Senin, 16 Juni 2025 | 07:56
NEWS

Puan Maharani Serukan Kebangkitan Peradaban Islam: Kita Punya Modal Menjadi Kekuatan Dunia

Puan Maharani Serukan Kebangkitan Peradaban Islam: Kita Punya Modal Menjadi Kekuatan Dunia
Ketua DPR RI, Puan Maharani, memimpin sidang Komite Umum ke-26 dalam Konferensi ke-19 Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC)

ASKARA – Ketua DPR RI, Puan Maharani, memimpin sidang Komite Umum ke-26 dalam Konferensi ke-19 Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) yang berlangsung di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/5). .

Dalam pidatonya, Puan menegaskan bahwa Islam memiliki modal kuat untuk kembali menjadi kekuatan utama dalam tatanan dunia modern. Mengutip sejarah kejayaan peradaban Islam yang pernah memimpin dunia setelah Persia, Yunani, dan Romawi, Puan menyatakan bahwa saat ini umat Islam memiliki potensi besar untuk mengulang kejayaan tersebut.

"Peradaban Islam pernah mencapai masa kejayaan dan keemasan yang melahirkan filsuf, ilmuwan, insinyur, yang berkontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan dunia," ujar Puan dalam sidang yang dihadiri oleh delegasi dari 37 negara anggota OKI. 

Ia menyoroti bagaimana ulama Islam pada abad ke-10 hingga awal abad ke-20 mengadopsi dan mengembangkan ilmu pengetahuan dari peradaban sebelumnya, seperti astronomi dan kedokteran, dengan pendekatan epistemologi Islam.

"Idealnya, kita dapat menjadi elemen kekuatan baru dari tatanan dunia. Pada satu titik, Islam memiliki modal untuk menjadi kekuatan baru dunia. Kita adalah kekuatan peradaban yang menekankan persatuan umat," ujar Puan.

Ia juga menyoroti pentingnya mengatasi cengkeram kepentingan politik global dan memperkuat soliditas antarnegara anggota OKI. "Banyak negara, termasuk yang menjunjung tinggi demokrasi, ternyata gagal menerapkan koeksistensi, menghargai keragaman, dan masih saja terjebak dalam kubangan rasialisme dan egosentrisme. Superioritas golongan tertentu dijadikan dasar untuk menginjak-injak kelompok lain, terutama yang lebih sedikit," tambahnya.

Konferensi PUIC ke-19 ini juga bertepatan dengan peringatan 25 tahun berdirinya organisasi tersebut, menandai momen penting bagi negara-negara anggota untuk memperkuat kerja sama dan solidaritas dalam membangun masa depan dunia Islam yang lebih damai dan berkeadilan.

Puan mengajak seluruh delegasi untuk memperkuat kolaborasi dan solidaritas dalam menghadapi tantangan global serta mewujudkan perdamaian dan keharmonisan antarbangsa.

"Kini seiring dengan perayaan ke-25 dari PUIC (silver jubilee), sudah saatnya bagi kita untuk menata kembali bagaimana sebuah organisasi parlemen dan antarparlemen berjalan," imbuh Puan.

Dengan semangat kebangkitan peradaban Islam, Puan Maharani menyerukan kepada seluruh negara anggota OKI untuk bersatu dan berperan aktif dalam menciptakan tatanan dunia yang lebih adil dan harmonis.

Islam Pernah Jadi Pusat Ilmu dan Teknologi

Sejarah mencatat, bahwa di masa lalu, Islam menjadi rujukan utama bagi perkembangan sains dan teknologi dunia. Astronomi Islam telah menyimpulkan adanya planet lain dan bahwa bumi hanyalah bagian kecil dari galaksi besar.

Ilmu kedokteran Islam, dengan tokoh seperti Ibnu Sina, telah merancang anatomi tubuh manusia yang akurat dalam Kitab Syifa. Arsitektur Islam merupakan perpaduan Romawi, Persia, dan Yunani, serta pengembangan bahasa Arab yang mengadopsi istilah dari berbagai peradaban.

Namun, kejayaan ini mulai redup sejak jatuhnya Kekhalifahan Utsmani pada abad ke-20, menyebabkan Islam tidak lagi terkonsentrasi dalam satu kekuatan politik dan terpecah dalam kepentingan nasional masing-masing negara.

Dalam kesempatan itu, Puan menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi dunia Islam, baik dalam skala domestik maupun internasional. Negara-negara Islam masih terjebak dalam kepentingan politik global yang sering kali melemahkan soliditas umat. Banyak negara yang menjunjung tinggi demokrasi ternyata gagal dalam menghargai keberagaman, masih terjebak dalam rasialisme dan egosentrisme.

Puan juga menyoroti bahwa umat Muslim kini mencapai dua miliar jiwa, mendominasi hampir 25 persen populasi global. Namun, ia mengingatkan bahwa jumlah besar tersebut harus diiringi dengan persatuan dan kolaborasi antarnegara Muslim untuk menghadapi tantangan global.

Negara Muslim harus menjawab tuntutan publik, terkait pelayanan yang transparan, adil, dan akuntabel. "Di level domestik, kita perlu memastikan bahwa negara Muslim mampu menyediakan pemerintahan yang baik dan sistem yang transparan," tegas Puan.

Komentar