Minggu, 28 April 2024 | 12:47
NEWS

Memprihatinkan, Dugaan Penggelembungan Suara Antar Caleg

Memprihatinkan, Dugaan Penggelembungan Suara Antar Caleg
Jamiluddin Ritonga

ASKARA – Dugaan penggelembungan suara dalam Pileg 2024 mengemuka di berbagai tempat, termasuk tentunya di Kota Surabaya.

Menariknya dugaan penggelembungan suara itu terjadi di internal dan eksternal partai. Caranya ada yang melalui politik uang dan main mata dengan penyelenggara pemilu.

Demikian diungkapkan Pakar Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga kepada para awak media, Jumat (1/3).

Jamiluddin mengatakan, penggelembungan suara di internal partai terjadi manakala ada sesama caleg bersaing ketat sementata kursi yang diperoleh partainya terbatas. 

"Hal yang sama juga terjadi saat caleg antar partai bersaing untuk memperebutkan kursi yang tersedia," kata Dosen Metodologi Penelitian Komunikasi Universitas Esa Unggul, Jakarta ini.

Untuk menggelembungkan suara, lanjut Jamiluddin, ada caleg yang bermain mata dengan penyelenggara mulai di TPS, saat rekapitulasi di kecamatan, hingga rekapitulasi di kota atau kabupaten. 

"Hal itu terkesan bukan lagi rahasia umum. Sebab, sesama caleg pada umumnya sudah mengetahui permainan semacam itu," jelas Jamiluddin.

Menurut Jamiluddin, dugaan main mata dengan penyelenggara itu tentu sangat memprihatinkan. 

"Hal ini mengindikasikan Pileg 2024 jauh dari prinsip jujur dan adil. Sebab, sebagian penyelenggara sudah terkontaminasi dan larut dengan permainan caleg," ujar Dekan Fikom IISIP, Jakarta 1996-1999 ini.

Dengan demikian, kata Jamiluddin, akan sulit nantinya memperoleh wakil rakyat yang benar-benar amanah, sebab sebagian yang terpilih itu hasil dari transaksional.

"Hal itu menjadi tantangan berat bagi KPU dan Bawaslu untuk memastikan caleg yang lolos memang benar-benar murni pilihan rakyat," imbuh Jamiluddin.

Jamiluddin menegaskan, KPU dan Bawaslu harus menyelamatkan kredibilitas institusinya dengan menertibkan stafnya dari pusat hingga kecamatan. 

"Mumpung rekapitulasi di tingkat kota/kabupaten masih berlangsung, sehingga soal penggelembungan suara masih dapat dicegah," tukas Penulis Buku Riset Kehumasan ini.

Hanya dengan cara itu, tambah mantan Sekjen Media Watch ini, para caleg yang lolos memang benar-benar amanah. 

"Para caleg ini diharapkan masih punya hati nurani dan idealisme memperjuangkan aspirasi  yang memilihnya," pungkas Jamiluddin Ritonga.

Komentar