ASKARA - Kementerian Perhubungan kembali melakukan sosialisasi Teman Bus, sebuah layanan angkutan perkotaan berbasis aplikasi.

Sejak diluncurkan pada Juni 2020, Teman Bus sudah menjalankan program Buy The Service (BTS) di lima kota yaitu Palembang, Solo, Bali, Yogyakarta, dan Medan. 

Kemenhub menargetkan program ini akan hadir di 10 kota dengan tambahan Makasar, Banjarmasin, Bandung, Surabaya, dan Banyumas sampai tahun 2021.

Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi menyampaikan terima kasih atas respons masyarakat terhadap Teman Bus. Pihaknya juga telah menyiapkan ratusan armada bus.

"Hingga saat ini Teman Bus telah mencapai lebih dari satu juta perjalanan pelanggan. Dan kami telah menyiapkan 356 armada bus yang akan melayani perjalanan penumpang," ujarnya dalam diskusi virtual yang digelar Kemenhub, Jumat (4/12).

Poetoet Soedarjanto, perwakilan Komunitas Bike to Work Indonesia berharap kehadiran program tersebut membantu pengguna sepeda mendapat transportasi. 

"Kami berharap hadirnya Teman Bus dapat memudahkan serta memfasilitasi pengguna sepeda untuk mendapatkan transportasi umum yang aman dan nyaman," katanya. 

Pada masa pandemi Covid-19 Teman Bus juga menerapkan protokol kesehatan yaitu mewajibkan penumpang memakai masker, social distancing, menjaga kapasitas 50 persen dan penyediaan hand sanitizer.

Artis Luna Maya membagikan pengalamannya menggunakan layanan Teman Bus ketika sedang berada di Bali. Ternyata sangat membantunya dalam melakukan aktivitas. 

"Saya tidak khawatir naik bus di masa pandemi Covid-19 karena Teman Bus sudah menerapkan protokol kesehatan sehingga saya merasa jauh lebih aman," ujar Luna Maya. 

Adapun, kehadiran Teman Bus di kota-kota besar diharapkan mampu menurunkan tingkat kemacetan dan juga polusi udara. 

"Saya optimis dengan hadirnya moda transportasi seperti ini diharapkan lebih banyak penumpang yang beralih ke moda transportasi publik yang saat ini masih gratis," jelas Budi Setiyadi.  

Komentar