Kamis, 23 Mei 2024 | 15:10
NEWS

Kejar Target, Giant Discovery Harus Segera Ditemukan

Kejar Target, Giant Discovery Harus Segera Ditemukan
Blok migas Rokan di Riau (Istimewa/Tribunnews)

ASKARA - Tanpa temuan besar (giant discovery) blok minyak baru, pemerintah diperkirakan sulit memenuhi target produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) di tahun 2025. 

Sebab tren produksi minyak dari sumur yang ada sekarang terus turun meskipun target produksi sudah dikurangi.

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto meminta pemerintah bekerja sama ekstra keras untuk mencari giant discovery blok baru yang sekiranya dapat dieksplorasi. Hal ini penting yang harus segera dilaksanakan untuk mengantisipasi krisis minyak dalam negeri.

"Kalau melihat kinerja KKKS Migas yang ada sekarang, saya pesimistis target 1 juta bph bisa tercapai. Itu target yang cukup besar. Tidak bisa dicapai dengan cara business as usual katanya kepada media, Kamis (6/2).

Mulyanto mengingatkan bahwa mulai Agustus 2021 akan dilakukan serah terima pengelolaan eksplorasi Blok Rokan dari Chevron Pasific Indonesia ke Pertamina. Blok Rokan adalah kawasan eksplorasi minyak terbesar kedua setelah Blok Cepu.

Berdasarkan pengalaman, pengelolaan blok lama terminasi yang diserahkelolakan kepada Pertamina tidak memperlihatkan kinerja menggembirakan. Selain karena secara alamiah cadangan minyak yang ada dalam sumur-sumur tua tersebut terus menurun, pengalaman Pertamina juga tidak terlalu memadai dalam mengelola sumur terminasi. Sehingga wajar jika tingkat produktifitas kilang lama terus turun.

Sampai saat ini saja Pertamina belum dapat melakukan pengeboran di Blok Rokan, padahal masa transisi pengelolaannya segera berakhir. Maka, di Blok Rokan saja terdapat pesimistis lifting minyak bisa dipertahankan.

"Karenanya secara nasional harus ada gebrakan serius dan strategi-strategi khusus pemerintah di sisi eksplorasi migas ini untuk mendapatkan giant discovery. Sebab eksplorasi temuan raksasa ini perlu biaya besar dengan risiko yang juga besar. Bila tidak, target 1 juta bph di tahun 2025 hanya sekadar pemberi harapan palsu," jelas Mulyanto. 

Komentar