Minggu, 05 Mei 2024 | 21:53
NEWS

Tidak Ada Pasukan Khusus di BIN

Tidak Ada Pasukan Khusus di BIN
Ilustrasi. (Antara)

ASKARA - Inagurasi Statuta Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) dan Peresmian Patung Bung Karno atas inisiasi STIN digelar bersamaan dengan Dies Natalis STIN 2020.

Acara tersebut juga dirangkai dengan penutupan Pendidikan Intelijen Khusus (Dikintelsus) dengan kode sandi Pasukan Khusus Rajawali.

Demikian dijelaskan Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto kepada media, Selasa (15/9).

"Ini bukan pasukan (unit) tersendiri namun kepelatihan intelijen khusus yang diberikan kepada personel BIN yang bertugas di lapangan bersama TNI, Polri agar memahami tentang tugas dan dinamika di lapangan, antara lain intelijen tempur, taktik dan teknik intelijen di medan hutan/perkotaan dan lain-lain serta peningkatan kapabilitas sumber daya manusia," paparnya.
 
Wawan mengatakan, pelatihan dilaksanakan antara lain berdasarkan evaluasi terhadap hasil operasi satgas di wilayah konflik, di mana personel BIN di Papua ada yang gugur dan terluka.

"Kalau mengaitkan ini dengan Schutz Staffel Nazi Jerman dan lain-lain rasanya terlalu jauh," ujarnya.

Penutupan Dikintelsus selalu diwarnai dengan atraksi ketrampilan baik bela diri, IT, bahan peledak atau keterampilan senjata serta simulasi penumpasan ATHG lainnya. Pendidikan yang diberikan bertujuan mengasah kemampuan dalam mengatasi tugas khusus yang berat dan medan sulit. Setelah selesai pendidikan mereka diterjunkan untuk tugas klandestin di berbagai sasaran yang menjadi titik ATHG. Mereka terjun seorang diri ataupun bekerja dengan tim kecil (satgas).

"Dikintelsus ini bukan dibentuk menjadi sebuah pasukan tetapi akan terjun secara personal/mandiri di wilayah tugas. Jadi ini bukan pasukan tempur, meskipun latihannya adalah latihan parakomando," jelas Wawan.

Menurutnya, diklat seperti itu biasa dilakukan di BIN. Semua ditujukan untuk menciptakan insan intelijen yang tangguh guna melindungi segenap bangsa dan negara serta menjaga keselamatan 267 juta rakyat Indonesia.

"Saya juga mantan rektor STIN yang sekarang disebut gubernur, sehingga paham akan sistem pendidikan yang diterapkan di BIN. Setelah selesai pendidikan mereka kembali ke unit tugas masing-masing sesuai tupoksinya," kata mantan gubernur STIN itu. 

Dia menambahkan, atraksi penutupan pendidikan adalah simulasi hasil pendidikan yang mencerminkan ketangguhan skill, spirit dan stamina. Selain itu juga terbentuk keberanian, wawasan dan personal approach yang baik dan dibarengi kecepatan bertindak jika ada ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG).

"Jadi tidak ada pasukan di BIN. Penamaan Pasukan Khusus Rajawali adalah kode sandi pendidikan yang selalu berubah kodenya di setiap jenis pendidikan," tegas Wawan. 

Komentar