Jumat, 17 Mei 2024 | 18:37
OPINI

Belajar Ketahanan Pangan dari Yusuf Alaihissalam

Belajar Ketahanan Pangan dari Yusuf Alaihissalam
Ilustrasi. (Hidayatullah)

ASKARA - Dengan mewabahnya penyakit virus corona atau Covid-19 yang muncul pada tahun 2019 membuat heboh dan panik. Kehidupan masyarakat berubah secara drastis dan total. Perubahan secara total ini memang sangat mengejutkan bagi seluruh masyarakat dunia dan rakyat Indonesia baik yang berada di daerah perkotaan maupun pedesaan.

Musibah ini membuat kecemasan dan kepanikan yang sangat berlebihan bagi masyarakat Indonesia. Banyak sumber berita yang terus menerus berseliweran dari media massa, media sosial, berita online di grup-grup whatsapp (WA), Facebook serta Twitter.

Ditambah lagi dengan kebijakan pemerintah yang lambat dan belum jelas terhadap warganya sehingga menimbulkan berbagai permasalahan yang melanda negeri ini. Dan akhir-akhir ini ada istilah baru yaitu lockdown atau karantina wilayah. Artinya bentuk aktivitas ataupun kegiatan masyarakat yang bersifat mengundang banyak orang ditutup. Termasuk aktivitas bekerja, beribadah, kumpul-kumpul nongkrong dan beragam kegiatan lainnya.

Pemerintah Indonesia dinilai masih gagap dalam menerapkan langkah kebijakan lockdown. Pemerintah seolah tidak ada persiapan yang matang dan terencana menghadapi musibah Covid-19 ini. Kita bisa melihat India sebagai negara yang dinilai gagal dalam kebijakan penerapan lockdown ini, seluruh warganya diwajibkan untuk menetap tinggal di rumah saja sedangkan kebutuhan sehari-hari mereka tidak mampu disediakan oleh negara.

Akibatnya banyak masyarakat miskin (kaum mustadafin) yang tidak memiliki stok bahan makanan tidak tahan dan kelaparan dengan adanya kebijakan tersebut. Sehingga kerusuhan pun pecah tak terkendali dikarenakan hilangnya penghasilan dan mengakibatkan kelaparan massal di beberapa tempat di India.

Salah satu hal paling penting penerapan karantina atau lockdown adalah yang berkaitan langsung dengan kebutuhan dan kelangsungan hidup manusia. Yaitu bahan-bahan pokok pangan, bukan sandang, papan atau kebutuhan sekunder dan tersier.

Berkaitan dengan ketersediaan bahan pangan tersebut, kita bisa mengingat kembali ke belakang tentang sejarah kisah Nabi Yusuf As. Yaitu tentang suatu mukjizat beliau yang mampu mentakwil mimpi dengan benar dan tepat. Pada suatu ketika beliau dipanggil ke Istana oleh sang raja Mesir pada waktu itu untuk manafsirkan mimpi sang raja tersebut.

Sebagaimana diceritakan dalam Al Qur'an yang artinya:

وَقَالَ ٱلْمَلِكُ إِنِّىٓ أَرَىٰ سَبْعَ بَقَرَٰتٍ سِمَانٍ يَأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَسَبْعَ سُنۢبُلَٰتٍ خُضْرٍ وَأُخَرَ يَابِسَٰتٍ ۖ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمَلَأُ أَفْتُونِى فِى رُءْيَٰىَ إِن كُنتُمْ لِلرُّءْيَا تَعْبُرُونَ

Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): "Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering." Hai orang-orang yang terkemuka: "Terangkanlah kepadaku tentang ta'bir mimpiku itu jika kamu dapat mena'birkan mimpi." (QS Yusuf: 43)

وَكَذَٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِى ٱلْأَرْضِ يَتَبَوَّأُ مِنْهَا حَيْثُ يَشَآءُ ۚ نُصِيبُ بِرَحْمَتِنَا مَن نَّشَآءُ ۖ وَلَا نُضِيعُ أَجْرَ ٱلْمُحْسِنِينَ

"Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik." (QS Yusuf: 56)

Pada mimpi tersebut sang raja melihat tujuh sapi yang gemuk dimakan oleh tujuh sapi yang kurus dan ada tujuh tangkai gandum yang hijau dan yang lainnya kering. Oleh Nabi Yusuf mimpi tersebut ditakwil bahwa akan datang masa di mana tanah negeri mereka akan mengalami masa subur selama tujuh tahun dan kemudian masa paceklik selama tujuh tahun berikutnya.

Nabi Yusuf saat itu memberikan ide gagasan atau saran konstrukif dan solutif agar memanfaatkan masa tujuh tahun pertama untuk bercocok tanam (bertani) dan tidak menghabiskan semua bahan pangan yang dipanen untuk disimpan sebagai cadangan tujuh tahun berikutnya.

