Jumat, 19 April 2024 | 22:22
NEWS

Puan Maharani Permalukan Diri Sendiri, Melenceng dari Sejarah

Puan Maharani Permalukan Diri Sendiri, Melenceng dari Sejarah
Puan Maharani (Geotimes.co.id)

ASKARA - Penyataan Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani saat mengumumkan pasangan Cagub-Cawagub Sumatera Barat dengan berharap masyarakat Minang mendukung negara Pancasila menuai sorotan berbagai pihak.

Pengamat politik, Pangi Syarwi Chaniago menilai, komentar Puan merugikan citranya sendiri, ucapan itu dapat dipastikan membuat orang Minang tersinggung, makin resisten dan makin tak empati. 

Pangi pun menanyakan apa untungnya Puan mengeluarkan pernyataan tendensius semacam ini, apalagi cucu Proklamator itu pejabat negara sekelas Ketua DPR. 

"Peryataan ini sangat-sangat tidak pantas, sama saja mempermalukan dirinya sendiri dan mencoreng marwah DPR," kata Pangi Syarwi Chaniago dalam keterangan yang diterima redaksi, Sabtu (5/9). 

Pangi mengaku tidak habis pikir mengapa Puan sangat berani mengeluarkan statement yang kurang tepat, melenceng dari sejarah. "Kita tidak menyangka beliau mencurigai ke-pancasilais orang minang," ucapnya. 

Menurut Pangi, semestinya sikap politisi berkelas seperti Puan merangkul bukan justru memukul, jika ingin benar-benar mendapatkan simpati dan dukungan.

Banyak spekulasi menyebutkan, Puan sangat tendensius, mendiskreditkan masyarakat Minang tak mendukung negara Pancasila. "Asumsi kita mungkin karena kemarahan PDIP yang tidak sama sekali memperoleh kursi di DPR dari Sumbar," nilainya. 

Bisa juga bentuk ekspresi keputusasaan PDIP karena gagal menyakinkan pemilih Minang, termasuk Presiden Jokowi tidak cukup berhasil mendapatkan insentif elektoral dari pemilih Minang pada pilpres 2019. 

"Sulitnya PDIP menaklukkan Sumatera Barat kemudian dengan enteng menyerang Sumbar agar diharapkan mendukung Negara Pancasila," imbuh Pangi.

Namun, justru langkah ini kontra produktif dengan tujuan politik yang ingin diraih oleh PDIP, jika ingin dapat dukungan, meraih simpati, bukan malah mencari-cari masalah yang malah orang antipati.

"Beliau mungkin lupa atau pura-pura lupa yang namanya Muhammad Yamin, Sutan Syahrir, Tan Malaka, Agus Salim, Muhammad Hatta dan lain lain, masih banyak lagi," pungkasnya.

Komentar