Kamis, 09 Mei 2024 | 02:56
NEWS

Umumkan Ganjar Sebagai Capres, Jamiluddin Ritonga: PDIP Pilih Sosok Hasil Pencitraan

Umumkan Ganjar Sebagai Capres, Jamiluddin Ritonga: PDIP Pilih Sosok Hasil Pencitraan
Jamiluddin Ritonga:

ASKARA – Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri resmi mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) yang akan diusung pada Pilpres 2024 mendatang.

Pengumuman Megawati itu mengakhiri spekulasi Puan Maharani sebagai capres yang akan diusung PDIP. Hal itu juga mengakhiri persaingan kubu Puan dan kubu Ganjar di internal PDIP.

Demikian disampaikan Pakar Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga kepada para awak media, Jumat (21/4).

Jamiluddin menyatakan, Megawati rupanya tetap memilih capres berdasarkan elektabilitas.  "Padahal selama ini petinggi PDIP kerap menyatakan eletabilitas tidak menjadi faktor utama untuk memutuskan capres dari PDIP," kata Dosen Pasca Sarjana Fikom Universitas Esa Unggul, Jakarta ini.

Bahkan, lanjut Jamiluddin, Sekjen PDIP Hasto kerap menyatakan, partainya tidak akan mengusung calon hanya berdasarkan elektoral dan pencitraan. "Pernyataan itu rupanya tidak terbukti sama sekali," sesal Jamiluddin.

Suka tidak suka, jelas Jamiluddin, Ganjar adalah sosok yang dibesarkan oleh medsos. "Berbekal medsos Ganjar mengumbar pencitraan. Hal itu juga pernah dikritik Puan dan petinggi PDIP lainnya," ungkap Dekan Fikom IISIP, Jakarta 1996-1999 ini.

Jamiluddin menilai, PDIP tidak berbeda dengan partai lain yang menggunakan elektoral sebagai tolok ukur utama sebagai capres. "Elektoral yang diperoleh Ganjar itu juga dominan hasil dari pencitraan, bukan kinerjanya," ujar Jamiluddin.

Menurut Jamiluddin, Ganjar selama dua periode menjabat Gubernur Jawa Tengah belum terdengar prestasinya yang monumental. "Kinerja Ganjar hanya datar saja," beber Penulis Buku Riset Kehumasan ini.

Bahkan, tutur Jamiluddin, belum terdengar prestasinya yang diakui dunia internasional. "Hal ini menguatkan pemilihan Ganjar sebagai cawapres lebih dominan karena elektoral dari hasil pencitraan," tukas Jamiluddin.

Hal itu kiranya, tambah mantan Sekjen Media Watch ini, akan mengulang Pilpres 2014 dan 2019, di mana rakyat harus memilih capres hasil pencitraan. "Karena itu, kalau Ganjar menang sudah terbayang kinerjanya yang tidak akan jauh beda dengan pemimpin yang dihasilkan 2014 dan 2019," pungkas Jamiluddin Ritonga.

Komentar