Rabu, 24 April 2024 | 16:03
OPINI

Lukas Enembe, Anak Ideologis Bung Karno dan Negarawan dari Tanah Papua

Lukas Enembe, Anak Ideologis Bung Karno dan Negarawan dari Tanah Papua
Lukas Enembe (ist)

Oleh: Samuel Tabuni, MSi, MAJEd *)

Lukas Enembe, sosok pemimpin dan pelayan yang sangat dekat dengan rakyatnya. Perjuangannya membangun Tanah Papua mulai dari karier yang paling bawa sebagai pegawai negeri sipil (PNS)  hingga dua periode menjadi Bupati Puncak Jaya, Papua dan dua periode Gubernur Provinsi Papua. 

Visi membangun bangsanya selalu menjadi kontroversi, dan tidak sedikit kritik dari berbagai pihak dengan berbagai cara, termasuk kritik yang disampaikan melalui aksi demonstrasi yang harus dihadapinya. 

Lukas, adalah seorang negarawan yang rendah hati dan berjiwa besar, bahkan tidak sedikitpun mundur dari pendiriannya. 

Program unggulan pro rakyat terus menjadi fokus utama, terutama membangun sumber daya manusia (SDM) asli Papua melalui berbagai jenjang pendidikan di dalam negeri maupun di luar negeri. 

Khusus program studi ke luar negeri, putra-putri Papua dikirimkan untuk studi ke berbagai negara besar, seperti Amerika dan Rusia menjadi targetnya. 

Sejak dilantik menjadi Gubernur Provinsi Papua periide pertama 2013 hingga periode kedua pada 2023, Lukas Enembe sudah mengirim ribuan anak-anak Papua untuk belajar di luar negeri, seperti di Amerika, Rusia, dan negara-negara lainnya di Asia serta Eropa. 

Tidak hanya pendidikan yang dipikirkannya, ambisinya membangun fasilitas mercusuar di Papua adalah menjadi targetnya (Lukas Enembe).

Pekan Olahraga Nasional (PON) XX pada 2021 lalu dilaksanakan, dilihatnya sebagai event olahraga tingkat nasional yang dapat membangkitkan dan mempromosikan Papua, bahkan agenda PON juga dilihatnya sebagai peluang penyatuan dan pembangunan Papua.

Gubernur Papua Lukas Enenbe membentuk tim agar kelak PON digelar di atas Tanah Papua. Dengan tim yang dibentuknya berjuang dengan optimisme yang tinggi, semua kekurangan yang ada di Papua tidak membuatnya mundur. 

Hasil dari perjuangan penunjukan PON di atas Tanah Papua, fasilitas-fasilitas skala internasional pun berhasil dibuatnya dan PON berjalan sukses. 

Tampilan wajah Kota/Kabupaten Jayapura sebagai pusat perabadan orang Papua dibuatnya berbeda dari sebelumnya, di antaranya Stadion Lukas Enembe di Kampung Harapan Sentani, Kabupaten Jayapura dan masih banyak lagi gedung-gedung event PON lainnya. 

Tidak hanya itu, proyek mercusuar lainnya seperti Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP),  Kantor Gubernur Papua yang diresmikan kemarin (Jumat, 30 Desember 2022), Kantor MRP, Jembatan Merah dan masih banyak lagi, fasilitas publik yang dibangun oleh Lukas Enembe sebagai putra terbaik Papua.

Perjuangan Lukas Enembe Tanpa Henti

Di tengah keterpurukan situasi politik dan konflik di Papua dan sorotan nasional yang terus menetapkan Papua sebagai daerah tertinggal dan termiskin, bahkan sorotan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan nilai uang Rp 1 miliar yang cukup menyita perhatian publik Indonesia terutama warga Papua, namun Lukas Enembe tetap tegar hadapi semua itu.

Dengan kondisi kesehatannya yang masih dalam proses pemulihan akibat stroke yang dideritanya sejak dua tahun terakhir, seorang Lukas Enembe terus saja berjuang mengakhiri periode masa jabatannya sebagai Gubernur Papua dengan sukses dan paripurna. 

Bagi Lukas Enembe, momen PON dan pembangunan proyek mercusuar di Papua, adalah sebuah bukti kepada warga Indonesia dan dunia bahwa Papua adalah Provinsi yang Kaya Raya yang begitu besar dan tidak dapat dipandang sebelah mata.

Bung Karno menjadi presiden pertama Indonesia. Soekarno dihadapkan pada tantangan berupa rendahnya kualitas sebagian besar SDM rakyat Indonesia. 

Selama menjabat sebagai presiden pada tahun 1945 hingga tahun 1966, Bung Karno telah melakukan berbagai langkah strategis untuk mewujudkan perubahan untuk Indonesia, salah satunya, adalah dalam bidang pendidikan. 

Soekarno menggulirkan sejumlah program beasiswa untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Saat itu, beasiswa berupa bantuan negara lain. Di antarannya Rusia, Belanda, Amerika, Jepang dan negara-negara lain di Eropa.

Soekarno di saat situasi politik dan keamanan yang terus mengonjang ganjing ketahanan nasional Indonesia, Sorkarno tetap gigih memperjuangkan pembangunan proyek mercusuar sebagai salah satu upaya peningkatan citra bangsa Indonesia di mata komunitas dunia. 

Hanya dalam waktu empat tahun sejak pertunjukan Dewan Federasi Asian Games tanggal 25 Mei 1958, Presiden Soekarno merasa wajib untuk mewujudkan Jakarta sebagai representasi yang dapat memberikan tampilan wajah Indonesia kepada dunia.

Ketika Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Asian Games, Soekarno mulai memanfaatkan momen ini untuk menunjukkan kondisi Indonesia kepada dunia, walaupun Indonesia tidak memiliki tempat untuk menyelenggarakan acara olahraga terbesar benua Asia yang diikuti oleh 17 negara waktu itu. 

Meski kondisi Indonesia sebenarnya belum benar-benar siap, karena masih dilanda krisis keuangan, Soekarno tetap bersikukuh membangun proyek mercusuar,  di antaranya Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi, Monumen Selamat Datang, Monas dan Gedung DPR/MPR-RI. 

Akibat dari semua proyek-proyek mercusuar di atas, menyebabkan krisis ekonomi di masa kepemimpinan Soekarno.  Kebutuhan sehari-hari sulit dipenuhi dan inflasi juga meningkat tajam. 

Kendati demikian, Soekarno tetap melanjutkan proyek mercusuarnya untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa Indonesia adalah negara yang besar.

Kedua pemimpin kharismatik Lukas Enembe dan Soekarno,  adalah pemimpin yang merakyat, berpikir besar di luar batasan-batasan kemampuan kebanyakan politisi dan rakyat Indonesia. 

Mereka (Lukas Enembe dan Soekarno) sangat mencintai bangsa mereka, sangat percaya akan kamampuan bangsa mereka. Kedua tokoh ini mempunyai kemampuan diplomasi yang diakui di tingkat nasional dan bahkan dunia, walaupun masing-masing berjuang sesuai dengan kapasitas dan zamannya berbeda sebagai gubernur dan presiden. 

Mereka tetap yang terbaik dalam sejarah peradaban pembangunan manusia Indonesia sepanjang sejarah. Nama mereka akan selalu terukir dalam sejarah pembangunan nasional Indonesia untuk selamanya.

*) Founder Universitas International Papua & CEO Papua Language Institut

Komentar