Dari Liguria ke Roma
Marmer Leluhur Sambut Peristirahatan Paus Fransiskus

ASKARA – Prosesi pemakaman Paus Fransiskus dijadwalkan berlangsung pada Sabtu (26/4), dimulai pukul 10.00 waktu setempat (15.00 WIB) di Basilika Santo Petrus, Vatikan. Misa pemakaman akan dipimpin oleh Kardinal Giovanni Battista Re, Dekan Dewan Kardinal, dan dihadiri ribuan umat serta tokoh lintas agama dari seluruh dunia.
Setelah upacara di Vatikan, jenazah Paus Fransiskus akan dibawa ke Basilika Santa Maria Maggiore — tempat yang ia pilih sendiri sebagai lokasi peristirahatan terakhir. Keputusan ini menandai penyimpangan dari tradisi pemakaman paus modern yang umumnya dimakamkan di bawah Basilika Santo Petrus.
Sebuah makam dari batu marmer Liguria telah disiapkan di ceruk bagian tengah basilika, di antara Kapel Salus Populi Romani dan Cappella Sforza. Liguria, wilayah di barat laut Italia, adalah kampung halaman kakek buyut Paus Fransiskus, Vincenzo Sivori, yang kemudian bermigrasi ke Argentina.
Makam itu tampak sederhana sesuai wasiat Paus Fransiskus, hanya bertuliskan “FRANCISCUS” — nama kepausannya dalam bahasa Latin — dan dihiasi salib yang menjadi ciri khas yang selalu dikenakan di dadanya. “Ia ingin dimakamkan dengan cara yang mencerminkan nilai-nilai yang ia pegang teguh: kerendahan hati, kesederhanaan, dan kedekatan dengan umat,” ujar salah satu pejabat Vatikan yang tak disebutkan namanya.
Basilika Santa Maria Maggiore memiliki makna spiritual mendalam bagi Paus Fransiskus. Sejak terpilih sebagai Paus pada 2013, ia selalu mengunjungi basilika ini untuk berdoa sebelum dan sesudah kunjungan ke luar negeri, khususnya di depan ikon Salus Populi Romani, simbol perlindungan Maria bagi umat Roma. Bagi Fransiskus, tempat ini bukan sekadar situs sejarah, melainkan “rumah rohani”.
Didirikan pada abad ke-5, tak lama setelah Konsili Efesus yang menetapkan Maria sebagai Theotokos (Bunda Allah), basilika ini dikenal sebagai salah satu dari empat basilika utama di Roma. Pemakaman paus terakhir di basilika ini terjadi lebih dari 350 tahun lalu, ketika Paus Klemens IX wafat pada 1669.
Prosesi Sabtu mendatang akan menjadi momen bersejarah, tak hanya bagi Gereja Katolik, tapi juga bagi dunia yang menyaksikan perpisahan dengan seorang pemimpin spiritual yang mengusung pesan kasih, solidaritas, dan harapan sepanjang masa kepausannya.
Komentar