Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:17
NEWS

PDIP Sentil Ambisi Kekuasaan Jokowi dengan Ikut Kampanye Prabowi-Gibran

PDIP Sentil Ambisi Kekuasaan Jokowi dengan Ikut Kampanye Prabowi-Gibran
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto

ASKARA - Pernyataan Presiden Jokowi bahwa Presiden boleh berkampanye dan boleh berpihak telah menciptakan sentimen sangat negatif.

Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, apa yang disampaikan Jokowi akhirnya membuktikan bahwa pasangan Prabowo-Gibran merupakan cermin Jokowi Tiga Periode yang selama ini ditolak oleh PDI Perjuangan bersama seluruh kelompok pro demokrasi, para budayawan, cendekiawan, dan juga kekuatan yang berjuang menjaga konstitusi.

Menurut Hasto, pernyataan Jokowi selain melanggar etika politik, juga melanggar pranatan kehidupan bernegara yang baik.

“Bayangkan saja, Pak Jokowi ini sudah menjabat presiden dua periode, dan konstitusi melarang perpanjangan jabatan. Dengan ketegasan Pak Jokowi untuk ikut kampanye, artinya menjadi manifestasi tidak langsung dari ambisi kekuasaan tiga periode," tandas Hasto pada Kamis (25/1/2024).

Hasto pun menyebut Publik saat ini mempersoalkan kembali berbagai rekayasa hukum yang dilakukan di MK untuk meloloskan Gibran. Hingga akhirnya Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) menyatakan ada pelanggaran kode etik berat dalam proses tersebut.

Karena ambisi 3 periode tersebut, lanjut Hasto, maka rakyat saat ini paham, mengapa Pak Jokowi sampai begitu bersemangat membuntuti kampanye Pak Ganjar Pranowo, khususnya di Jateng, Jatim, Lampung, dan NTT.

"Sebab Ganjar Pranowo itu Presiden rakyat, dekat dengan wong cilik, memiliki program rakyat miskin yang diterima luas, dan menampilkan model kepemimpinan yang menyatu dengan rakyat, ditambah ketegasan Prof Mahfud MD. Itulah yang ditakutkan dari Ganjar-Mahfud, sampai lebih sepertiga pengusaha penyumbang perekonomian nasional pun dikerahkan untuk dukung Paslon 02," jelasnya.

Lebih lanjut Hasto menilai pernyataan Jokowi yang disampaikan di depan Menhan Prabowo, dan Jajaran TNI juga sangat tidak elok.

"TNI adalah kekuatan pertahanan yang seharusnya netral. Namun hal tersebut justru mengungkapkan motif sepertinya ingin melibatkan TNI, setidaknya secara psikologis," ujar Hasto.

“Jadi akhirnya terjawab mengapa banyak intimidasi. Ganjar-Mahfud dikepung dari seluruh lini, meski kami meyakinan kekuatan rakyat tidak bisa dibendung dan akan menjadi perlawanan terhadap kesewenang-wenangan yang terjadi," tuntas Hasto.

Komentar