Kamis, 17 Juli 2025 | 04:06
NEWS

PeTA Aceh Ultimatum Jakarta: "Kalau Begitu, Merdekakan Saja Aceh!"

PeTA Aceh Ultimatum Jakarta:
Salah satu pulau cantik di Aceh (Dok Freepik)

ASKARA – Ancaman kemerdekaan kembali menggema dari Tanah Rencong. Perseteruan batas wilayah antara Aceh dan Sumatera Utara kembali membara, kali ini dipicu klaim kepemilikan atas empat pulau di wilayah perairan perbatasan. Ketua Pembela Tanah Air (PeTA) Aceh, Teuku Sukandi, melontarkan ultimatum keras kepada pemerintah pusat: “Kalau begitu, merdekakan saja Aceh!”

Pernyataan Sukandi muncul sebagai respons terhadap apa yang ia sebut sebagai pengabaian pemerintah pusat terhadap sejarah dan hak-hak rakyat Aceh. Ia menuding Jakarta tidak serius menyikapi klaim wilayah Aceh atas empat pulau yang kini secara administratif dimasukkan ke dalam wilayah Sumatera Utara.

“Seolah NKRI sudah buta dan tuli terhadap penderitaan kami. Empat pulau yang secara historis dan geografis milik Aceh, kini dirampas begitu saja,” tegas Sukandi dalam konferensi pers di Banda Aceh, Selasa (10/6/2025).

Sukandi menyatakan bahwa klaim Aceh bukan tanpa dasar. Ia merujuk pada peta kolonial Belanda tahun 1853 yang digambar kartografer Jerman, Hermann Von Rosenberg. Dalam peta tersebut, keempat pulau jelas masuk wilayah Singkil, Aceh.

“Dokumen sejarah tidak bisa dipalsukan. Tapi pemerintah malah lebih percaya peta digital modern yang mengabaikan konteks sejarah. Ini penghinaan,” ujar Sukandi.

Lebih jauh, ia mengecam diamnya pemerintah pusat terhadap aspirasi rakyat Aceh. Ia menuding ada peran oknum asal Aceh di Kementerian Dalam Negeri yang justru membela Sumut. “Mereka seperti Panglima Tibang, mengkhianati bangsanya sendiri demi kenyamanan jabatan,” katanya.

Puncak pernyataan Sukandi pun mengejutkan banyak pihak. Ia menyatakan bahwa bila klaim Aceh atas keempat pulau itu terus diabaikan, maka solusi terakhir adalah Aceh berdiri sendiri.

“Kalau empat pulau itu tetap dirampas, maka syarat kami cuma satu—jadikan Aceh negara merdeka!” serunya lantang.

Sukandi mengingatkan bahwa Aceh bukan beban republik. “Sejak proklamasi, Aceh berdiri dengan kehormatan sendiri. Kami bantu republik ini di masa sulit. Tapi kalau dibalas dengan pengabaian, maka kami siap berjalan sendiri,” tutupnya.

 

Komentar