Kamis, 19 September 2024 | 20:30
COMMUNITY

Penghargaan Pin Emas dari SMSI untuk Prabowo Subianto

Penghargaan Pin Emas dari SMSI untuk Prabowo Subianto
Prabowo Subianto diwakilkan Hashim S Djojohadikusumo terima Penghargaan Pin Emas dari SMSI (Dok SMSI)

ASKARA - Menteri Pertahanan Jenderal TNI (HOR) (Purn) Prabowo Subianto menerima penghargaan berupa pin emas dari Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) atas dedikasinya dalam menjaga demokrasi di Indonesia.

Penghargaan tersebut diserahkan oleh Ketua Umum SMSI, Firdaus, dan diterima oleh Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Sujono Djojohadikusumo, pada Peresmian Forum Masyarakat Indonesia Emas (Formas) di Auditorium RRI, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Sabtu (3/8).

Firdaus, yang juga anggota dewan penasihat Formas, mengungkapkan bahwa SMSI memberikan penghargaan tertinggi ini karena selama menjabat sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto tidak pernah melakukan intimidasi terhadap media.

"Sikap ini dinilai penting dalam mendukung kematangan pers sebagai pilar keempat demokrasi, sehingga proses transformasi demokratisasi di Indonesia dapat berlangsung dengan baik," kata Firdaus saat menyerahkan pin emas kepada Hashim Djojohadikusumo yang merupakan adik bungsu Prabowo Subianto.

Sebagai Menteri Pertahanan yang juga Ketua Dewan Pembina sebuah partai politik, Prabowo dinilai selalu mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok.

Kebijakan dan tindakannya dianggap berkontribusi dalam menjaga persatuan bangsa, sehingga potensi keterbelahan dapat dihindari.

Firdaus juga menambahkan, "Keteladanan Prabowo dalam penegakan demokrasi di Indonesia patut diapresiasi dan dijadikan standar bagi bangsa ini dalam menjaga keutuhan NKRI."

SMSI adalah organisasi perkumpulan perusahaan pers terbesar di dunia dengan lebih dari 2.000 anggota dan telah dicatat di rekor dunia MURI, menjadikan penghargaan ini semakin bermakna sebagai pengakuan atas komitmen Prabowo Subianto dalam mendukung kebebasan pers dan memperkuat demokrasi di Indonesia.

 

 

Komentar