Kamis, 25 April 2024 | 08:11
NEWS

Prof. Rokhmin Dahuri: Industri Budidaya Udang Hasilkan Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

Prof. Rokhmin Dahuri: Industri Budidaya Udang Hasilkan Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS (ist)

ASKARA - Industri Budidaya Udang sangat potensial untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi (> 7% per tahun), berkualitas (banyak menyerap tenaga kerja), inklusif (mensejahterakan seluruh pelaku usaha secara adil), dan berkelanjutan (sustainable); yang merupakan prasyarat untuk Indonesia keluar dari a middle-income trap menjadi negara maju, adil-makmur, dan berdaulat (Indonesia Emas) paling lambat pada 2045.

Demikian disampaikan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS pada National Shrimp Action Forum 2022 ”Revitalisasi, Akselerasi, Investasi dan Sinergi untuk Kebangkitan Industri Udang Nasional”, Kementerian Bidang Kemaritiman dan Investasi di Grand Sahid Hotel, Rabu, 26 Oktober 2022.

"Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan 99.083 km garis pantai (terpanjang kedua setelah Kanada) dan di wilayah tropis, Indonesia memiliki potensi produksi udang budidaya terbesar di dunia," ujar Prof. Rokhmin Dahuri lewat paparannya bertema 
"Industrialisasi Budidaya Udang Ramah Lingkungan Untuk Menghasilkan Pertumbuhan Ekonomi Yang Tinggi, Berkualitas, Inkkusif, dan Berkelanjutan".

Pada 2021, jelasnya, Ekuador dengan garis pantai hanya 2.237 km (2,3% garis pantai Indonesia) mampu memproduksi udang budidaya 1.1 juta ton (terbesar di dunia). Diikuti oleh China (1 juta ton), India (0,8 juta ton), dan Vietnam (0,6 juta ton) dengan garis pantai masing-masing jauh lebih pendek ketimbang Indonesia. 

"Sementara, Indonesia hanya memproduksi 0,55 juta ton (peringkat-5 dunia)," sebut Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia ini.

Maka, sambung Duta Besar Kehormatan Kepulauan Jeju dan Kota Metropolitan Busan, Korea Selatan itu, target Pemerintah – RI c.q. KKP untuk memproduksi udang budidaya sebesar 2 juta ton pada 2024, dan tekad bangsa Indonesia untuk menjadi produsen udang budidaya terbesar di dunia pada 2030 mestinya dapat diwujudkan (doable).

Rencana Aksi 

Dalam kesempatan itylu, Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020 – Sekarang menerangkan, budidaya tambak udang harus menjadi sektor prioritas dalam RTRW Nasional, Propinsi, dan Kabupaten/Kota.

Teknologi budidaya on-farm menerapkan: (1) site selection atas dasar RTRW; (2) economy of scale; (3) Best Aquaculture Practices; (4) Integrated Supply Chain Management System [terpadu hulu (hatchery, pakan, ALSINTAN) – hilir (industri pengolahan & pemasaran]; 

(5) teknologi mutakhir (Industry 4.0) pada setiap rantai pasok; dan (6) prinsip-prinsip Pembangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan (Sustainable Development).

Atas dasar target produksi program Revitalisasi dan Ekstensifikasi, pemerintah bekerjasama dengan swasta dan stakeholder lainnya menyediakan infrastruktur, usarana produksi (bibit, benur, pakan, dll), tenaga kerja (SDM), dan pendanaan.


Kemudian, penguatan dan pengembangan industri pengolahan dan pengemasan udang guna menghasilkan produk olahan udang yang berdaya saing tinggi (QCD).

"Kembangkan kemitraan saling menguntungkan dan menghormati antara petambak – supplier – processor (pabrik pengolahan) dan marketer (eksportir) guna memastikan kontinuitas suplai bahan baku dan stabilisasi harga," tutur Ketua Dewan Pakar MPN (Masyarakat Perikanan Nusantara) ini.

Selanjutnya, penguatan dan pengembangan pasar domestik dan ekspor.

Penyempurnaan dan implementasi SISLOGKANAS.
Pengendalian pencemaran perairan, dan konservasi biodiversity.

Mitigasi dan adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global, dan bencana alam lain.

Penyediaan skim kredit khusus, dengan persyaratan relatif lunak (bench marking dengan Ekuador, China, dan Vietnam).

Program Revitalisasi dan Ekstensifikasi sebaiknya dilakukan oleh swasta dan masyarakat, dana APBN KKP sebaiknya untuk membangun infrastruktur, SDM, dan regulasi.

"Pemerintah harus melindungi usaha tambak udang dan pengusahanya dari pungli, kriminalisasi oleh oknum pejabat maupun aparat, dan gangguan keamanan berusaha lainnya," ucap Anggota Dewan Penasihat Ilmiah Internasional Pusat Pengembangan Pesisir dan Laut, Universitas Bremen, Jerman itu.

Lebih lanjut Prof. Rokhmin Dahuri menjelaskan, penetapan udang sebagai komoditas unggulan nasional, seperti halnya sawit.

Kemudian bangun "Indonesia Shrimp Farming Incorporated". Selanjutnya, kebijakan politik-ekonomi (moneter, fiskal, ekspor – impor, Iklim Investasi, dll) harus kondusif.

Komentar