Dari kemampuan analisis Nabi Yusuf tersebutlah sang raja kemudian merasa tertarik dan menawarinya jabatan penting di pemerintahan. Sang Nabi pun meminta untuk dijadikan bendaharawan negeri dan diserahi tugas oleh raja untuk mempersiapkan, menghimpun, dan mengatur persediaan bahan pangan. Tugas tersebut dapat dilaksanakan oleh Nabi Yusuf dengan baik benar.

Selama masa periode tujuh tahun yang subur dan makmur itu dimanfaatkan dengan maksimal dan optimal, sehingga menghasilkan hasil panen gandum yang melimpah ruah. Dari hasil tersebut diatur sedemikian rupa sehingga bisa mencukupi kebutuhan masyarakat untuk memenuhi konsumsi rakyat Mesir selama tujuh tahun ke depannya.

Peristiwa bersejarah tersebut mengajarkan kita akan pentingnya suatu agenda ketahanan pangan nasional. Strategi dan pola ketahanan pangan yang diterapkan oleh Nabi Yusuf memang diawali oleh keahlian beliau dalam menafsirkan mimpi-mimpi sang raja, yang di mana hal tersebut tidak dimiliki oleh sembarang orang pada masa kini. Akan tetapi pada zaman sekarang kita sudah mempunyai ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih.

Adanya ilmu pengetahuan bisa diketahui waktu-waktu yang tepat dan cepat untuk bercocok tanam, bertani. Dengan adanya kecanggihan teknologi kita bisa menyuburkan tanah dengan cepat dan tepat. Dari tanah kering kerontang dan tandus bisa menjadi lahan pertanian yang basah, subur dan produktif.

Semua benih biji tanaman juga bisa direkayasa menjadi benih yang unggul sehingga bisa mendapatkan hasil panen yang maksimal dan optimal. Sehingga kemudian bagaimana mengatur ketersediaan dan persediaan pangan yang dihasilkan oleh masyarakat dan negara, sehingga bisa mencukupi kebutuhan rakyat untuk waktu yang sangat lama ke depannya.

Walaupun situasi zaman dan kondisi sudah berbeda dimana aktivitas kegiatan perekonomian saat ini lebih rumit dan sulit dibandingkan pada masa lalu akan tetapi pada prinsipnya tetaplah sama yakni bagaimana caranya mencukupi kebutuhan konsumsi makan rakyat Indonesia agar tidak terjadi kelaparan.

Jika kita ingin menyamakan dengan istilah lockdown, maka pada zaman Nabi Yusuf lockdown yang diterapkan adalah selama tujuh tahun, sungguh tidak bisa dibayangkan jika hal tersebut terjadi pada masa sekarang. Kebijakan karantina wilayah saja sudah membuat sebagian masyarakat miskin dan menderita kelaparan, terutama yang bekerja dengan penghasilan harian yang tidak tetap seperti sopir ojek tradisional dan online (ojol), pedagang asongan, tukang becak, pembantu rumah tangga, parkir, satpam dan buruh harian lepas, serta pekerja serabutan dan lainnya.

Dengan tidak adanya stok bahan sembako makanan mengharuskan mereka untuk tetap keluar rumah dan bekerja walaupun hasil yang didapat sangatlah kecil dan tidak mudah untuk mendapatkannya. Menurut data dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) bahwa indeks ketahanan pangan Indonesia dinilai masih rendah walaupun sudah menunjukkan peningkatan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Karena rendahnya tingkat ketahanan pangan tersebut menyebabkan Indonesia secara keseluruhan tidak siap jika dilakukan kebijakan lockdown total. Mungkin masyarakat yang berada di wilayah pedesaan bisa menerapkan hal tersebut karena memang masih banyak tanah pertanian yang bisa menghasilkan bahan pangannya sendiri. Akan tetapi bagi masyarakat perkotaan yang berpenghasilan rendah akan sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sangat penting mempersiapkan ketahanan pangan nasional sehingga kita semua tidak perlu cemas dan repot jika menghadapi situasi dan konsisi yang tidak terduga seperti menghadapi wabah virus corona ini. Dengan adanya tersedianya ketahanan pangan nasional akan memudahkan pemerintah untuk memasok kebutuhan masyarakat yang terdampak dari adanya lockdown ataupun karantina wilayah.

Oleh karena itu, kita meski belajar sejarah dari kisah kebijakan ketahanan pangan yang dilaksanakan oleh Nabi Yusuf As di negeri Mesir. Yang mampu bertahan selama tujuh tahun pada masa kesulitan paceklik sehingga tidak ada rakyatnya yang mati tertindas kelaparan. Semoga negara ini bisa segera bangkit dan pulih kembali dari penyakit pandemi virus corona ini, serta kita semua bisa menjalankan aktivitas kegiatan seperti biasanya. 

M. Asep Rahmatullah
(Penulis adalah dosen FAI UNIS Tangerang dan Aktivis ICMI Banten) 

Komentar