Sabtu, 20 April 2024 | 10:54
NEWS

Kentalnya Kesedihan di Raut Wajah Jokowi Menguatkan Reshuffle

Kentalnya Kesedihan di Raut Wajah Jokowi Menguatkan Reshuffle
Presiden Joko Widodo. (Detik)

ASKARA - Kegundahan Presiden Joko Widodo yang menekankan para menterinya bekerja keras dalam menanggulangi Covid-19 pada rapat kabinet 18 Juni lalu dinilai tidak biasa. 

Pakar Bahasa Tubuh dan Mikro Ekspresi Monica Kumalasari mengatakan, saat pidato dalam rapat kabinet, Jokowi cenderung tidak menggunakan teks. Pidato tanpa teks dinilai Monica baik dari bahasa tubuh, suara maupun ekspresi bahwa Jokowi telah mengungkapkan secara spontan. 

"Sehingga menjadi suatu yang spontan. Karena merupakan suatu yang spontan ini merupakan genuine yang bisa kita baca," ujarnya saat dihubungi Askara, Senin (29/6). 

Menurut Monica, untuk dapat mengartikan bahasa seseorang bisa melalui beberapa hal yakni ekspresi wajah. Sebab ekspresi wajah menjadi yang paling bisa diamati dan bersifat universal atau tidak memandang ras maupun latar belakang lainnya. 

Kedua adalah bahasa tubuh (body languange), ketiga dari suara (voice), keempat dari gaya berbicara (verbal style), kelima konten pembicaraan (verbal content). Jika dirinci satu persatu dari pesan yang disampaikan Jokowi, ekspresi yang sangat terlihat adalah kemarahan yang timbul sejak awal berpidato.

"Kemarahannya itu pada saat di awal bilang 'ini sudah tiga bulan', nah itu kelihatan ada di area bibir walaupun dia berusaha untuk menekan ini. Dan kemarahan juga terlihat pada saat beliau mengatakan 'tidak ada progres yang signifikan', terus juga pada saat beliau mengatakan 'saya merelakan reputasi politik saya', itu beliau ucapkan dengan marah," papar Monica. 

Ekspresi lain yang terbaca adalah di samping marah saat Jokowi mengatakan 'kita harus punya perasaan yang sama'. Menurut Monica, frasa tersebut sudah terulang empat kali selama berpidato.

"Artinya adalah 'kok lu gak pada punya empati sih', gitu ya. Nah ini pun beliau ngomongnya ada ekspresi yang disebut dengan konten. Konten itu seperti merendahkan orang yang ada di dekat dia, ekspresinya itu keluar seperti 'elu gini aja kok gak bisa sih', nah itu konten," tuturnya. 

"Dia mengatakan bahwa 'kenapa sih kok kita enggak punya perasaan yang sama' itu diulang-ulang, ada empat kali. Kemudian dia juga ekspresinya menunjang kenapa sih ini gak punya empati, judulnya kan gitu," lanjut Monica.

Selain itu, dari ekspresi wajah juga terlihat air mata dan kesedihan. 

"Kalau sadness dari awal sampai akhir bahwa beliau sedih banget dengan kondisi ini, kelihatannya dari mana, dari alisnya yang ngangkat terus berkerut kemudian juga dari bibirnya. Bibirnya turun dua-duanya, air mata juga muncul. Jadi sepanjang ngomong itu menyatakan kesedihannya, sedih sambil marah," beber Monica.

Kemudian dari sisi bahasa tubuh yakni saat Jokowi berbicara tanpa teks sehingga apa yang disampaikannya spontan. Bahasa tubuh yang disebut dengan ilustrator contohnya dengan menunjuk-nunjuk, dan Jokowi juga menyampaikan ideograf dan ketegasannya. 

"Beberapa kali ia memukul podium, tangannya juga bergetar. Dan ketiga dari suara saya melihat dia kadang-kadang shocker dan lower, ini adalah ekspresi yang tentu sadness dan kondisi yang unsure (ragu-ragu), menterinya bisa gak sih dengan kondisi ini, suaranya juga naik. Nah ini tanda kemarahan," papar Monica. 

Adapun dari verbal style, kata yang sering keluar dari Jokowi adalah 'krisis' serta penyebutan 267 juta rakyat 'kita harus bertanggung jawab kepada 267 juta rakyat' dan kata-kata 'biasa-biasa saja' serta 'extraordinary'. 

"Kata tersebut yang sering sekali muncul. Kata ini merupakan penekanan beliau dalam pembicaraannya, sama kalau frase yang muncul adalah 'perasaan ini tolong sama, jangan gue aja yang ngerasain kondisi ini krisis', karena kata krisis juga banyak," jelas Monica.

Adapun, dari sisi konten secara keseluruhan, Monica mengatakan bahwa Jokowi akhirnya menyampaikan kata reshuffle dan membubarkan lembaga.

"Jadi konten yang disampaikan adalah 'ini sudah ada reshuffle', 'ini sudah mau ada lembaga yang dibubarkan'. Nah kalau kita lihat departemen yang disebut adalah kesehatan dan ekonomi," katanya. 

Sedangkan jeda waktu dari penayangan di Youtube Sekretariat Kabinet, di mana pidato Jokowi dilakukan pada 18 Juni dan ditayangkan 27 Juni juga menjadi makna tersendiri. Di mana, melambangkan adanya sebuah rencana tersusun yang dilakukan oleh Jokowi.

"Artinya ini ada proses, di mana tadinya masih ditutup namun 10 hari kemudian baru keluar. Ini mau bikin apa pakde, jadi memang sepertinya memang ada proses yang tidak langsung, mungkin di tanggal 18 Juni beliau sudah terpikirkan (sebuah rencana). Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di suatu hari nanti," ujar Monica.

"Mungkin sudah mendekati keputusan-keputusan baru yang akan dikeluarkan oleh pak presiden. Intinya dari keseluruhannya reshuffle dan membubarkan (lembaga)," tandasnya.

Komentar