Memaknai Bebasnya Anas Urbaningrum
Oleh: Afif Riva'i *)
ASKARA - Setelah mas Anas Urbaningrum (AU) mendekam di hotel Prodeo, ada tiga buku yang mengupas tentangnya. Buku yang pertama berisi tentang tulisan-tulisan yang memuat percikan ide serta gagasannya, berjudul Janji Kebangsaan Kita, buku yang kedua Menanti halaman kedua Anas dan buku yang terus dicari hingga saat ini karena di buku itu berisi "cerita lain" di balik ditersangkakan mas AU yakni buku Anas Korban Politik Cikeas.
Hingga saat ini mas AU sebagai mantan Ketum PB HMI selalu dirindukan. Di samping figurnya yang menarik dengan gaya bahasa yang kalem, mempersonifikasikan sebagai sosok yang menyeimbangkan antara kecerdasan dengan emosional, hal demikian sudah barang tentu, menjadi "magnet politik" bagi kader -kader HMI di semua strata. Hingga saat ini menjadi polemik lawas tentang ditahannya mantan ketua PB HMI dan ketua Partai Demokrat tersebut, apakah kental politisnya atau murni persoalan hukum tentang Hambalang.
Apalagi jika kita membaca buku Anas Korban Politik Cikeas dengan benderang, bagaimana skenario agar kader HMI yang moncer dan Flamboyan ini di tersangkakan.
Seingat saya, dua kali saya bertemu langsung dengan mas AU, pada saat menghadiri pembukaan kontes Genjring di Radar Cirebon dan saat saya dengan mas Ekky Bahtiar serta mama Kuwu Padindangan, Indra Triadi menengok mas AU di Sukamiskin Bandung. Dalam percakapan mas AU bilang bahwa politik adalah candu baginya., politics is an opium of the people, apalagi bagi mas AU yang aktif dan "organisasi tulen" di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tentunya daelektika pemikiran, saling debatable saat persidangan adalah sarapan pagi
Kini kader Flamboyan itu akan menghirup udara bebas pada 11 April yang akan datang, kita masih akan terus mencermati apakah akan ada Anas Effectnyang domino untuk perpolitikan di tanah air di tahun politik ini.
*) Penulis adalah Intelektual muda cirebon
Komentar